EUFORIA

71 8 0
                                    

Kalian tau ga? kadang didalam suatu perasaan kita harus bisa mengikhlaskan agar bisa melihat orang itu bahagia walau bukan karna tawa dan senyuman kita.

Sebuah perasaan yang terus saja di paksakan dan di perjuangkan sendiri itu menyakitkan, sangat menyakitkan ketika kamu sudah memikirkan rencana kedepannya bagaimana bersama orang yg kalian cintai tetapi nyatanya takdir mempunyai kisah tersendiri.

aku selalu belajar itu semua dari pria di sebrang sana,

bertahun tahun lamanya ku lalui kehidupan bersamanya , saling menebar rasa suka dan duka, bahkan kami membagi kasih sayang satu sama lain. sempat keruh karna adanya rasa cinta di antara kami.Tapi lihat? Bagaimana sebuah keikhlasan itu sejati adanya. Karna ketika kita mengikhlaskan sesuatu maka akan di sediakan sebuah hadiah terindah yg lebih berarti ketimbang yang kita lepaskan.

Lelaki yang di hadapanku kali ini sedang mengucap janji suci dengan wanita itu adalah kebahagiaan terindah yang pernah aku dapatkan, melihatnya tersenyum bahagia sudah membuatku tenang untuk melepasnya.

Aku perlahan menghapus air mata ku yang sudah tak bisa di bendung lagi. Dengan langkah yakin aku berjalan mendatangi dua insan tersebut yang sedang berpelukan.

" happy wedding ya... gue doain smoga langgeng dan selalu jadi pria yang gue kenal.. sekali lagi happy wedding, gue.. bangga frans pernah ditemuin sama cowo nyebelin tapi penuh rasa sayang. " ungkapku lalu menjulurkan tangan untuk menepuk bahunya.

Namun justru pria itu malah menarikku ke pelukan lalu melepaskanku sembari mengetuk jidatku.

Aku pun tertawa manis merespon nya.

" dasar! Gausah sok formall dah lu zaraa.. tapi bay the way thanks doanya.. tuhan memberkati lo.. dan untuk lo.. jagain zara ya bar, ini anak sumpah nakutin.. gimana ya ceroboh nya gila sih" tukasnya lalu menatap tajam ke arahku.

" tanpa lo suruh gue udah di sampingnya " jawab bara datar

" senyum dikit napa bang" celetetuk frans lalu di balas dengan senyum miring olehku.

"udah udahh... lexxa.. happy wedding yaa! " aku memeluk lexxa dan membalas senyumannya.

" thanks zara.. oya.. kalian kapan nyusul?!" ya, aku sempat tersentak dengan aksen lexxa yang sudah perlahan seperti orang Indonesia. Pasti frans banyak membantunya belajar.

Oh iya! Sorry melupakan pria tampan yang sedang tersenyum tipis di sampingku ini,

" uh.. kalau itu secepatnya lah! Soalnya ngapain buru buru! bulan lalu kan baru tunangan! Hahaha" ucapku bercanda lalu di hadiahi tatapan tajam dengan kak bara.

" kata siapa? Kalau hari ini juga bisa aku nikahin kamu" jawabnya santai lalu dia pun kompak dengan frans .

" se—jak kapann! Kalian jadi dekat?!" tanyaku menyidik

" sejak bara nanya gimana frustasinya lo selama di London mikirin dia! Hahaha"

" awas aja lo ceritain yang ngga terjadi!"

" gue bukan tukang hoax sorry!!" sahut frans sembari mengayunkan jemarinya.

" tapi serius deh... kalian kapan jadi? Kan yang gue tau lo udah persiapannya mateng kan? Buruan gih nyusul kita" Tanya frans sambil menggayut pinggang ramping lexxa untuk sedikit mendekat kearahnya.

" insyaallah sih minggu depan.." akhirnya aku tak bisa menyembunyikan fakta itu.

" seriuss! Oke deh.. balik honeymoon langsung otw gue ke acara lo!"

" dasarr!"

Kamipun tertawa bersama selama di acara pernikahan frans, kami begitu bahagia dengan moment yang sangat berkesan ini. sedangkan aku, justru hari ke hari sedikit takut dengan hal hal yang akan terjadi kedepannya. Takut rencana yang sudah di buat sematang mungkin akan berakhir di garis takdir yang berbeda. Untungnya , kehadiran kak bara selalu mensupport aku dan membantuku menghilangkan trauma ku. Perlahan aku menjalani kehidupan tanpa rasa takut yang membayangi karna aku tau, dibalik bayanganku ada sebuah sosok yang siap merengkuhku kapanpun aku takut dengan dunia ini.

.

.

Aku menatap pantulan diriku di cermin, ya hari ini tepat hari bahagiaku. Hari dimana diriku menyerahkan sepenuhnya terhadap suamiku.

Aku tersenyum menatap diriku sendiri, dengan balutan gaun pengantin putih yang suci dan sakral.

Perlahan knop pintu terbuka dan menampilkan wanita paruh baya yang berjalan dengan eloknya.

" sayang.. yuk..sudah waktunya" mamah mengenggam kedua tanganku lalu membawa ku ke tempat ku menjalankan akad nikah pagi ini.

Aku berjalan bersama mamah dan didudukkan tepat di samping kak bara.

'Masyaallah..dia bukan seperti bara yang kukenal.. sangat tampan' lirihku pelan lalu kembali menatap ke pak penghulu.

" sah!" setidaknya satu kata itu berhasil meloloskan air mataku hingga turun melewati tumpukan makeup di wajahku.

Aku menangis, bukan.. karna bahagia yang teramat sangat.. berterimakasih pada allah karna skenarionya begitu indah. Saat itu juga, aku terbayang saat pertama kali bertemu kak bara melewati hari indah bersama lalu dipertemukan dengan sebuah permasalahan . ya bahkan saat itu aku bahkan merasa tak bisa bertemu kembali lagi. Tapi ternyata skenarionya begitu indah.

Kembali di pertemukan ketika masing masing sudah bisa mendewasakan perasaan.

Kembali di pertemukan saat dunia sudah mengakui kedua insan yang saling mencintai.

Aku..bangga pada diriku yang masih setia menjaga perasaan ini hingga tiba saat yang dinanti.

Perlahan aku tersadar dari lamunanku ketika sebuah genggaman lembut nan hangat menyentuh jemariku. Ya, dia menyematkan cincin pernikahan di jari manisku tepat di atas cincin pertunangan kami.

Aku pun tak kuasa kembali menjatuhkan air mata,

Setelah itu aku juga menyematkan cincin dan dia pun memajukan tubuhnya lalu membisikkan sesuatu ditelingaku.

" boleh ku cium?" tanyanya dengan hembusan nafas yang terasa menjalar di telingaku

Aku pun tak bisa menahan senyum lalu mengangguk pelan.

Dia pun menangkup kedua pipiku lalu memajukan kepalanya,

Cup.

kecupan lembut di keningku yang sangat lama itu begitu membuat ku bergetar menahan rasa bahagia ibarat kupu kupu yang siap melesat dari perutku.

Suara riuh disekitarku yang memberi selamat semakin membuat hari ini menjadi hari yang akan sangat bersejarah,

Setelah melepas ciuman nya dia beralih turun ke telingaku dan berbisik

" mulai hari ini, hidup mu, ragamu, hatimu dan juga nafasmu adalah milikku. Milik bara raditya. Milik seorang bara seutuhnya." Dia pun mengenggam tangan kanan ku lalu menyematkan jemarinya diantara jemariku. Begitu erat hingga rasanya aku kembali merasa di dalam benakku sebuah kebahagiaan yang begitu sangat sangat besar. Sebuah rasa bahagia yang tak bisa dihitung seberapa besar.

Ya, dia yang selalu menghidupkan euforia dari seorang zara.

Siapapun takkan pernah bisa menggantikan alasan seorang zara bahagia sebegitu hebatnya.dan euforia yang merasuk hingga ke dasar hatinya.

Bara, euforiaku dan pemilik hatiku.

END.

***

HAII!! ^^

ya.. ga kerasa udah selesai aja kisah euforianya.

makasih yah yang selalu support! hihi^^

seeyou next extra part yah!!!

Selamat membaca^^

EUFORIA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang