33.RASA INGIN TAHU✅

847 44 4
                                    

Ternyata rasa ingin tahu ini membuatku terluka
-Taletha

#####

"Nay kemarin lu kemana aja sama sigama?" tanya fanisa

"Parkiran terus pulang."

"Lah ngapain aja lu?"

"Fan lu tahu gama suka sama gwe?" tanya naya

Fanisa diam, ia memang tidak tahu pasti apakaha gama beneran menyukai naya? tapi ia yakin itu benar.

"Fan kok lu gak ngasih tau gwe sih,sejak kapan?" tanya naya

Naya sedikit penasaran dengan perasaan gama, tapi ia tidak mempunyai perasaaan sedikit pun pada gama kecuali berkaitan dengan persahabatan.

"Iya,dia suka sama lu. Gak tau sejak kapan."

Naya menganggukkan kepalanya paham, tapi ia merasa bersalah. Apa kemarin telah menyakiti hati sahabatnya?

"Terus lu ditembak gitu?" tanya fanisa

"Mati dong gw." ucap naya

Fanisa menjitak kepala naya cukup keras hingga membuat naya meringis kesakitan.

"Bukan itu maksud gwe pe'a."

"Santay dong, iya gw ditembak."

Fanisa membulatkan matanya,ia terkejut ternyata sahabatnya--gama--nekat juga. Ia sedang menduga-duga pasti akan ditolak, dasar gama.

"Terus lu terima?"

Naya menggeleng gelengkan kepalanya.

Mampus lu kan ditolak ,batin fanisa

"Lah why?" tanya fanisa

"Fan gak usah bahasa inggris segala." ucap naya

"Biar lebih simple gitu nay."

"Terserah lah."

Hening sejenak.....
Fanisa sangat benci dengan keheningan, akhirnya ia bertanya pada naya. Ia tidak mau rasa ke-kepo annya belum terpenuhi.

"Nay kenapa lu tolak gama?"

Naya menengok kearah fanisa sebentar. "Karna kita sahabatan," ucap naya

"Yaelah sahabatan doang, kagak jadi abang."

"Gwe gak mau kehilangan salah satu sahabat gwe fan." ucap naya

Naya menundukkan kepalanya, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika kehilangan salah satu dari mereka. Pasti akan sangat hampa, tidak ada kebahagian.

"Lu ada rasa sama si gama?" tanya fanisa

Kini tingkat penasaran seorang fanisa telah mencapai atas, entah kenapa ia sangat penasaran apapun tentang gama. Jangan bilang....

Naya menggeleng gelengkan kepalanya, ia sama sekali tidak merasakan rasa sayang ataupun suka lebih dari seorang sahabat.

"Intinya gwe gak tau sampai kapan, rasa trauma ini akan berakhir."

Fanisa memegang bahu naya lalu ia tersenyum. Tugas seorang sahabat memberi masukan yang baik bukan?ia tidak mau sahabatnya harus trauma terus, apalagi pada seorang laki laki. Masa mau nge-lesbi?kan gak mungkin.

"Denger ya naya, lu gak boleh biarin rasa trauma lu menjadi jadi. Cukup buka hati buat cowok, tapi ingat jangan sembarangan cowok. Gwe gak mau sahabat gwe sampai terluka, gak semua cowok kayak papa lu nay. Gwe tau pasti lu takut yang namanya diselingkuhin, tapi banyak wanita yang merasakannya nay. Mau merasakan cinta harus merasakan luka juga, intinya dibawa santai aja."

Naya mendengarkan semua ucapan fanisa dengan baik. Rasanya ia ingin menangis, sudah berapa kali ia merepoti keluarga fanisa dan gama. Tak terhitung bahkan kalau dihitung dengan jumlah uang tidak akan cukup.

Sejak SD sampai SMA mereka yang slalu ada disaat ia butuh bahkan naya bisa merasakan bagaimana rasanya disayang oleh seorang ayah yang sesungguhnya meskipun lewat papa fanisa atau gama. Betapa beruntungnya mereka,merasakan keluarga yang harmonis sampai sekarang. Naya tidak iri pada sahabatnya, ia juga beruntung karna bisa mempunyai sahabat yang slalu ada baik saat senang ataupun duka.

Makasih tuhan, sedikit demi sedikit kebahagian itu muncul ,batin naya

Fanisa tahu bahwa sahabatnya ini sedang membendung air matanya. Ia tidak pernah memaksa naya untuk menceritakan semua masalahnya,tapi ia merasa lega jika naya membagi sedikit masalahnya. Terkadang fanisa ikut merasakan apa yang dirasakan naya, mungkin jika harus tukar posisi ia tidak akan bisa.

"Nay kalau mau nangis, nangis aja. Bahu gwe slalu ada buat sahabat gwe," ucap fanisa sambil tersenyum

Naya menganggukkan kepalanya lalu ia tersenyum. Ia tidak bisa menceritakannya, bukan tidak mau tapi ia bingung harus menceritakannya dari mana. Ini rumit seperti hidupnya.

"Makasih fan."

##########

"Ini saatnya untuk mengetahui semuanya."

Taletha mencoba membuka kaca jendelanya, keluar lewat jendela dengan hati hati. Jangan sampai ia membuat suara yang keras, bisa bisa shella atau mamanya akan memergokinya.

Taletha membuka kertas yang diselipkan dikantung celananya.
"Pasti ini alamatnya, kak naya kurang pinter nyembunyiin sih." ucap taletha pelan

Taletha mulai melangkahkan kakinya, sekarang ia berhasil kabur tinggal datang kealamat itu saja.

Alamat itu sampai menunjukkan ke sebuah perumahan, ia kembali mengecek apa betul itu alamatnya. Ternyata benar, ia berjalan menghampiri pak satpam yang menjaga rumah itu.

"Pak ini betul rumah pak Arif?" tanya taletha

"Iya betul, memang kenapa?"

Taletha senang,akhirnya ia bisa menemukan keberadaan papanya. Semoga saja ia bisa bertemu dengan papanya.

"Arif nugraha?" tanya taletha

Ia harus memastikan apakah itu betul yang ia maksud, takutnya salah orang.

"Iya, kenapa?"

"Saya anaknya,bisa bertemu dengannya?," tanya taletha antusias.Ia sangat tidak sabar ingin secepatnya memeluk papanya.

"Maaf setau saya anaknya cuma 2 yaitu Cika sama Suci" ujar pak satpam

Taletha tak percaya, kenyataan ini sangat menyakiti hatinya. Ia sangat menyesel karna rasa penasarannya sendiri, seharusnya ia diam dirumah tidak menyelidiki semuanya. Harusnya ia tidak datang kealamat ini.

Hati taletha hancur, harapannya sudah hancur. Sebuah keluarga harmonis, ia tidak dapat wujudkan kembali. Rasanya ia ingin menangis sekarang juga, sakit sekali.

Ya tuhan ini sakit sekali ,batin taletha

"Yaudah pak, saya pergi dulu" ucap taletha

Ia sudah merasa kecewa yang amat mendalam, tapi rasa rindu itu juga amat mendalam. Taletha memilih untuk pulang kerumah saja, tubuhnya sudah tidak kuat untuk berdiri lagi. Taletha masih sakit, badannya masih panas apalagi ia belum sarapan.

#####
Hai semua:)
Aku up:<
Semoga suka

Authir amatir:(
Maaf gaje

Jangan lupa votmen¤

RAPUH (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang