12. Gulf's House

1.4K 116 0
                                    

Bright's POV

Suatu kebetulan? Atau takdir?

Tuhan mungkin menginginkan sesuatu yang bahkan diluar akal kita.
Aku Bright, seorang pria yang selama ini digeromboli oleh wanita, harus terjatuh dalam pelukan seorang pria, yang bahkan selama ini ku benci.

Mitos berkata
"Orang yang paling kamu benci, akan menjadi orang yang paling kamu cintai."

Dan aku merasa itu bukan hanya sekedar mitos. Setelah bertemu Gulf, kata 'mitos' kini sudah menjadi nyata.

Apa itu hanya aku? Merasa bahwa Gulf juga memiliki rasa yang sama?

Aku rasa tidak, semua orang pasti pernah merasa orang yang ia cintai, juga jatuh hati.

Tapi? Apa itu mungkin? Aku rasa aku harus mencari kebenaran.

Malam bertemu dengan Gulf di rumah sakit, aku gugup. Tak pernah terjadi sebelumnya, tapi kini muncul dalam diri.

Ketika ia menyebut namaku dari bibirnya, jantungku tak ingin berkompromi dengan akalku yang menyebut untuk tenang.

"Makasih udah bantuin, ya," ucapku kemudian mengembalikan kartu Kredit berwarna hitam itu.

"Iya, dengan senang hati," jawab Gulf dengan senyum manis yang terpancar di wajahnya.

"Ngomong-ngomong, lu disini ngapain?"

"Ahh... Itu. Aku cuma kebetulan aja tadi kesini,"

"Gabut lu jalan-jalan ke rumah sakit ya," ucapku dengan sedikit tertawa.

"Gua pulang dulu, ya." Ucap Gulf.

"Eh, lu sama siapa?"

"Sendiri,"

"Jalan kaki?"

"Iya. Dekat kok,"

"Gua anterin ya. Gua bawa motor,"

"Ga usah, deket gini ah,"

"Udah malam. Kalo lu kenapa-napa dijalan gimana?"

"Ga usa..."

Aku kemudian menarik tangannya keluar.

"Gua duluan ya, Noon." Teriakku kemudian pergi keluar dari rumah sakit itu.

"Ayo naik," ucapku.

Gulf hanya diam. Ia tampak bingung.

"Lah, naik."

"Gua takut naik motor,"

"Hah? Lu ga pernah naik motor, ya?"

Gulf menggelengkan kepalanya.

"Lu bener-bener sultan, ya! Sini gua ajarin lu,"

Aku menarik lengannya dan menyuruhnya untuk duduk tepat dibelakangku.

Aku memberi helm, kemudian menarik tanggannya untuk memeluk tubuhku.

"Pegang yang kuat, biar ga jatuh,"

Gulf hanya diam. Lucu sekali bagiku melihat ia dalam keadaan takut. Wajahnya tampak tegang pun pucat.

"Oiihhh... Tenang aja! Lu ga bakal mati, kok!"

Aku menyalakan motor, dan mengendarainya.

Pelukannya begitu erat, membuatku merasa nyaman untuk tetap berada dalam posisi ini. Aku mempercepat laju motorku, dan membuat ia menutup matanya, dan menempelkan kepalanya di punggungku.

"Shit! Bright! Rumah gua udah lewat!" Teriaknya.

"Apaaa? Gua ga denger!"

Gulf memukul punggungku
"Rumah gua udah lewat!"

SERENDIPITY [BL] 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang