Nanoon mengendarai mobil itu kembali ke rumah. Laju kecepatan begitu lambat. Rasanya Nanoon begitu nyaman untuk menghabiskan waktu bersama Ohm kala itu.
Senyum tipis di wajah Ohm begitu menggoda Nanoon, hingga tak sanggup menatapnya lebih dari 3 detik saja.
Bola matanya yang hitam kecoklatan, menambah kesempurnaan wajah Ohm.
"Ohm?"
"Hmm?" Ucap Ohm sambil menaikkan alisnya dan menatap wajah Nanoon.
"Emm... Gua minta maaf, ya."
Ohm mengerutkan keningnya.
"Untuk?""Soal kejadian di rumah sakit,"
"Emang lu salah apa?"
"Gua penyebab ini semua, 'kan?"
"Jangan berpikiran gitu, lu ga salah," ucap Ohm kemudian mengelus kepala Nanoon.
Wajah Nanoon berubah menjadi merah, kian nafasnya menjadi lebih kencang dari biasanya.
Tiba di rumah, Nanoon turun dari mobil, mendapati Ibunya yang sedang memangkas pagar dan mengurusi taman bunga di depan rumahnya.
"Ma?"
"Eh, Noon? Ohm? Masuk dulu." Ucap wanita itu.
"Iya, Tante."
Ohm mengambil langkah, dan masuk bersama Nanoon kedalam kamarnya.
"Lucu banget, biasanya Nanoon ga suka ada orang lain di kamarnya," batin Wanita cantik itu melihat Nanoon yang sudah mengurungkan diri di dalam kamarnya.
Ohm duduk di tempat tidur berwarna putih bersih itu. Rasanya ingin sekali ia membaringkan tubuhnya disana.
"Noon? Gua boleh tidur, 'kan?" Tanya Ohm dengan polosnya.
Nanoon tertawa kecil.
"Ya boleh, lah."Senyum manis terpancar dari wajah Ohm, sebelum akhirnya ia tertidur disana.
Sepertinya begitu lelah, apalagi semalaman ia harus berjalan-jalan tanpa arah.
***
Hari berlalu, fajar mentari pagi menyongsong waktu saat itu. Menembus setiap celah rumah, menerangi setiap sudut yang kalbu.
Bright menyusuri lorong menuju ruang klub music. Ia baru saja mendaftarkan diri, setelah sekian lama senior ingin Bright bergabung dengan klub itu.
Sambutan hangat kini menjadi penyemangat, dengan gitar yang ia bawa, Bright kemudian duduk diantara anggota klub lainnya.
"Baiklah, saya kira, semua sudah kenal Bright, 'kan?" Tanya seorang senior tampan bernama Tay itu.
Tubuhnya yang tinggi, kulit putih, dan wajah rupawan, membuat Tay begitu digemari oleh seluruh siswa.
"Sudah!" Ucap seluruh anggota klub itu.
"Haha... Memang dasar orang yang famous, semua pasti kenal,"
"Ah, Kak. Aku ngga segitunya, kok. Kakak jauh lebih terkenal,"
"Oh jelas! Hahaha..." Tay tertawa cekikikan sendiri.
Suasana begitu hening, membuat Tay tay sadar bahwa itu garing.
Perbincangan begitu hangat menghiasi ruang itu.
Bunyi dering WhatsApp terdengar dari ponsel Bright, di kala ia baru saja keluar dari ruangan klub itu.
Gulf : Bright? Lagi dimana?
Bright : baru siap dari klub musik, kenapa?
Gulf : ngga, nanti pulang bareng ya.
Bright : oke, tungguin gua di gerbang.Bright menutup ponselnya ketika John tiba-tiba menepuk pelan pundaknya.
"Ai john!"
"Ngapain lo disini?" Tanya John.
"Baru dari klub."
"Musik? Lo udah join?"
"Hmm" ucap Bright sambil menganggukkan kepalanya.
"Yok lah, ke kelas."
"Iya, udah mau bel,"
Mata pelajaran pada hari itu benar-benar membunuh kepala Bright. Ditambah guru yang mengajar begitu membosankan dan tak masuk akal.
Rasa ngantuk melanda, Bright memutuskan untuk tidur. Ia menyandarkan tasnya ke bangku yang ada di depannya, dan menyembunyikan kepalanya di balik tas itu.
"Gilaaaa!!!" Ucap Bright setelah mendengar suara dering ponselnya.
"Halo, Gulf?"
"Lu dimana?" Tanya Gulf melalui sambungan telpon itu.
"Gila, bentar. Gua turun," ucap Bright.
Yang benar saja, tak ada seorangpun yang berniat membangunkannya daei jam mata pelajaran pertama hingga pulang sekolah.
Bright bergegas turun, dan sekolah saat itu sudah sepi. Bright berlari menuju gerbang sekolah.
Langkahnya tiba-tiba terhenti, hatinya benar-benar seperti sedang dipukul kayu berpaku.
"Apa ini yang harus ku dapatkan?" Batin Bright.
Tatapannya menusuk belakang Gulf yang tidak sadar dengan kehadiran Bright disana.
Jessica, sedang menangis tersedu dalam pelukan Gulf, ketika ia meminta Bright untuk menemuinya kala itu.
"Apa aku yang harus mundur? Jessica adalah pilihan tepat, meski aku tidak bisa memenangkan hatinya, setidaknya sepupuku adalah orang yang tepat dibandingkan yang lain,"
Bright kemudian membalikkan tubuhnya, perlahan kakinya bertukar langkah satu sama lain, dan kembali menuju ruang kelasnya.
Air matanya benar-benar memaksa untuk menunjukkan jati dirinya. Sejatinya, semua orang pasti akan terluka, melihat orang yang ia cinta, memilih orang lain.
__________
Layaknya sedang berdiri di atas panggung,
Memainkan peran sandiwara yang kian tanggung.
Tak berujung,
Hanya khayalan menanti setiap hati ingin berkunjung.Bodohnya, ketika terpaan datang,
Hatiku begitu mengerang,
Mengarang! Tanpa tau dia bukan orang
Yang menjadi bagian dari cerita yang terkarang.Sakit, layaknya sebuah pedang,
Menusuk dan berputar layaknya Boomerang.
Kini aku tau aku tak menang
dan hanya mampu meredam layaknya arang.Tolong!
Hatiku rasanya sangat garang.
Namun, tertahan oleh kerasnya pandang
dan bebalnya hati layaknya batu karang.-Bright
__________Dunia-pun mengerti dan berpihak pada mereka yang sedang sakit. Tak peduli apapun itu, dan bagaimana pun caranya. Suatu saat, mereka akan menunjukkan kuasa.
Bright memilih untuk keluar dari belakang sekolah, memanjat tembok yang lumayan tinggi, lalu menaiki bis yang menuju ke rumahnya.
Bright menyilangkan kedua tangannya, lalu menyembunyikan wajahnya dibelakang lengannya. Air matanya perlahan terkucur, dan membasahi wajahnya tanpa pamit.
"Sial! Gua ga pernah begini sebelumnya! Apa hanya itu waktu yang kau punya untuk menungguku?!" Isak Bright dalam hatinya.
Ia kemudian memegang kalung yang ia kenakan, kemudian melepaskan dari lehernya.
Aku memang bukan tempat yang baik untuk berbahagia. Pergilah, yang bisa aku lakukan saat ini adalah melepasmu pergi, melihatmu bahagia dengan orang lain, dan itu saja. Aku sudah cukup disini.
-Bright(...)
Terima kasih sudah membaca cerita ini. 🤗
Jangan lupa tinggalkan Votenya.
♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [BL] 🔞 (END)
Genç KurguGenre : Romance #OhmNanon #BrightGulf #PluemMon #LukeWin 🔞⚠️BL story. Homophobic mohon menjauh. ________ "Gua yang udah lama suka sama dia, juga memiliki rasa yang sama?" Rasanya sangat luar biasa bagi Gulf yang sudah menyukai Bright sejak masa S...