Pertarungan di Hutan Terlarang

1.2K 76 1
                                    

Matahari sudah lama tenggelam, hanya sinar bulan yang lembut berusaha menerobos  lebat hutan Tumpasan.

Beberapa jenis jamur yang menempel di pepohonan nampak bercahaya dalam gelap. Menjadikan lampu penerangan alami dalam hutan.

Dua sosok bayangan  berloncatan dari satu cabang pohon ke cabang lain dengan kecepatan tinggi. Seperti dikejar sesuatu.

Ilmu meringankan tinggi yang sudah sempurna membuat mereka  seperti burung Walet yang terbang saling menyusul.

Ketika melewati sorotan cahaya bulan terlihat kedua sosok itu adalah wanita cantik berbaju biru dan kuning dengan usia duapuluhan. Napas mereka terengah karena sudah berjalan jauh.

"Kiiiiik kiik kik mau kemana Cah Ayu?"

Tiba -tiba erdengar suara seram menggidikkan dari kegelapan hutan.

Dari arah punggung  kedua gadis itu mendadak terang benderang .

Muncul dua tiga bola api seukuran kepala manusia yang terbang mengikuti sang gadis dengan kecepatan yang sama.

"Cepat Candini, kita sudah ketahuan!" sahut gadis berbaju biru.

"Aku tahu Candika, Hiaah" balas Candini sambil memacu tenaga dalamnya.

Kedua gadis itu melenting bagai panah lepas dari busurnya. Mereka bergerak seperti kelebatan cahaya lagi menghindari bola api tersebut.

"Cah Ayu tunggu, aku mau nyawamu!" seru mahluk itu seram.

Ternyata bola api yang bisa berbicara itu adalah iblis yang berbentuk kepala dengan api menyala-nyala. Mulutnya yang bertaring  setajam silet terus menyemburkan  lidah api yang panas. 

Blaasshhh

Ranting pepohonan segera diselimuti lidah api yang panas membara, meninggalkan jejak memanjang di hutan itu seperti ular berapi.

"Enyahlah iblis Kemamang!" Candika berbalik cepat.

Dengan mengibaskan tangannya, tiga larik cahaya perak segera menyambut bola api itu.

Desshh

Cahaya yang berasal dari pisau kecil itu menyasar tempat kosong, bola bola api itu bergerak terlalu gesit. Gadis itu berdecak kesal telah membuang senjata rahasianya.

"Kiik kiiik kiiiik, percuma Cah Ayu" teriak iblis itu, wajahnya yang meleleh  sungguh  mengerikan.

Mulut iblis itu kembali memuntahkan lahar panas, mengarah lengan kanan si Gadis berbaju biru.

Segera saja wanita itu jungkir balik, tubuhnya melayang sejauh tiga tombak lebih jauh, namun tak ayal bahunya tersengat juga.

Aroma terbakar segera tercium. Baju si gadis sedikit berasap.

Gadis itu memegang bahunya yang tersengat.  Untung hanya terkena lapisan baju, belum mengenai kulitnya yang putih. Namun hawa panasnya sudah terasa menggigit.

"Celaka" seru Candini sambil mendarat di sebuah cabang pohon Banyan.

"Ada apa, kenapa berhenti?" tanya Candika.

Gadis itu hanya diam sambil memandang lurus ke depan.

Di depan ternyata  sudah menghadang empat bola api lain, rupanya mereka  sudah terkepung kawanan iblis Kemamang.

Segera saja  tujuh bola api  itu mengelilingi para gadis  dan berputar  cepat membentuk lingkaran api.

Hutan semakin menyala benderang. Hawa panas merangsek dari segala penjuru. Kedua gadis itu semakin erat  menempelkan kedua punggung saling menjaga kedua sisi. Keringat mereka jatuh bercucuran.

LARANTUKA  PENDEKAR CACAT PEMBASMI IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang