( bara Berbicara)
Pagi itu, hari yang begitu normal ku jalani seperti biasanya, ya tepat hari ini hari kedua aku menjalankan ulangan akhir semester, tepat di hadapanku soal matematika yang sudah usai ku kerjakan. Aku pun hanya termenung sembari menunggu teman ku yang lain menyelesaikan juga.
Mereka lelet banget sih!. Keluhku
Aku pun memundurkan badan hendak bertanya ke fadli apakah dia sudah selesai atau tidak, namun setelah menoleh malah aku dihadiahi lemparan kertas kosong yang tergumpal. Aku pun menatap sinis karna tau maksudnya.
" gue mohon barr! Gue ga ngerti bahasa planet ini! ayo-lahh!"
Tak sudi berlama lama melihat muka pasrah nya yang semakin hendak menaikkan emosi aku berbalik ke mejaku dan menyalin beberapa jawaban untuknya lalu melempar ke arahnya dengan senyuman manis yang pasti sangat di pahami oleh fadli itu artinya aku tak mau lagi memberinya contekan. Dan kali ini kupastikan wajahku takkan lagi mendongak ke belakang.
Tak lama datanglah kertas tanda tangan untuk absen ,aku pun memasukkan tangan ke dalam laci hendak mengambil kotak pensil , setelah menggapai tak mendapatkan apapun aku menyadari kalau kali ini kotak pensilku tertinggal di tas yang disusun depan papan tulis.
" bodoh!" aku bergumam lalu hendak menoleh ke belakang lagi , namun segera ku tahan leherku lalu bertukar arah memandang ke samping . ada pulpen di tengah meja ini., sepertinya ini milik ade kelas di sampingku.
"boleh pinjam kah?" tanyaku pelan.
Gadis itu hanya diam sembari menatap lembaran soalnya.
Aku pun sedikit menaikkan suaraku lalu dia pun mengangguk mengerti. Dengan cepat ku ambil lalu aku segera tanda tangan dan kembali meletakkan pulpennya
Setelah itu, ku dengar suara benda jatuh dari ujung kelas ini, aku pun menoleh dan bertatapan tepat dengan seorang gadis di ujung sana. Entah mengapa saat aku masih menatapnya dia justru membuang muka dan muka kagetnya saat di awal tadi seperti habis melihat hantu di siang bolong.
Kenapa dia kaget gitu? Gue ganteng gini kok dia malah takut?
Aku pun memilih berbalik dan justru kali ini tak bisa berhenti memikirkan nya.
Setidaknya itu sekilas pertemuan ku dengan gadis bernama zara itu.
Mulai sejak itu aku sering menangkap basah dia menatapku dan parahnya aku baru menyadari ada kamera yang menyorot kearahku.
Entah kenapa rasanya sangat bahagia berpura pura tak melihat gadis itu yang sangat santai memotretku.
Timbul di fikiranku untuk mengerjainya yaitu mendatanginya dan memergokinya dengan amarah.
Saat itu bisa kulihat dia bergetar begitu hebat seperti aku macan yang kelaparan.
Semakin kesini aku jadi merasa nyaman melihatnya gugup saat ku pandang dan gugup saat tak sengaja bertemu denganku di suatu tempat.
Dan bahagianya lagi dia anak teman dekat mama. Aku jadi memiliki alasan untuk bertemu dan menemuinya kapanpun.
Hingga suatu saat akhirnya aku dan dia sering menghabiskan waktu bersama dan parahnya saat itu dia begitu blak blak an ketika ku Tanya mengenai sebegitu sukanya kah dia padaku. Dan justru aku sangat tak menyangka dia akan sejujur itu mengatakan dia memang menyukai ku. Menyukai senyum ku yang jarang terlihat.
Aku rasanya mau gila, tetapi kalian tau lah. Aku seorang bara. Aku sudah terlahir sebagai pria yang ber kharisma. Aku pun tak menghiraukan pengakuannya saat itu dan justru membuat lelucon hal itu karna ternyata gadis bodoh ini tak sadar bibirnya mengakui perasaanya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
EUFORIA✔
Fiksi Remaja" Duh! Gue kaga ngerti kenapa senyum dia nih yaa.... bisa lengket di otak gue!!! bahkan gue sendiri sampe ngehaluin tiap detik taulah!!! " -zara. Murid baru tahun pertama SMA Kasih Darma. Seorang zara berhasil dimabukkan dengan senyuman manis sang...