Part 9

2.3K 265 25
                                    

Jensoo💙

I'm not in good mood, but i still want update this story today

Happy Reading😊

Kedua yeoja itu ah bukan tiga … ketiga yeoja itu kini pergi dari hidup mereka Jennie, Wendy, Seulgi dengan membawa luka. Dan yang ditinggal pergi pun tak kalah terluka.

Kini permainan yg mereka buat menjadi luka untuk mereka. Inikah permainan Tuhan ?. Ya .. Tuhan melihat semuanya. Kini dibenak mereka hanya ada beban, luka, rasa perih, pilu, sesak, apakah harus mereka sebut semua rasa yg mereka rasakan kini ?

Mereka bahkan tak bisa menyebutkan satu persatu rasa itu, dan masih ada rasa yg tak bisa mereka gambarkan dengan kata-kata. Rasa itu teramat rumit. Hati dan pikiran mereka pun tak tahu apa namanya.

Dan jika mereka mencari dikamus pun belum tentu menemukan kata yg tepat, yg mereka inginkan yg bisa menggambarkan perasaan dari hati mereka kini.

***

Kedua yeoja itu kembali ke cafeteria tapi disana sudah tak ada siapa-siapa. Mereka tak ambil pusing masalah itu, mereka langsung menghubungi Nayeon untuk memberitahukan mereka akan segera pulang. Dan akan segera pergi ke bandara.

Entah dari mana datangnya, ketiga wanita yg tadi terpisah dari tiga arah yg berbeda menuju satu arah yg sama. Namun langkah mereka terhenti ketika melihat seorang yeoja dan wanita yg berdiri dihadapan mereka seolah menahan jalan mereka.

“APA INI BELUM CUKUP … ? APA INI MASIH KURANG ? SAHABAT-SAHABAT KU PERGI… YANG KALIAN DENGAR BARUSAN ADALAH SEBAGIAN JERITAN DARI HATI MEREKA, YANG HARUS KALIAN TAHU MEREKA KINI SANGAT TERLUKA. AKU HANYA INGIN BERTANYA, APA KALIAN BAHAGIA SEKARANG ?. “ ucap Nayeon panjang lebar tapi kini nada bicaranya tak setinggi sebelumnya, hanya saja setiap kata yg ia keluarkan penuh penekanan, dengan nada dingin dan tenang, tatapan yg tajam dan kedua tangannya kini mengepal. Tanda ia menahan emosi yg teramat.

Jungyeon yang melihat itu pun tak tinggal diam. Ia berusaha menenangkan Nayeon, ia tak mau yeojanya terbawa emosi. Terlebih yg mereka hadapi adalah sunbaenya.

“Nayeon, sudahlah … ayo …”. Ajak Jungyeon sambil menarik tangan Nayeon menjauh dari 3 wanita tadi.

“Mianhe eonnie … kami permisi…” ujarnya sopan.

“Untuk apa kau meminta maaf pada mereka ? eoh ?” kata Nayeon dengan melepas genggaman Jungyeon.

“Apa kau membela mereka ? eoh ? jawab aku ?” lanjutnya.

“a … aniyo … ma…mak” belum sempat Jungyeon menjelaskan tindakannya Nayeon memotong semua ucapannya.

“KAU TAHU, MEREKA YANG TELAH MEMBUAT SAHABAT SAHABAT KU PERGI, MEREKA YANG TELAH MEMBUAT SAHABAT-SAHABAT KU TERLUKA, MEREKA YANG MENYEBABKAN SAHABAT KU MENDERITA, ITU SEMUA GARA-GARA MEREKA, KAU TAHU BETAPA TERSISKANYA MEREKA ? “ ujar Nayeon berapi-api menumpahkan rasa kecewanya, rasa kecewanya pada 3 wanita itu. Namun Jungyeon lah sekarang yg harus mendengar kata-kata itu.

“Mereka menangis, mereka terluka, hati mereka terluka. Hiks … hikss … mereka harus menyembuhkan ini sendiri, sementara aku ? Aku hanya disini sendiri, aku tak ada ketika mereka membutuhkan sandaran, hiks … “ untuk sesaat ia menarik nafas untuk membuat dirinya sedikit tenang, tapi sepertinya itu tak berpengaruh sama sekali.

“Membutuhkan tempat untuk berbagi perih, luka dan duka mereka. Hiks… Mereka pergi menyembuhkannya sendiri. Pertama sahabat ku… eonni ku… yg paling mengerti aku, ia kini terbaring lemah dirumah sakit. Jiwa dan raganya terluka. Tak bisakah kau lihat itu Jungyeon-ah, ia harus berjuang dua kali lebih keras sekarang. Ia tertidur begitu lama, bertaruh dengan maut. Hiks … hiksss … “ tak henti Nayeon mengeluarkan sesak dihatinya, bahkan isakan semakin menjadi dan menjadi tangis pilu.

“Kini dua sahabat ku yg lain juga terluka, luka yg sama. Mereka menyembuhkan luka masing-masing tanpa didampingi sahabatnya. Seharusnya aku ada diantara mereka. Hikss …Aku harusnya ikut berjuang bersama mereka, memberikan semua yang aku punya untuk membantu mereka berdiri lagi. Kau tahu mereka terjatuh terlalu dalam. Sementara aku hanya punya seutas tali yg tak begitu panjang dan rapuh… dan… sekarang masih mau kau membela 3 orang itu eoh ? begitu kah ? “ ujarnya sepertinya belum puas mengeluarkan emosi yg ia pendam sendiri.

Terlebih ia harus kehilangan ketiga sahabatnya dengan cara seperti ini. ia terlalu rapuh menghadapi ini, ia juga butuh sandaran.

Kini hanya Jungyeon yg berada disampingnya, tapi ia sedikit kecewa dengan tindakan Jungyeon, dimata Nayeon tindakan Jungyeon adalah membela 3 orang itu itu, dan ia tak bisa terima itu.

Tanpa mendengar jawaban Jungyeon Nayeon lari dengan isakan, ah bukan tapi tangisan yg semakin terdengar. Jungyeon pun mencoba mengejar Nayeon. Mencoba menenangkan Nayeon yg sekarang ini sedang dipiliputi emosi.

“Nayeon-ah … “ teriak Jungyeon. Namun Nayeon tak mendengarkan teriakan-teriakan yg memanggil namanya.

Untuk saat ini biarkan Jungyeon yg menenangkan Nayeon, pikirannya terlalu kacau. Nayeon terduduk lemah dibangku taman sekolah, beruntunglah tidak terlalu banyak siswa yg berlalu lalang dan beraktifitas di taman itu, hanya segelitir orang itu pun hanya sekedar lewat.

Dug …

Kini Jungyeon mendekap Nayeon erat, ia ingin meringankan beban yg yeojanya tanggung sendiri. Seolah dengan dekapan itu ia bisa tahu bahwa ia tak sendiri masih ada dirinya –Jungyeon- yg akan selalu bersamanya. Untuk beberapa saat Nayeon berontak, ia masih merasakan kesal, namun pelukan itu semakin Jungyeon eratkan.

“Tak akan ku lepaskan … menangislah. Berikan beban mu pada ku, kau tak sendiri.” Ujar Jungyeon menenangkan.

“Me … me…mereka jahat Jung…yeon…ah” ucap Nayeon tersendat-sendat menangis sembari mengeluarkan isi hatinya.

“Aku tahu … “

“Mereka membuat sahabat-sahabat ku pergi.. hikss … mereka pergi Jungyeon-ah… mereka pergi…” papar Nayeon membagi beban hati yg ia pendam

“Bagaimana dengan ku … aku sendiri, mereka terluka … aku ingin bersama mereka Jungyeon-ah … hikss … hikss..” lanjutnya.

“Siapa bilang kau sendiri ? eoh ? Aku disini, akan tetap disini. Bersama mu … arra ?” ujar Jungyeon meyakinkan, mengelus rambut Nayeon lembut memberi kenyamanan untuknya.

“Jika kau pergi, lalu bagaimana dengan ku ? “ lanjutnya.

Nayeon menatap Jungyeon sekilas dan kembali memeluk Jungyeon erat dan menangis kembali bahkan sedikit keras. Kita tinggalkan Nayeon dan Jungyeon. Nayeon tak akan berhenti sampai ia benar-benar tenang.

3 wanita tadi, masih membeku ditempat. Mereka mendengarkan dengan setia setiap kata-kata yg keluar dari mulut Nayeon. Mereka kini menyadari kesalahan mereka ternyata sangatlah fatal, dan akibatnya akan seperti ini.

Andai saja saat itu mereka tak memulai permainan terkutuk itu ? Andai saja mereka bisa mengulang waktu ? Andai saja … andai saja … dan andai saja yg ada dalam benak mereka kini.

Bagi mereka gelapnya malam hari di Seoul tak ada apa-apanya dengan hati mereka yg gelap, tertutup PENYESALAN teramat dalam, membuat yeoja yg mereka cicintai terluka, membuat luka pada diri sendiri, dan luka untuk orang di sekitar mereka. Sepertinya kini PENYESALAN akan menjadi teman setia untuk mereka.

To Be Continue

To Be Continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hahhhhh.... Yang tersisa tinggal itu😞😞😞

Aigoo yaaaaa...
Tuh aku kasi spoiler... Coming soon

Tunggu semua cerita pada kelar baru aku publish..

Regret It [To be With You] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang