18. Promise

1.2K 90 14
                                    

Bright men-charge ponselnya yang sudah kehabisan baterai. Ia menyalakan itu setelah beberapa saat. panggilan tak terjawab dari Gulf sudah 30 kali.

Bright mengabaikan itu, kemudian membuka WhatsApp. Pesan dari Gulf juga sudah melewati angka 100.

Bright kembali menutup ponselnya kemudian pergi untuk tidur.

Gulf hingga saat ini masih berdiri disekolah, dikala senja perlahan mulai menyembunyikan dirinya.

Sesekali Gulf berjalan mengelilingi sekolah, namun tak ada seorangpun yang tinggal disana, kecuali petugas keamanan sekolah yang sudah beberapa kali menyuruh Gulf untuk pulang.

Gulf bersikeras, janji harus ditepati. Ia akan tetap menunggu hingga Bright tiba disana.

Gulf tetap mengirim pesan kepada Bright lewat WhatsApp, sebelum akhirnya baterai ponselnya habis.

Ia menghela napasnya panjang, kemudian duduk di bawah pohon cemara udang yang ada didepan sekolah itu.

Terpaan angin menyapu, perlahan membuat gulf begitu kedinginan dalam sepi.

Sesekali ia menyapa orang yang ia kenal, kebetulan lewat di depannya.

Bright terbangun dari tidurnya yang begitu lama. Ia melirik jam dan melihat jarum yang menunjuk angka 9.

Ia mengambil ponselnya dan menemui spam chat dari Gulf.

"Sial! Jangan bilang lu masih di sekolah!"

Bright menelpon, namun ponsel Gulf tidak aktif.

Bright mengambil jaketnya, dan pergi keluar dari kamarnya.

"Kenapa harus hujan segala!" Gumamnya.

Ia mengambil payung berwarna hitam di balik pintu, kemudian berlari keluar menuju ke sekolah.

Angin begitu keras menghembus, hingga merusak payung Bright.

Ia meninggalkan itu begitu saja, dan berlari melalui butir-butir air yang begitu terasa seperti peluru.

Langkahnya terhenti, ketika mendapati Gulf masih duduk menggigil dibawah pohon.

Air matanya tak terbendung, ia menghampirinya, dan langsung memeluk erat Gulf yang terlihat begitu pucat.

"Kenapa lu masih nungguin gua?" Rintih Bright dengan suara yang terbata-bata

"Gua udah janji buat nunggu," jawab Gulf dengan suara yang bergetar kedinginan.

Bright kemudian menghentikan Taxi yang melintas di depan mereka. Bright tetap saja tak mampu menahan tangisnya, melihat Gulf yang begitu lemah tersungkur di bahunya.

Dilain sisi, hatinya masih begitu kecewa, hancur, dan rapuh. Namun, Bright masih saja memeluk Gulf. Ia tak tahu, rasanya ia merasa ingin sekali melindungi Gulf saat itu.

Bright kemudian memegang kedua tangan Gulf, kemudian menutupinya dengan kedua tangannya. Ia mendekatkannya ke wajahnya, kemudian menghela napasnya kedalam tangannya. Setidaknya itu mampu memberi sedikit kehangatan untuk Gulf.

"Kenapa lu ga pulang aja?" Tanya Bright dengan sedikit tersedu.

Gulf menggelengkan kepalanya.
"Maafin gua,"

Ucapan itu sepertinya begitu menyesakkan bagi Bright. Ia tak tahu mengapa, hatinya begitu luluh mendengarnya. Ia tak sanggup marah walau hanya sebentar saja.

"Ngga papa, gua ga marah," ucap Bright.

"Gua tau lu kecewa sama gua. Tapi jujur, gua ga ada rasa apa-apa lagi ke Jessica,"

SERENDIPITY [BL] 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang