Bukankah itu semua sama? Bahwa kisah cinta harus memiliki pengorbanan, entah itu besar atau kecil.
Sejatinya, yang dinamakan dengan cinta, tidak pernah berjalan mulus begitu saja.
Tapi, apa aku akan selalu bahagia setelah melewatkan satu permasalahan dalam cinta?
Mungkinkah? Atau bahkan ternyata Tuhan masih menyembunyikan cobaan-cobaan lainnya untuk menguji cinta kita.
Bright's POV
Aku kala itu tengah tertidur didalam ruangan yang aku sebut kamar. Beberapa hari berlalu, namun tak ada jawaban dari pesan-pesan yang aku kirimkan pada Gulf.
Bukankah begitu aneh? Dia bahkan tidak pernah menghilang begitu saja. Aku benar-benar merindukannya, sosok pria yang garang, namun ternyata memiliki sifat imut di dalam dirinya.
Sebenarnya Gulf juga sosok yang perhatian, dan tidak pernah mengabaikan pesan sama sekali.
Bahkan ketika aku meninggalkan dia di sekolah kala itu, dia tetap menunggu walau sebenarnya ia tak mampu.
Aku beberapa kali mencoba menelponnya, namun tetap saja tak ada jawaban.
"Sial!!! Apa lagi sekarang!" Teriakku yang menggema di seluruh sudut ruangan itu.
Aku sebenarnya masih bertanya-tanya pada rumah sakit, tempatku bertemu dengan Gulf kala itu, membuat aku pada akhirnya bisa menjadi sedekat ini dengannya.
Apa yang ia lakukan disana? Bahkan ia belum pernah memberitahukan padaku alasannya.
Aku mengambilkan langkah, mengikuti instingku yang sepertinya telah mengambil alih seluruh tubuhku.
Tanpa menyadari bahwa aku telah sampai pada tempat yang selalu terngiang di pikiranku.
"Apa-apaan aku tiba-tiba disini?" Batinku kala beberapa satpam disana telah membukakan pintu rumah sakit.
Aku menghargainya, dan berjalan masuk kedalam. Aku tak tahu tujuanku sebenarnya, namun rasanya aku ingin menanyakan sesuatu pada teknisi rekam medis yang berada tak jauh dari pintu masuk rumah sakit itu.
"Permisi, saya ingin bertanya," ucapku kala itu yang mengikuti alur instingku.
"Mau bertanya apa, mas?" Ucap seorang wanita yang berdiri di balik meja itu.
"Apakah disini pernah ada pasien bernama Gulf? Eh... Maksud saya, Jordy Arnold," ucapku setelah mengingat nama asli Gulf.
"Sebentar saya cek dulu,"
Wanita itu tampak mengetik pada papan keyboard dan men-scroll pada komputer itu.
"Pasien atas nama Jordy Arnold ada tercatat. Masuk dalam ruang rawat inap mulai 10 hari yang lalu, dan sekarang sedang mencari pendoror ginjal, mas."
"Oh... HAHH?!!! MBAK GA BERCANDA?"
Gila saja, instingku benar-benar membawaku pada sesuatu. Sebuah kebetulan bahwa sekarang aku benar-benar siap untuk memberi ginjalku.
"Dia sekarang di ruangan mana?"
"Ruang Mawar, Nomor 312 A. Tepatnya pada ruang bagian kelas VVIP,"
Kabar bahwa ia tengah mencuci darah, membuat aku yang seorang penderita phobia darah, harus memberanikan diri memasuki ruangan itu.
Melihat darah mengalir melalui selang-selang bening menuju mesin, membuat aku benar-benar ingin memuntahkan seluruh isi perutku kala itu. Kepalaku begitu pusing, aku mual, tubuhku lemas, dan rasanya ingin pingsan kala itu.
Namun, aku menahan diri, melihat Gulf terbaring lemah, dan matanya yang terpejam.
Air mataku mengalir membasahi pipiku. Aku terduduk pada lantai ruangan itu. Tak ada seorangpun disana, kecuali Aku dan Gulf.
"Jika itu 10 hari, berarti kala gua tampil pada pertandingan. Tapi gua sedang bersama Gulf kala itu, dan gua masih melihatnya bersamaku sepanjang waktu."
"Drrrttt..." suara pintu terbuka, membuat aku harus melirik pada arah suara itu.
Mataku terpaku, melihat wajah orang yang benar-benar mirip dengan yang sedang terbaring disana.
Argumentasi berperang. Yang satu menyatakan bahwa itu adalah roh, berarti Gulf telah tiada, satu lagi menyatakan bahwa ini adalah orang yang mirip dengan Gulf.
Aku sontak langsung berdiri. Melihat wajah orang itu yang terlihat terdiam dan kaget begitu menjadi.
Aku mencekam keras kerah bajunya, membuatku sadar jika itu bukanlah roh.
Aku berbisik, namun nada suaraku benar-benar marah.
"Siapa lu sebenarnya?! Lu yang sudah menyamar menjadi Gulf, bukan?" Tanyaku.
Kata-kata sepertinya tertahan dalam mulutnya, membuat ia tak bisa berkata apa-apa.
Aku memutuskan untuk melepas cengkramanku, dan membiarkannya tenang untuk mulai berbicara.
"Gg...gua minta maaf,"
"Langsung ke inti saja, gua maafin elu,"
"Gua kembaran Gulf. Dia yang nyuruh gua untuk nyamar."
-pada hari pertandingan-
Gulf kala itu tengah mengalami sakit yang luar biasa pada bagian sekitar pinggang dan punggungnya.
Ia menahan, hanya agar bisa melihat penampilan Bright yang ia nantikan.
Gulf begitu hebat dalam menyembunyikan, hingga Bright tidak menyadari bahwa ia tengah dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Sebelum penanpilan Bright dimulai, ia benar-benar sudah tak sanggup menahan rasa sakit yang luar biasa. Ia mengambil ponselnya, dan menelpon pada orang yang adalah kembarannya.
Gulf berjalan menuju keluar dari sana, kemudian menemui kembarannya itu.
"Gulf, gua ngerti, kok. Lu berangkat sama supir," ucap pria yang ada dihadapannya.
"Makasih, Kana," ucap Gulf menyebut nama kembarannya.
Wajahnya benar-benar serupa. Kana kini yang tengah menjadi seseorang yang dikenal dengan nama Gulf, berusaha mengimitasi seluruh kehidupan kembarannya sesuai dengan pengetahuannya.
"Trus, lu berarti. Artinya... Gua pernah ngelakuin itu sama elu?"
Kana mengangguk, wajahnya memerah karena pertanyaanku yang sepertinya memalukan.
"Tapi gua selalu ngelaporin semuanya ke Gulf. Apa yang aku lakuin, semua tetap di bawah kontrolnya dia,"
"Tentang kita ngelakuin itu?"
"Ya, Gulf izinin juga,"
"Berarti, lu kemaren minta ginjal gua, lua ga bercanda, kan?"
Gulf menundukkan wajahnya. Aku menatap wajahnya yang sepertinya tengah merasa begitu bersalah.
"Tak masalah, tapi mengapa kau melakukannya?"
"Gulf memintaku. Ia tak ingin lu khawatir tentang dia. Meski suatu saat ia harus pergi dari bumi ini, seenggaknya lu gak sedih dan gak ngerasa kehilangan," ucap Kana sembari tangisnya perlahan terisak.
Aku memeluknya, dan berusaha untuk meredakan suasana.
"Gua bakal donorin ginjal gua," ucapku yang membuat Kana hanya bisa diam sembari bibirnya ternganga.
Aku memasang senyum lebar pada bibirku. Aku ikhlas, Gulf harus sembuh. Cintaku tak sebanding dibandingkan dengan hanya satu ginjal saja.
(...)
Terima kasih sudah membaca cerita ini.
I hope you like it.
Jangan lupa untuk memberi Vote.
Love u all ♥️♥️♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [BL] 🔞 (END)
Teen FictionGenre : Romance #OhmNanon #BrightGulf #PluemMon #LukeWin 🔞⚠️BL story. Homophobic mohon menjauh. ________ "Gua yang udah lama suka sama dia, juga memiliki rasa yang sama?" Rasanya sangat luar biasa bagi Gulf yang sudah menyukai Bright sejak masa S...