Gulf POV
Pernahkah terlintas dipikiranmu?
Ketika suatu saat kau membuka matamu, dan terbangun di dalam ruangan, bertukar udara semalaman bersama dengan seseorang yang telah lama kau sukai diam-diam?
Bukankah rasanya luar biasa?Ternyata aku salah, itu hanya ada didalam imajinasi saja.
Pagi ini aku terbangun, di kamar Bright, dengan pakaian yang sudah terlepas dari tubuhku.
Aku hanya berusaha berpikir positif, tapi pemikiran negatif jauh lebih kuat, mengasingkan seluruh pemikiran, dan membuatku harus diam terpaku setelah mendapati Bright didalam selimut itu.
"ANJING LU BRIGHT!"
Teriakanku sepertinya berhasil membuat Bright terbangun dari tidurnya. Bright perlahan mengusap-usap matanya, dan mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk sambil menyilangkan kedua kakinya.
"Kenapa?" Tanya Bright tanpa rasa bersalah.
"Kenapa gua bisa disini?" Ucapku dengan nafas yang sedikit terengah-engah.
Bright tertawa kecil, kemudian menyentil dahiku.
"Lu mabuk semalam!""Trus? Kenapa lu bawa gue kesini?"
"Aku ga tau rumah lu dimana!"
Mataku tak berani menatap lurus mata Bright. Itu terlalu indah untuk ditatap. Walau saat ini aku sudah berhasil move on, tapi rasa ini kembali muncul. Hatiku berdegup kencang, wajahku memanas, dan sepertinya aku kembali menyukai Bright, setelah akhir aku menyukai dia saat kelas 2 SMP.
"Trus kenapa gue udah ga pake baju?"
Bright terdiam sejenak.
"Ya, itu lu sendiri yang buka. Lu ngamuk semalam bilang kepanasan,"
Aku kemudian meraba tubuhku, dan menyadari kalau itu hanya suatu kebohongan.
"Shit! Gua bahkan sekarang ga sanggup ngelepas selimut. Disini dingin!"
"Semalam AC agak bermasalah,"
Aku menatap curiga, melihat mata Bright yang sekarang tak berani menatap mataku.
"Lu ngapain semalam?"
"Dih anjir! Lu mikir kejauhan! Awas, Aku mau mandi," ucap Bright sambil mendorongkan tubuhku sedikit.
Aku berusaha menyembunyikan ini kembali. Bright, satu-satunya pria yang pernah ku suka, dan sekarang hatiku kembali menginginkannya setelah lebih dari 1 tahun aku move on.
"Apa ini cuma karna aku gugup? Ini masih pagi. Ga mungkin gue suka sama Bright lagi," batinku kemudian meraih pakaian yang ada di dekatku dan pergi keluar dari rumah Bright.
Aku bergegas ke rumah, bersiap untuk pergi kesekolah. Hari ini, guru killer masuk ke kelasku. Ditambah lagi, hari ini aku butuh cerita ke John.
"John?" Ucapku memanggil pria yang sedang duduk dibangku kelas.
"Kenapa?" Jawab pria itu.
Sepertinya moodnya sedang bagus, aku harus cerita sekarang. Aku kemudian duduk tepat disampingnya.
"Gue mau nanya,"
John menganggukkan kepalanya.
"Mukalu serius banget, lu lagi ada masalah?""Emmm... Ada sih,"
John menaikkan alisnya, tanda percakapan ini menjadi serius.
"Jadi... Emmm... Kalo misalnya gue suka sama..."
"Jessica? Udah tau gue,"
"Bukah ih, nyalip aja lu!"
"Lah trus?"
"Kalo ternyata gue suka sama Bright gimana?"
Wajah John berubah menjadi kaget. Ia hanya diam kutu, bibirnya ternganga, dan matanya melihatku seakan tak percaya.
Kami hanya saling tatap untuk beberapa saat. Tapi aku memberanikan diri berbicara tentang ini, meski aku harus kehilangan seorang teman.
"Lu ga becanda, kan?" Tanya John terputus-putus.
"Kali ini aku serius,"
"Sejak kapan?"
"SMP,"
Tubuh John tergeser, ia semakin tidak percaya dengan ucapanku.
"Becandaan lu ga lucu,"
"Gue serius. Kami dulu di SMP yang sama. Gue suka dia dari awal masuk sekolah. Tapi gue udah move on kok pas kelas 3 SMP,"
"Bagus dah kalo lu udah move on,"
"Tapi, semalam gue mabuk dan bangun di kamar Bright. Pas ngeliat dia, kayanya gue masih suka sama dia,"
"Ih, sumpah. Lu ga pernah cerita sama gua,"
"Ya karna kemaren gue udah move on,"
John menggelengkan kepalanya. Ia masih saja menunjukkan ekspresi bingung dicampur kaget.
"Lu pasti ga mau deketin gua sekarang, ya?" Ucapku.
John menatap mataku. Sepertinya kini moodnya menjadi kacau.
"Lu itu temen gua, mau lu gimana pun juga, ya lu tetap teman gua," ucapnya lalu memukul pelan kepalaku.
Aku tertawa kecil, rasanya lega ketika ekspektasiku ternyata salah. Tetapi, aku berhasil mematahkan asumsi murahan itu, memberanikan diri, mengupas rahasia, dan berakhir baik-baik saja, bahkan menjadi lebih lega.
"Trus, lo mau nembak dia?"
"Dih, kaga! Gue bisa dimatikan sama dia!"
"Kayanya juga iya sih," John tertawa.
Aku kini harus perlahan memulai, apapun caranya, aku harus lakukan. Kini, Bright selalu membayangi setiap tindakan yang kulakukan. Detik, menit, jam, bahkan hari berlalu, wajah Bright sepertinya menjadi trending di otakku.
***
Writer's POV
Bright berjalan menuju lapangan di belakang gedung kelas 12, berharap masih menemukan sebuah kalung disana.
Ia menggeser kakinya perlahan, menelusuri tanah yang dipenuhi rumput tebal.
"Kayanya dia lempar ke arah sini," batin Bright.
Kaki Bright seperti anjing pelacak, fokus Bright hanya pada sebuah benda kecil. Mencari jarum ditumpukan jerami, mungkin tepat untuk situasi saat ini. Tetapi sepertinya harapan akan terkabul, jika tekun untuk melakukan sesuatu.
Bright menghabiskan banyak waktu, yang membuatnya harus melewatkan kelas hari ini. Untungnya tak ada guru yang berpatroli disekitar, yang membuat Bright bisa tetap bertahan hingga senja mulai meredam.
Kakinya menginjak sebuah benda, ia langsung jongkok dan mengambil yang kakinya temui.
"Ketemuuu!" Teriaknya.
Ia kemudian menolehkan kepalanya ke atas, dan melihat langit yang sudah menjadi gelap.
"Lah, udah malam? Aku bolos kelas dong?" Batinnya.
Ia kemudian berlari keluar dari sekolah, dan pergi menuju rumah.
Bright menyalakan keran, dan membasuh kalung yang sedikit terlumuri oleh lumpur.
"Kayanya aku harus pake ini dah, ini cantik," batinnya.
Bright menggantungkan kalung itu di lehernya, dan sangat cocok dikenakan olehnya.
"Kayanya emang ini ditujukan untukku," gumam Bright sambil tertawa kecil.
"Gulf, aku bakal berjuang! Hatimu diciptakan untuk ku miliki," ucap Bright sambil meratapi cermin didepan cermin.
(...)
Terima kasih sudah membaca cerita ini.
Semoga suka dengan ceritanya.
Jangan lupa VOTE 🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [BL] 🔞 (END)
Teen FictionGenre : Romance #OhmNanon #BrightGulf #PluemMon #LukeWin 🔞⚠️BL story. Homophobic mohon menjauh. ________ "Gua yang udah lama suka sama dia, juga memiliki rasa yang sama?" Rasanya sangat luar biasa bagi Gulf yang sudah menyukai Bright sejak masa S...