30. Last Part

1.7K 87 6
                                    

Writer's POV

Bright, kala itu tengah terbaring lemas, merasa sakit pada bagian pinggangnya karena efek dari operasi.

Namun, berangsur itu akan membaik, namun Bright tentu saja harus memperhatikan pola makanan dan minuman lebih ketat lagi.

Bright duduk pada kursi roda, menuju pada ruangan Gulf dirawat. Senyum simpul terlukis padanya, melihat Gulf yang sepertinya masih belum sadarkan diri, namun ia terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya.

Bright menatap wajah ayahnya yang tengah mendorong kursi rodanya, kemudian meminta untuk kembali.

Bright meminta rujukan rumah sakit, agar Gulf tidak mengetahui bahwa pendonor itu adalah dirinya.

Keluarganya pergi keluar negeri, jauh dari tempat itu. Melanjutkan sekolahnya disana, dan tetap memiliki kontak dengan Gulf.

Bright selalu saja menanyakan kabar dari Gulf, berpura-pura tak tahu bahwa Gulf telah membohonginya selama ini.

Mungkin salah satu jalan terbaik, Bright hanya tak ingin Gulf merasa bersalah padanya.

"Bright? Ini sudah 2 tahun lu di luar negeri," ucap Gulf kesal karena sepertinya Bright sama sekali tidak memiliki niat untuk bertemu dengannya kembali.

Bright terkekeh pelan.
"Gua kangen banget sama lu. Tunggu gua ada waktu kesana lagi, ya. Kayanya, sih, butuh waktu 1 tahun lagi."

"Itu terlalu lama! Apa harus gua yang pergi kesana?" rintih Gulf.

"Lu bahkan ga tau jalan kalo udah sampe disini," ucap Bright sembari tertawa kecil.

Ia memegangi paspor di tangannya, berjalan menuju gerbang keberangkatan.

"Siapa bilang gua bisa lebih lama lagi? Rasanya begitu hambar harus berada jauh kaya gini," batin Bright sembari senyum simpul terpancar di wajahnya.

Ia menaiki pesawat itu, kemudian memilih untuk tertidur mengirit energinya nanti.

Pesawat itu landing dengan mulus. Mendengar pengumuman yang menggema di seluruh sisi pesawat, membuat Bright pada akhirnya terbangun dari tidurnya.

Ia memesan taksi online, menuju ke rumah Gulf yang berjarak begitu jauh dari bandara.

Tangannya memegangi sebuah paper bag berisikan parfum khas Kota Paris.

"Kayanya lu bisa dapetin ini mudah banget, tapi buat gua, ini susah banget dapetinnya. Harganya mahal banget," gumam Bright sendiri sembari meratapi hadiah yang ia ingin berikan pada kekasihnya.

"Ting... nung..." Suara khas bel rumah itu, memaksa Gulf beranjak dari tempat tidurnya.

Gulf menuruni anak tangga, membuka pintu rumahnya dan bergegas menuju ke gerbang itu.

Mendapati seorang pria, dengan pakaian serba hitam, dan topi yang menutupi wajahnya.

Wajahnya seakan mengenali postur itu, memperhatikan setiap detail dari kaki hingga ke kepalanya.

"Bright?" Ucapnya memastikan.

Bright membuka topinya, air mata Gulf perlahan mengalir membasahi wajahnya yang cantik.

Ia seketika langsung memeluk erat tubuh pria didepannya, tangannya meremas pakaian hitam itu.

"Gua ga mimpi, kan?" Ucap Gulf polos.

"Mau gua tampar? Biar lu sadar kalo ini bukan mimpi," ucap Bright sembari tertawa kecil melihat tingkah Gulf yang begitu menggemaskan.

Ia mengusap wajah pria di depannya, menyeka air matanya perlahan.

SERENDIPITY [BL] 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang