Anindira Maheswari
"Kamu Anindira? Putri Pak Hirmawan Baskoro? Laki-laki berkemeja putih dengan dengan lengan setengah digulung itu menghentikan langkahku dari pintu lobi Sofitel. Aku memandangnya dan meneliti dengan lebih jelas laki-laki yang baru saja menyebut nama ayahku dengan lengkap itu. Ia mengenakan jeans biru dengan kaki beralaskan sneaker keluaran merek terkenal. Keren juga pikirku hanya dalam beberapa detik.
"Dan Anda?" aku balik bertanya dan meneruskan langkahku. Ia berjalan lebih cepat untuk menyejajarkan posisi kami. Aku memang dikenal dengan perempuan berkaki panjang oleh kru-ku di Anindira Décor. Bukan artinya berkaki jenjang bak model ya tapi lebih karena cara berjalanku yang cepat yang memang menjadi kebiasaanku setelah menjadi one man show di perusahaan dekorasi pernikahan yang kudirikan sejak 3 tahun lalu.
"Saya Agastya." Langkahku terhenti dan kembali memandang laki-laki berkaca mata minus itu. Oh jadi ini orangnya. Aku berkata dalam hati.
"Jadi kamu orang kepercayaan Papa? Anak emas di perusahaannya? Dimas Agastya?" aku berkata dengan senyum mengiringi. Ia mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan sikap dan nada suaraku yang terdengar sinis.
"Ummm..."
"Pesan apa yang kamu bawa dari Papa?" tanyaku sambil bersedekap seakan menantangnya. Laki-laki itu bergerak kikuk sesaat dan kemudian ada senyum yang tercipta di bibirnya.
"Ok, kamu jangan salah paham. Saya kesini nemuin kamu karena Pak Hirmawan menitipkan sesuatu buat kamu. Saya bisa sampai ke sini karena apa yang saya bawa untuk kamu harus segera kamu terima."
"Lalu mana barang yang dititipkan Papa."
"Ada di mobil. Sebentar." Dia berjalan meninggalkanku namun baru dua langkah kemudian ia menengok ke arahku. "Bisa ikut saya?" aku mendesis tak percaya karena kesal. Pertama aku kesal karena waktuku tersita, kedua aku kesal karena aku harus menerima entah barang apa dari Papa, orang yang baru saja mengultimatumku dengan tidak adil masalah jodoh sedangkan dia dengan suka hati tanpa persetujuanku menikahi perempuan yang hanya lebih tua dua tahun dari aku dan menjadikannya ibu tiriku, ketiga karena laki-laki bernama Agastya yang menjadi sekutunya ini dengan seenaknya memerintahkanku mengikutinya ke mobilnya di bawah panas terik seperti ini.
Aku tidak peduli dari mana dia tahu keberadaanku saat ini. Bisa jadi Hirmawan Baskoro sudah menempelkan alat tracker di mobilku atau bahkan mungkin sudah ia tanam alat itu di punggungku bisa jadi saat aku kembali ke Jakarta kemarin dia meminta orang suruhannya membuatku tertidur panjang dan mereka memasangkan chip di tubuhku. Bisa jadi kan? Pikiranku mulai ngawur.
Dan Oh My God memangnya dimana mahkluk di depanku ini memarkir mobilnya. Aku sudah cukup jauh meninggalkan mobilku dengan mengikutinya. Aku mencoba menahan kesalku sambil mengecek waktu di pergelangan tanganku. Aku harus meeting dua puluh menit lagi di Uluwatu.
Akhirnya laki-laki itu berhenti di sebelah sebuah mobil putih berjenis MPV. Ia mengeluarkan sebuah kotak cukup besar dari bagian belakang mobil dan mengulurkannya padaku.
"Apa ini?" aku sedikit memekik melihat dus besar yang kelihatanya cukup berat berada di tangan laki-laki itu. Kelihatan dari urat-urat di tangan laki-laki itu yang nampak jelas saat dus itu masih berada di tangannya.
"Saya nggak tahu. Dan saya harap kamu terima."
Walau enggan aku mengulurkan kedua tangaku dan tubuhku sedikit terhuyung dan terbungkuk saat dus itu mendarat di kedua tanganku. Aku membelalakan mataku ke arahnya dan wajahnya datar tanpa ekspresi melihat apa yang baru saja terjadi padaku.
"Oke, saya rasa tugas saya sudah selesai." Tubuhnya bergerak membuka pintu mobilnya tanpa peduli padaku.
"Heiii!" panggilku keras. Ia menoleh ke arahku sebentar. "Kamu...." Aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku karena kedua tanganku mulai merasakan pegal tak terkira. Karena melihatku tidak jadi melanjutkan kata-kataku, ia dengan seenaknya menutup pintu mobilnya dan kemudian pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You
RomantizmAnindira Maheswari menjadikan Dimas Agastya sebagai target jodoh yang akan ia bawa ke hadapan Ayahnya sebagai balas dendam. Ia tahu benar Agastya adalah kebanggan Ayahnya di perusahaannya dan dia tentu saja bukanlah perempuan tepat untuk Agastya di...