Bangsa yang Terlupakan

661 56 2
                                    

Kedua sayap raksasa itu terkembang bak layar perahu, seperti hendak menelan langit. Saat dikepakkan berhembus angin kencang dahsyat hampir-hampir menerbangkan tubuh Candini. 

"Kakang!  Tolong!"

Wanita itu jatuh tersungkur, kakinya terasa lemas tidak bertulang. Ia merayap ditanah berusaha menjauh dari kepulan asap debu.

Mahluk itu menatap rembulan dengan lehernya yang menjulang. Saat mulutnya terbuka terlihat gigi tajam sebesar kayu penyangga rumah. Berkilau keperakan terkena cahaya rembulan.

Raungan binatang buas terdengar ke seantero jagad. Menggidikkan bulu roma siapa saja yang mendengar.

Candini hampir pingsan saat kepala mahluk itu mendekatinya, kepalanya seperti ular namun memiliki banyak tanduk yang tersusun seperti mahkota. Tampak permata hitam berbentuk wajik tertanam di tanduk paling besar yang ada ditengah. Matanya beriris pipih dengan warna ungu bercahaya. Hembusan  asap keluar dari hidung raksasa itu, berbau belerang yang menusuk, terasa panas menerpa kulit Candini.

Tamatlah riwayatku!

Oh Candini kau akan mati ditelan mahluk ini tanpa sempat membalas dendam Guru. Bahkan kamu belum menemukan pasangan hidup, apakah aku akan mati dalam keadaan masih gadis?

"Berhenti menakutinya Sancaka." dingin Larantuka menatap mahluk itu.

Pendekar itu melayang dari atas tebing menyongsong Candini yang ketakutan.

"Jangan takut Candini dia adalah perewanganku, termasuk bangsa Naga. Kau tidak akan disakitinya" ujarnya sambil menangkap bahu Candini.

Candini membelalak, matanya tak bisa lepas dari ujung ekor mahluk itu yang sepanjang glagah batang pohon kelapa.

"Na-naga?  Aku kira mahluk itu cuma mitos!" jerit Candini.

Naga bermata ungu itu menggeram lalu bergelung melingkarkan ekor berduri. Sayapnya yang lebar menutup badan bersisik hitam.

"Bukan mitos, hanya saja bangsa naga tidak pernah terlihat lagi di mata manusia sejak ratusan tahun yang lalu. Mereka telah banyak musnah, dari empat bangsa yang diciptakan sejak jaman Awal Mula mungkin Sancaka adalah bangsa yang terakhir dari kaum Naga."

Mulut Candini tak dapat mengatup saking takjubnya. Belum pernah ia melihat mahluk sebesar itu dari ujung kepala sampai ujung ekor panjangnya bisa ratusan tombak!

Sisiknya yang hitam napak kokoh berkilauan, sungguh mahluk bernama Naga ini bila dipandang lama aura menakutkannya akan berganti dengan  kewibawaan dan keagungan.

"Nama aslinya Hyang NagaPaksi Sancaboga, panggilannya Sancaka. Ia sudah lama menemaniku bertualang."

Setelah mampu menguasai rasa takutnya Candini sempoyongan meraih bahu Larantuka. Napasnya masih terengah.

"Aku tak mengira Kakang bisa membawa-bawa seekor Naga. Aku dengar mitos mereka adalah mahluk yang sangat sakti. Tidak bisa dijumpai sembarangan orang"

Pendekar berbaju hitam itu mengangguk. "Oleh karena itu aku membutuhkan bantuanmu Sancaka. Bawa kami ke tempat persembunyian Gondo Mayit,   aku tahu kau bisa membawa kami kesana."

Naga itu mendenguskan napas panas,  matanya masih terpejam." Aku tak mau, di alam ini aku bisa memakai wujud asliku. Beda halnya jika di alam Nyata manusia aku hanya berwujud ular."

Larantuka terdiam, ia menoleh memandang Candini penuh arti.

"Ah benarkah?  Mau sampai kapan kau disini?  Ratusan, ribuan tahun tidakkah kau akan bosan?" tanya Candini. " Lambat laun akan menjadi budak Nyi Gondo Mayit jika tinggal di alam ini!" tambahnya.

LARANTUKA  PENDEKAR CACAT PEMBASMI IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang