**Maaf kl nemu typo ya soalnya ga sempat edit krn lg ga enak badan. Jangan lupa vote dan komen ya kl suka
Anindira Maheswari
Aku terakhir pulang ke Jakarta sekitar setahun lalu. Dan sekarang aku kembali ke kota ini dengan tidak menemukan hal yang baru. Masih panas, masih macet dan masih bising di telingaku. Aku mengikuti anjuran Kikan untuk mencoba berbicara dari ke hati dengan Papa. Permintaan Papa agar aku pulang setelah berita kehamilan Adelia terus membuatku bertanya-tanya, apa kira-kira yang ingin Papa bicarakan padaku. Aku merasa aku harus mulai berdamai dengan keadaan, khususnya kenyataan bahwa saat ini Papa sudah menikah lagi dengan perempuan lain, dan kenyataan bahwa sebentar lagi aku akan punya seorang adik. Well, seharusnya Papa punya seorang cucu dari aku.
Informasi yang dibawa Aga tentang betapa bangganya Papa padaku serta banyak fotoku yang Papa pajang di kantornya sedikit melunakkan kerasnya hatiku sehingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan memenuhi permintaannya.
Sudah hampir pukul 4 sore saat aku tiba di depan gerbang rumah yang entah kenapa sekarang terasa begitu asing, padahal aku tinggal di rumah ini sejak aku masuk SMP hingga selesai kuliah. Wajar saja rumah ini terasa asing karena tidak ada lagi Mama di dalam sana bahkan hampir 80 persen isi rumah jauh berbeda dari sejak aku tinggalkan.
Pak Salim, suami Bik Yuni, pasangan suami istri yang sudah ikut keluarga kami sejak aku SD, membukakan gerbang untukku. Ia menyapaku dengan senyum lebar. Bik Yuni berlari tergopoh-gopoh dari dalam menyambutku, ia bahkan memelukku erat.
"Bibik berharap Non Anin sering-sering pulang. Bibik suka kangen sama Ibu dan juga Non Anin." Bik Yuni mengambil tas dari tanganku.
"Biar aku saja, Bik." Aku tidak membiarkan tasku berpindah ke tangan perempuan lima puluh tahun itu. Aku kemudian melangkah masuk ke rumah. Bik Yuni masih membuntutiku dari belakang.
"Non." Ia menghentikan langkahku.
"Iya, Bik." Wajah perempuan itu terlihat khawatir. Ia kembali diam dengan ekspresi ragu. "Oh ya, Papa kemana?"
"Oh Bapak sama Ibu Adelia belum pulang. Mungkin sebentar lagi." Jawabnya.
"Ok." Aku kembali melangkah dan bersiap menaiki tangga ke lantai atas.
"Non." Bik Yuni kembali memanggilku. Dan aku kembali menghentikan langkahku.
"Itu...umm...kamar Non Anin."
"Iya, Bik. Kenapa kamarku?"
"Ummm...."
"Maaf Non Anin. Kamar Non Anin sekarang sedang dikosongkan." Pak Salim kali ini yang berbicara.
"Maksudnya?"
"Itu...Bapak pengen mindahin kamar Non Anin karena kamar yang sekarang mau dijadikan kamar bayi."
"Hah?!!" aku menjerit tidak percaya. Ku lihat Bik Yuni tertunduk dalam begitu pula suaminya. Aku setengah berlari menapaki tangga menuju kamarku dan aku terperangah saat melihat kamar ini sekarang sudah kosong. Cat dindingnya pun sudah berganti.
"Bik!!!" aku menjerit memanggil Bik Yuni. Dan perempuan itu mendekatiku.
"Kemana barang-barangku?"
"Udah dipindahin Pak Salim ke Kamar yang sana." Bik Yuni menunjuk sebuah kamar kosong yang tidak jauh dari kamarku. Dulu kamar itu Mama jadikan ruang baca, seperti perpustakaan kecil. Tapi sekarang rak dan buku-buku di kamar itu sudah dipindahkan ke gudang saat aku memutuskan ke Bali. Bik Yuni yang menceritakannya padaku waktu itu.
"Kenapa dipindahin?" aku bertanya dengan suara masih meradang karena marah.
"Bapak yang perintahkan Non." Kata Pak Salim dengan nada sesal. Dan saat itu terdengar suara gerbang di luar terbuka dan ada suara mobil memasuki halaman. Aku berlari cepat menuruni tangga karena aku tahu itu pasti Papa dan Adelia yang datang. Mereka tiba di saat yang tepat untuk menjadi tempat luapan amarahku saat ini. Aku menunggu mereka memasuki pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You
RomanceAnindira Maheswari menjadikan Dimas Agastya sebagai target jodoh yang akan ia bawa ke hadapan Ayahnya sebagai balas dendam. Ia tahu benar Agastya adalah kebanggan Ayahnya di perusahaannya dan dia tentu saja bukanlah perempuan tepat untuk Agastya di...