Bab 20

8K 727 25
                                    

Waktu sudah berlalu sekitar satu jam, Asyira memukul lembut tanganku. “Mereka sudah disini, vannya di parkir di parkir basement.” Kata Asyira.

Kami semua bangun dari kursi, berjalan menunduk dan sedikit tersandung-sandung keluar dari studio bioskop. Asyira mengintip sebelum kami benar-benar keluar, “Aman.” Katanya. Kami berjalan dengan formasi Asyira dan aku didepan, Megan dan Renee di nomor dua dan Ginny menjaga di belakang.

Aku tidak menyangka harus berjalan dengan formasi waspada dan sangat ketakutan saat di mall, kami kesini kan untuk bersenang-senang. Lagipula mall ini sangat penuh dan banyak warga sipil, aku tidak menyangka mereka akan melakukan ini disini. Satu hal lagi permasalahannya, mall ini sangat luas dan kami berada di lantai teratas. Bagaimana caranya kami sampai ke basement tanpa ketahuan? Kami tidak tahu ada berapa jumlah mereka atau siapa saja mereka, kami harus benar-benar hati-hati.

Kami mencoba berjalan dengan se-normal mungkin dan kelihatan seperti segerombolan cewek remaja yang sedang jalan-jalan. Kami masuk keluar toko hanya untuk jaga-jaga, walaupun mataku masih tetap mencari seseorang yang mencurigakan. Saat sedang menuruni eskalator untuk yang kedua kalinya, aku melihatnya. Dua orang pria berjalan mendekat dengan langkah lebih cepat dari yang lainnya, tiga orang pria lainnya sedang berdiri di lantai atas mengawasi kami.

“Jalan saja.” Kataku, sambil berjalan cepat di eskalator. Aku mendorong tubuh orang-orang didepanku agar kami bisa lewat.

“Permisi permisi.” Renee mengucapkan kata itu berkali-kali.

Saat turun dari eskalator, aku menoleh kebelakang. Sekarang lebih dari dua orang yang terang-terangan tampak berlari mengejar kami. “Berpencar.” Suruh Ginny.

Tanpa pikir panjang aku langsung menarik lengan Renee agar ikut denganku, Ginny sudah berlari sendirian sementara Asyira berlari dengan Megan. Aku menyeret Renee yang berlari sedikit lebih lambat dariku lalu masuk kedalam toko baju yang luas. Kami bersembunyi didalam ruang ganti pakaian yang hanya ditutupi gorden berwarna biru, kami mengambil napas.

“Kenapa... mereka... mengejar... kita?” tanya Renee, terpotong-potong karena kehabisan napas.

Aku mengambil napas dalam. “Tidak tahu.” Jawabku singkat karena aku juga kehabisan napas.

“Coba kau intip.” Suruh Renee.

Aku membuka sedikit gordennya, mataku mencari-cari seseorang yang mencurigakan. Aku menemukannya, dan dia sedang berjalan tepat kesini. “Dia datang, diam.” Suruhku. Wajah Renee sudah memucat seperti kertas, dia mencengkram pergelangan tanganku dengan keras sekali. Jantungku berdegup sangat keras sampai aku bisa mendengarnya. Aku harap dia tidak membuka gorden penutupnya, komohon, kumohon.

Lalu aku bisa mendengar suara langkah kaki mendekat, semakin dekat dan semakin dekat. Aku bisa melihat kaki seseorang berhenti tepat didepan ruang ganti yang aku dan Renee gunakan. Dan gordennya terbuka. Cowok itu melihat kami berdua lalu ikut masuk kedalam ruang ganti. “Aku menemukannya.” katanya, berbicara lewat unit komunikasi.

“Kumohon jangan sakiti kami.” Renee memohon.

“Apa yang kau inginkan?” tanyaku.

“Kami hanya ingin kau ikut bersama kami,” dia mengulurkan tangannya padaku. Satu hal yang aku sadar sekarang, mereka hanya mengejarku.

“Bagaimana dengannya?” tanyaku, tunjukku pada Renee.

“Tenang saja, kami tidak akan menyakiti dia dan tiga temanmu itu asal kau ikut dengan kami.” Katanya, nada suaranya manis sekali. Ini tidak bagus. Saat penjahat mengatakan dia tidak akan menyakitimu, dia berbohong.

Jadi aku menerima uluran tangannya, tapi aku tidak akan ikut dengannya. Aku menarik tangannya, memutarnya dengan sangat keras sampai cowok ini berteriak kesakitan. Aku tidakberhenti disitu, aku memiting tangannya, menendang belakang lututnya sampai dia jatuh berlutut lalu memukul tengkuknya dengan santa keras. Cowok ini jatuh lemas dan tidak sadarkan diri.

Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang