Bab 12

7.8K 728 4
                                    

Keesokan paginya saat mengikuti kelas lapangan, Aldo sempat membahas kejadian tadi malam didepan kelas. Tentu saja tanpa menyebutkan nama kami, walaupun dia sempat melirik kearahku saat memberi ancaman tentang hukuman. Tapi ada yang lebih buruk dari ancaman Aldo, Noah sama sekali tidak menyapaku hari ini. Saat pelajaran di kelas lapangan berakhir, dia langsung keluar kelas tanpa melihatku.

Saat makan siang, aku sudah jarang mendengarkan namaku disebut-disebut. Para mata yang memandangku dengan kesal juga mulai berkurang, mereka hanya memandang. Dan sekali lagi, aku tidak menemukan Noah saat makan siang.

Saat menuju kelas Psikologi, aku berpapasan dengan Colin. "Hai Colin, apa kau bersama Noah saat makan siang tadi?"

"Tidak." Jawabnya.

"Sikap dia jadi agak aneh semenjak insiden kemarin, kau tahu apa yang terjadi dengannya?" Tanyaku.

Colin membetulkan letak kacamatanya. "Aku tidak tahu, mungkin dia hanya sibuk Liz." Dia melihat jam tangannya. "Aku buru-buru, sampai jumpa Liz." Katanya dan pergi.

Mungkinkah Noah marah karena mendapat ikut mendapat hukuman? Atau dia juga mengira aku ini cewek seperti yang dibicarakan dan karena itu dia menjauhiku? Aku bertekad untuk bicara padanya setelah kelas hari ini berakhir.

Selama pelajaran Psikologi berlangsung, aku sama sekali tidak memperhatikan. Pikiranku hanya tertuju pada Noah, yang sekarang sedang duduk dibarisan paling belakang. Aku menahan dengan sekuat tenaga agar kepalaku tidak menoleh padanya, atau kakiku segera menghampiri mejanya saat ini juga.

Dan ketika pelajaran berakhir, seperti sudah kuduga, Noah langsung bergegas keluar dari kelas. Aku mengejarnya dan menarik blazernya.

"Kenapa kau bertingkah aneh Noah?" Tanyaku.

Noah berhenti dan berbalik badan melihatku. Dia menatapku beberapa detik, lalu melepaskan tanganku dari blazernya. Dia langsung pergi lagi. Aku mematung, melihat punggung Noah yang semakin lama semakin jauh dan menghilang saat dia menuruni tangga.

Dan setelah makan malam, aku harus menjalani hukumanku. Saat yang lainnya kembali kekamar untuk istirahat, aku harus pergi ke lab. Menaiki anak tangga yang panjang sampai di lantai lima, suasana di lantai ini sudah sepi sekali. Aku mengintip lewat kaca kecil yang ada didepan pintu lab, Noah sudah datang tapi aku tidak melihat Anzor.

Aku mendorong pintu berat ini, Noah dan Profesor Howard langsung menoleh kearahku dengan waktu yang hampir bersamaan.

"Oh Miss. Irsham, silahkan pakai jas labnya." Katanya, menunjuk beberapa jas lab putih yang digantung. Aku mencari ukuranku dan langsung memakainya, merasa tidak perlu untuk mengancingkannya.

Di lab ini penuh dengan gelas kaca yang diisi dengan cairan yang berwarna-warni, papan tulis yang penuh dengan angka dan huruf-huruf yang tidak beraturan, teleskop besar yang sangat canggih, beberapa laptop, hewan-hewan seperti kelinci, kadal, kodok dan kera, dan benda-benda aneh lainnya. Aku menghampiri kandang kelinci. "Boleh kuberi makan?" Tanyaku.

Profesor Howard yang sedang menulis di mejanya tertawa, "Silahkan, aku tahu kau pasti tertarik dengan hewan-hewan itu."

"Hanya kelincinya saja sebenarnya." Kataku, mengambil wortel yang ada di pinggir kandangnya. Ketika aku memasukan wortel itu kekandang si kelici yang berbulu putih, kelinci itu langsung menghampiri dan menggerogoti ujung wortelnya. Aku membelai tubuh kelincinya, merasakan bulu-bulu lembutnya.

Setelah puas bermain dengan kelinci, aku menghampiri Profesor Howard. "Ada hal lain yang bisa kubantu selain memberi makan hewan?" Tanyaku.

"Sebenarnya tidak banyak yang bisa kalian lakukan, kau bisa mencuci barang-barang yang habis dipakai. Tapi jangan lupa menggunakan sarung tangan, mungkin ada sisa-sisa cairan yang berbahaya." Katanya, dan kembali fokus dengan pekerjaannya.

Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang