Tinggal di dalam satu rumah dengan orang yang ia cintai, mungkin menjadi hal yang paling menyenangkan.
Menarik rasanya, ketika membuka mata pada pembukaan hari dan melihat wajahnya pertama kali, bukankah begitu menyenangkan?
Ohm sudah beberapa minggu tinggal di rumah Nanoon, dengan kehangatan keluarga itu, membuatnya semakin betah untuk berlama-lama disana.
"Ohm?" Ucap Nanoon, sembari mengusap rambut Ohm yang tengah meletakkan kepalanya di atas paha Nanoon.
Ohm membalas senyum manis.
"Kenapa?""Ngga papa. Gua ngerasa pengen gangguin elu," jawab Nanoon kemudian menggelitik perut Ohm.
Ohm sontak langsung duduk, dan membalas gangguan itu. Tawa mereka pecah diseluruh ruangan, seakan beberapa orang pelawak muncul hanya karna beberapa sentuhan.
Senyum terpancar begitu indah, hingga senyum keduanya terhenti, ketika jarak wajah mereka kini hanya berjarak satu inci.
"Noon, gua bersyukur punya elu dalam hidup gua,"
"Sebesar apa?"
"Sebesar apapun yang ada di dunia ini, atau bahkan galaksi,"
"Kalo gitu, ayo nonton konser BTS,"
Senyuman Ohm begitu terpancar, kemudian mengambil ponsel dari saku celananya.
"Ngapain?" Tanya Nanoon.
"Nonton konser BTS,"
"Langsung maksud gua,"
Tangan Ohm mengusap kepala Nanoon, mengacak rambutnya hingga membuat arah yang berantakan.
"Daripada harus berdesak-desakan, nonton dari sini aja lebih enak. Serasa dunia milik kita berdua," jawab Ohm.
Nanoon menurunkan bibirnya, dan alis matanya naik sedikit.
"Bilang aja gamau rugi."Tangan Ohm menarik tengkuk Nanoon, kemudian mengecup bibir Nanoon perlahan hingga merasakan saliva keduanya bertukar.
"Jangan banyak bicara, lu terlalu mengemaskan" ucap Ohm kemudian kembali menyosor bibir Nanoon.
Tangannya bermain pada punggung dan pinggang Nanoon, membuat desahan dari hidung Nanoon terdengar begitu jelas di telinganya.
"Noon?" Ucap wanita dari arah pintu yang kini telah terbuka lebar.
Nanoon sontak langsung mendorongkan tubuh Ohm, menjauhkannya dan terlihat merapikan pakaiannya.
"Ma?"
Ibu Nanoon berjalan masuk, perlahan ia mengisi bangku kosong tepat didepan mereka berdua.
"Mama udah liat semua. Kamu ngga perlu bohong,"
Napas Nanoon tersendat, melihat bagaimana kini ekspresi Ibunya yang sepertinya akan siap menerkamnya.
"Mama ngga akan marah. Selagi kamu senang, mama akan ikut senang," ucapnya.
"Iya, ma. HAH?!" sontak bibir Nanoon tak terkontrol. Wajahnya terpaku pada sosok wanita yang kini tengah tersenyum padanya.
"Mama udah tau dari awal," lanjut wanita itu.
"Mama ngikutin aku?"
"Kamu anak mama, mau kamu bersembunyi sehebat apapun, sebagai orang tua, mama pasti akan tau bagaimana keadaan anaknya,"
"Mama ngga marah, kan?"
"Awalnya mama marah, tapi itu ngga akan berpengaruh. Kamu berhak memilih cintamu sendiri,"
Nanoon memeluk wanita yang ada di depannya, mengisakkan tangisnya hingga membasahi pakaian yang dikenakan oleh perempuan itu.
"Makasih banyak, Tante," ucap Ohm perlahan.
Wanita itu mengulurkan salah satu lengannya, mengisyaratkan agar Ohm juga ikut dalam peluknya.
Ohm mendapatkan itu, memeluk wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.
"Cukup dengan menutup diri saja, jangan menyebar luaskan hubungan kalian. Kritikan orang-orang mungkin bakal menyakiti kalian."
***
Win berjalan menuju sebuah cafe, setelah pada hari ketiga ia di kota itu. Cafe yang tidak begitu luas, namun sepertinya memiliki menu yang menarik.
Jari telunjuknya bergeser mengikuti arah daftar menu, dan terhenti pada kata 'fried banana with melted chocolate'.
Ia memesan itu ditambah dengan strawberry milkshake yang sepertinya sangan matching dengan coklat.
"Silakan diambil minumannya," ucap pelayan yang tengah berdiri dan menyodorkan strawberry milkshake ke atas meja pelayanan itu.
Tangan Win beranjak ingin meraihnya, namun gagal karena sebuah tangan tiba-tiba saja menyerempet dan menangkap itu.
"Maaf, tapi ini milik sa..." Ucapan Win terpatah, melihat sosok pria tampan dengan tubuh tegapnya.
"Maaf, saya kira ini milik saya," ucap pria itu.
"Oh, tidak apa-apa. Kakak bisa mengambilnya duluan,"
"Tidak usah, aku akan menunggu yang satunya datang, dan kita minum bersama,"
Win melebarkan matanya, berusaha mencerna ucapan yang seakan mengajaknya untuk kencan itu.
Win tersenyum, menganggukan kepalanya. Luke duduk di sebelah Win, sembari menunggu minuman itu kembali dipesan.
"Silakan diambil minumannya,"
Win menangkap itu, dan pergi menuju ke sebuah meja dengan 2 kursi yang telah tersedia, seakan telah disiapkan sebelumnya.
"Nama kakak... Luke, kan?" Tanya Win membuka pembicaraan.
Pria yang ia sebut Luke itu menganggukan kepalanya.
"Kamu kenal saya?""Sebelumnya tidak, tapi teman saya yang memberi tahukan,"
"Siapa?"
"Bright."
Wajah Luke berubah. Pandangannya kosong seperti sedang melamun.
Lamunannya itu dipatahkan oleh Win yang memegang punggung tangan Luke kala itu.
"Kakak kenapa?"
"Ah, nggak."
"Kamu tinggal di daerah ini? Aku belum pernah melihatmu,""Nggak, aku tinggal di luar kota ini. Sekitar 4 jam dari sini,"
"Pantesan. Orang seimut kamu ga bakal ditemuin disini,"
Wajah Win memerah, matanya melebar, jantungnya seakan ingin melompat melalui mulutnya.
"Kakak terlalu berlebihan."
Win tertawa kecil dengan senyum tipis di wajahnya.
"kamu sudah punya pacar?"
Win tersedak oleh coklat leleh yang tengah ia makan, setelah mendengar pertanyaan Luke.
"Kata-kata ini selalu ada di film. Apa Kak Luke bakal nembak gua?" Batin Win.
"Belum kak, kenapa?" Tanyanya kembali.
Luke menggenggam telapak tangan Win dengan kedua tangannya, menatap dalam mata Win yang tengah salah tingkah.
"Kalau begitu, aku ada kesempatan, kan?"
"Gila! Ini benar-benar seperti sedang di dalam film romantis. Apa aku sekarang sedang disorot oleh kamera?" Batin Win lagi.
(...)
Terima kasih sudah membaca cerita ini, aku harap kalian menyukainya.
Jangan lupa memberi Vote ♥️🤗
Oh ya, cerita baru yang lain sudah aku update dengan judul "Second Chance [BL]"
Jangan lupa untuk singgah juga
Love you all ♥️♥️♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [BL] 🔞 (END)
Novela JuvenilGenre : Romance #OhmNanon #BrightGulf #PluemMon #LukeWin 🔞⚠️BL story. Homophobic mohon menjauh. ________ "Gua yang udah lama suka sama dia, juga memiliki rasa yang sama?" Rasanya sangat luar biasa bagi Gulf yang sudah menyukai Bright sejak masa S...