Anindira Maheswari
"Aku ketemu Bagas kemarin." Kikan mengabariku yang sedang bergelut dengan potongan-potongan tripleks yang sedang berusaha kusampuli dengan plastik.
"Nggak usah dibahas." Jawabku tanpa memandang Kikan si pemberi kabar. Perempuan yang sepantaran usia denganku itu sedang menata bunga-bunga pikok yang akan kuletakan di atas tripleks bersampul plastik ini.
"Oke." Kikan merespon pendek. Satu sisi hatiku masih ingin tahu kabar laki-laki yang memilih untuk meninggalkanku lima bulan lalu itu namun sisi hatiku yang lain lebih berihak pada perasaan terlukaku yang memunculkan amarahku untuknya.
"Nin, besok lagi kalau diminta rekomendasi venue dari klien, please nggak usah sebut Malia deh. Gila ya nih hotel." Bisik Kikan padaku yang saat ini memutuskan ikut membantuku melapisi semua tripleks yang akan kami jadikan alas rangkaian pikok sepanjang 40 meter ini.
"Udah kali." Kataku. Aku sudah berusaha untuk mengeluarkan Malia dari list rekomendasiku pada klien tapi tentu saja tidak semudah itu berharap klien-klien tajir nggak memilih Malia. Hotel bintang lima ini punya gengsi dan venue yang ditawarkan pun tidak main-main. Tapi memang perlu kesabaran ekstra dan kerendahan hati yang besar untuk menghadapi orang-orang hotel ini.
Hanya di hotel ini troli barang-barang kami tidak boleh langsung menyentuh lantai mereka sebelum dan setelah keluar dari lift, otomatis kami membentangkan papan bermeter-meter panjangnya sebagai jembatan untuk dilewati troli. Selain itu sebagai vendor dekorasi kami pun dilarang untuk menyentuh barang-barang milik hotel dan segala benda yang akan kami letakkan di lantai mereka harus terbungkus plastik. Persis yang sedang aku dan Kikan kerjakan saat ini.
Bli Komang, orang operasional, beserta dua anak freelancer lainnya akhirnya ikut turun membantu setelah mereka selesai dengan urusan lighting karena jujur tenaga aku dan Kikan tidak cukup kuat untuk menyelesaikan pekerjaan ini tepat waktu.
Setelah memastikan semua beres, aku dan Kikan bersiap meninggalkan Malia. Aku menitipkan beberapa pesan pada bli Komang yang akan stay di venue hingga acara selesai. Dan memintanya meneleponku kalau ada hal-hal tak terduga yang terjadi.
"Jadi beneran udah nggak mau tau kabar si Bagas?" Kikan kembali membawa nama Bagas saat kami sudah di mobil dan bersiap meninggalkan parkiran hotel.
"Gue orangnya realistis, Kan. Nggak mau menye-menye kebawa kenangan lah. Kalau dia udah ninggalin gue ya berarti dia udah nggak cinta kan? Walau seberapa besar pun keinginan gue untuk tahu alasannya yang cukup masuk akal buat gue. Gue nggak mau habisin waktu buat hal nggak guna."
"Alasan yang lebih masuk akal dari pada ketidaksetujuan Papa kamu?"
"Udah cukup deh, Kikan! Lu masih bacotin Bagas gue turunin juga lu di sini." Ancamku.
"Jangan gila Nin. Ini di tol." Protes Kikan dan membuatku terkikik. Kikan bisa kusebut sahabat setelah kami bekerja sama hampir tiga tahun. Dia seorang perangkai bunga hebat. Banyak vendor dekorasi sepertiku memperebutkan jasanya. Dan setelah beberapa kali bekerja sama kami merasakan banyaknya kecocokan dan jadi akrab. Kikan lumayan banyak tahu tentang hubunganku dengan Bagas. Laki-laki yang menjadi alasan aku jatuh cinta dengan Bali.
Aku ceritakan singkat tentang Bagas. Dia sorang surfer dan punya kafe kecil di Seminyak. Ibunya Bali sedang ayahnya Jawa. Kami bertemu tak sengaja saat aku liburan ke Bali setelah meninggalnya Mama. Obrolan kami yang ditemani berbotol-botol bir di kafenya diakhiri dengan ciuman yang impulsif karena akumulasi kadar alkohol bir yang terus bertambah. Aku yang memang sedang melakukan pelarian atas kesedihanku tiba-tiba saja merasa disodorkan pundak untuk menangis. Tapi Bagas tidak memanfaatkan keadaanku saat itu. Ia membiarkanku yang sudah agak mabuk tidur di kamarnya hingga pagi. Dan begitulah awal mulanya, aku akhirnya memilih Bali sebagai tempat tinggalku dan juga bentuk protesku pada hubungan Papa dan Adelia.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You
RomanceAnindira Maheswari menjadikan Dimas Agastya sebagai target jodoh yang akan ia bawa ke hadapan Ayahnya sebagai balas dendam. Ia tahu benar Agastya adalah kebanggan Ayahnya di perusahaannya dan dia tentu saja bukanlah perempuan tepat untuk Agastya di...