Kami turun untuk makan malam, sekaligus membicarakan rencana untuk malam ini. Rencananya memang tidak terlalu penting, kami hanya ingin mencari ruang-ruang rahasia. Tapi hal tersulitnya adalah, kita harus menemukan cetak biru gedung ini. Menurut Megan yang paling mengerti tentang teknologi diantara kami, server Vagsat Academy sama sulitnya seperti Langley, sangat sulit ditembus. Dia sudah mencobanya sekali sebelum makan malam, dan dia terus gagal.
"Tapi akan kucoba." Kata Megan meyakinkan.
Kami membicarakan ini seperti cewek-cewek membicarakan pacar mereka, mengasyikan. Terlalu asik dengan rencananya, aku sampai tidak menyentuh makananku sama sekali. Aku juga sudah tidak perduli dengan gosip-gosip yang beredar tentang diriku, bagaimana mereka memandangiku dan teman-temanku. Namun yang disayangkan adalah, aku tidak melihat Noah sama sekali setelah pelajaran di kelas lapangan selesai.
Dan saat jam makan malam selesai, kami terburu-buru kekamar, berlarian sambil menahan gejolak kegembiraan sekaligus semangat.
Kami berganti pakaian, bukan piyama. Aku mengenakan celana jeans hitam, kaos lengan panjang warna biru laut dan sepatu lariku. Kami menunggu sampai jam tidur, sekitar jam sebelas malam kami akan beraksi.
Sementara Megan masih berkutat dengan laptopnya, Renee merakit earphone kami jadi alat komunikasi bersama. "Kita akan terus berhubungan dengan ini." Kata Renee, memberikan kami masing-masing earphone kepunyaan kami, diujungnya ada sebuah benda kotak hitam yang menyala-nyala merah, ada kabel-kabel tipis yang nampak masih berantakan karena Renee terburu-buru. Aku memasukan kotak itu kesaku celanaku, menempelkan earphonenya ketelingaku.
"Sound cek." Terdengar suara Ginny di telingaku.
"Copy." Jawab Ginny.
"Tes 1, 2, 3. Halo halo halo, lalalalala." Kataku, mengetest alat komunikasiku secara berlebihan.
Ginny melakukan pemanasan ringan, Asyira mendengarkan lagu di ranjangnya sambil mengikat tali sepatunya. Renee membantu Megan, masih serius didepan layar laptopnya. Sementara aku mencari-cari ponselku yang kusimpan di laci kecil samping ranjangku, aku mengecek balasan dari Bayu tentang fotoku mengenakan dress pilihannya yang aku kirimkan sebelum pesta penyambutan.
Bayu: Aku selalu tahu kalau adikku memang cantik. Sehat-sehat disana, aku sudah merindukanmu, papah dan mamah juga.
Aku tersenyum membaca balasan dari Bayu yang dikirimkan kemarin sore, yang baru sempat aku baca.
"Berhasil!" Megan menjerit.
Aku yang mendengar itu segera menghampirinya, melihat layar laptop dari balik punggungnya. Ginny dan Asyira juga sudah bergabung.
"Aku mendapatkan kamera pengawasnya, dan sistem alarm. Tapi aku tidak terlalu yakin dengan alarmnya, jadi berhati-hati saja setiap menyentuh sesuatu." Kata Megan.
Ginny menunjuk ke salah satu kamera pengawas yang terlihat. "Itu Mr. Masen."
"Mau apa dia?" Tanya Renee.
"Entahlah, lari malam mungkin." Jawabku asal.
Megan beralih ke kamera pengawas yang lainnya. "Penjaganya lebih banyak dari yang kuduga." Kata Asyira. "Perhatikan terus dengan pejaga yang berkeliling."
"Tapi aku berhasil lolos kemarin." Kataku, aku teringat aku melewati beberapa penjaga agar bisa ke taman sekolah.
Mata Ginny langsung berbinar-binar. "Kau memang punya jiwa mata-mata Liz."
"Ingat, ruang arsip ada di ujung koridor sayap timur lantai satu." Renee mengingatkan, kami mengangguk mengerti.
Dan saat tiba waktunya, kami berangkat. Aku, Ginny dan Asyira yang pergi sementara Renee dan Megan memantau dan berjaga.
![](https://img.wattpad.com/cover/23915793-288-k930214.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)
Acción[Beberapa bagian di PRIVATE] Katanya takdir akan membawamu? Tapi bagaimana kalau kau ditakdirkan menjadi seorang mata-mata? Mendadak kehidupan Elise yang tenang berubah drastis, saat keluarganya berada ditengah-tengah bahaya. Elise memutuskan menjad...