Bab 26

7.8K 634 17
                                    

Tiga pengawal yang menjaga menteri pertahanan terlihat tidak ikut masuk kedalam ruangan Rob alias kepala sekolah, mereka hanya berdiri didepan pintu.

“Berani bertaruh, dia kesini karena masalah tentang kau Liz.” kata Ginny.

“Masalah tentang Liz di mall waktu itu?” tanya Noah. “Sudah kuduga itu pasti lebih besar dari yang terlihat.” Kini dia menatapku. “Sebenarnya aku sudah sangat penasaran tapi aku menahannya karena kupikir kau tidak akan mau membahas ini. Tapi sekarang aku ingin kau menceritakan semuanya padaku.”

Aku melirik Asyira, dia mengangguk kecil.

Kami berlarian menuju kamar asrama, Noah melanggar peraturan karena masuk ke bagian koridor asrama cewek. Terlebih lagi dia masuk kedalam kamarku dan sahabat-sahabatku, kalau penjaga sampai tahu tamat sudah riwayat kami semua.

Aku, Asyira, Megan dan Renee langsung duduk di ranjang milik Ginny, sementara Noah hanya berdiri sambil melipat tangannya. Begitu masuk ke kamar, Ginny langsung berlari dan memungut bra pink yang tergeletak didepan pintu kamar mandi, langsung melemparnya ke keranjang pakaian kotor. “Maaf atas pemandangan tidak enaknya.” Katanya pada Noah yang sedang berdiri tidak jauh dari bra Ginny yang tergeletak tadi.

“Sebenarnya pemandangannya cukup mengesankan.” Katanya sambil tersenyum nakal, dibalas dengan pukulan keras mendarat di bahu belakangnya dari Ginny.

Aku terkikik tapi langsung mengehentikannya ketika perasaan penasaran menyerangku dengan ganas. “Menurutmu mereka kesini untuk mengurus hal itu?” tanyaku pada Asyira.

“Entahlah, aku bukan pembaca pikiran. Tapi kejadian itu memang menjadi sorotan akhir-akhir ini.” Katanya.

Noah berdeham. “Bisa ceritakan dulu padaku yang sebenarnya terjadi?” tanyanya, dia memandang kami semua satu persatu dan menyisakanku di pandangan terakhirnya. “Kau percaya padaku kan Liz?”

Aku menghela napas. “Baiklah.” Kataku, dan mulai menceritakan semua urutannya secara sempurna dari awal sampai akhir di kejadian mengerikan di mall. Wajah Noah tidak menunjukan ekspresi apapun saat aku bercerita, atau saat aku selesai bercerita.

“Jadi itu alasanmu masuk ke academy ini?” tanyanya.

Aku mengangguk. “Tadinya aku ingin menceritakannya padamu saat di loteng.”

“Tapi kau tidak.”

“Maaf.”

Ginny menepuk pundakku. “Kuyakin kau ingin melakukan sesuatu, benar?”

“Sangat. Selama ini aku penasaran, kenapa keluargaku menjadi incaran orang jahat. Aku ingin tahu apa yang disembunyikan oleh ayahku dan Rob. Aku ingin tahu semua itu, tapi bagaimana?” tanya, menggeram kesal.

“Rob?” tanya Noah bingung.

“Mr. Stevenson, kepala sekolah.” Jawabku dengan malas.

“Apa kau selalu memanggil nama orang sesukamu?” Tanya Noah, aku tidak menggubrisnya.

“Kita sadap pembicaraan mereka.” Jawab Ginny.

“Sudah terlambat, saat ini mungkin mereka sudah di pertengahan pembicaraan atau bahkan sudah selesai.” Jawab Renee.

Megan dengan tergesa-gesa mengambil laptopnya yang tergeletak di meja kecil di samping ranjangnya itu, dia membukanya dan suara ketikan keyboard mulai terdengar. “Para pengawal itu masih berjaga didepan ruangan Rob, menteri pertahanan itu masih didalam.”

“Bagus, artinya pembicaraan mereka belum selesai setidaknya kita dapat setengah pembicaraan itu.” Kata Asyira.

“Bagaimana caranya menyadap? Menguping saja kita tidak mungkin bisa, ruangannya kedap suara.” Kata Noah.

Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang