Dari kejauhan Matahari sudah tergelincir di balik bukit, suasana desa Bakor nampak semakin sunyi.
Beberapa titik lampu minyak menerangi rumah-rumah yang kumuh. Ada seratusan lebih keluarga yang mendiami desa itu. Tiap-tiap rumah rata-rata didiami dua atau tiga generasi.Kebanyakan rumah yang berdinding anyaman bambu itu telah lapuk dimakan usia.
Para warga hanya bisa beternak dan bercocok tanam. Itupun tidak banyak hasilnya. Tanaman sayur mayur lebih cepat membusuk. Begitupun hewan ternak, sulit untuk berkembang biak dan biasanya mati setelah beberapa tahun.
Penduduk menduga karena udara di desa begitu berat. Seakan tercemar oleh sesuatu yang berbau busuk, datang dari hutan sekitar. Begitu pula dengan sumber airnya. Terkadang berbau bangkai entah dari mana sumbernya.
Anehnya setelah dilakukan upacara penyerahan korban tumbal ke dalam hutan Tumpasan barulah gangguan itu sedikit menghilang. Banyak warga percaya ini adalah salah satu kutukan Nyi Gondo Mayit, penguasa hutan Tumpasan.
Upacara itu disebut tumbal kembar. Dimana sepasang anak lelaki dan perempuan belum menginjak tujuh belas tahun diarak ke dalam hutan.
Sesampainya di tengah hutan kedua anak diikat di atas meja batu persembahan lalu ditinggalkan begitu saja.
Malamnya saat bulan purnama, akan terdengar lolongan panjang. Bukan lolongan hewan melainkan suara manusia yang tengah kesakitan.
***
Di persimpangan jalan Murni berpisah dengan Tarsih. Terseok-seok Murni menuntun bagal miliknya menuju rumah yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Sedangkan atapnya dari pohon rumbia.
Murni sengaja lewat jalan belakang agar tidak diketahui orang tuanya. Gadis itu menunduk melewati rerumpunan bunga yang ia tanam. Hari yang mulai gelap membantunya tak terlihat dari dalam rumah.
Krieet
Pintu belakang rumah ia buka dengan perlahan.
Murni tersentak melihat bayangan wanita berpakaian kebaya berwarna coklat berkacak pinggang, tampak sudah lama menunggunya.
"Murni! Darimana saja kamu? Setengah mati ibu mencari" hardik ibunya.
Perawan itu menunduk lemas.
"A-ampun ibu, Murni cari kayu bakar dekat sungai."
Sarpini melotot.
"Bohong, mana kayunya? Pasti kamu main-main di hutan"
Murni tertegun, ia menoleh ke bagal miliknya dan ternyata punggung hewan itu kosong melompong.
Kemana perginya kayu bakar yang susah payah ia kumpulkan tadi?
Aneh sekali, apakah jatuh di jalan?
"Maafkan Murni bu, tadi Murni memang ke hutan untuk mencari jamur. Tapi sumpah, tadi ada kayu bakar yang Murni kumpulkan, se-sekarang tiba tiba saja menghilang!" isak gadis itu kebingungan.
Sarpini mendengus kesal mendengar alasan Murni yang dibuat-buat. Jelas-jelas tidak ada satupun ranting kayu di atas bagal.
Wanita itu segera mencekal tangan anaknya, namun ia tak segera menghukumnya seperti biasa.
Kali ini ia membawa anak gadisnya masuk ke dalam rumah, karena ada tamu penting yang berkunjung.
"Dengar Murni, segera bersihkan dirimu! Ada Kang Sasro sudah duduk di ruang tamu. Katanya ada perlu sama kamu, penting" perintah Sarpini.
Sasrobahu, kepala desa Bakor tengah menunggunya. Lelaki berumur empat puluh tahun itu adalah orang paling terpandang. Juga paling tampan dan menjadi incaran para pemudi desa, karena ia belum menikah.
![](https://img.wattpad.com/cover/211728617-288-k617800.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARANTUKA PENDEKAR CACAT PEMBASMI IBLIS
ÜbernatürlichesPendekar misterius, utusan dari neraka untuk para iblis. Ketika namanya disebut akan membuat pucat para demit, jin, banaspati dan genderuwo. Kemana langkahnya pergi, hanya akan ada kepiluan dan tangis darah. Karena setiap yang ia sentuh, akan menj...