Pasukan Jerangkong Hidup

852 61 3
                                    

Suara menderu dari atas langit membawa rasa gundah, takut dan putus asa. Tatkala seluruh netra hantu palasik dan kunyang tertuju pada satu titik. 

Titik yang membawa kematian bagi kaum iblis, adalah pedang Suci Sinar Matahari gemerlapan seperti bintang di angkasa siap menghujam bumi.

Dhuarrr

Ledakan dahsyat terdengar hebat. Saat mata pedang itu bertumbukan dengan bumi.

Debu-debu berterbangan, kerikil kecil terbawa anging kencang hingga menyelisik ke kelopak mata menimbulkan rasa pedih dan air mata.

Jagadnata dengan kekuatan penuh tenaga dalam ilmu Angin dan Hujan menghujam dengan sepenuh tenaga.

Akibatnya kehancuran yang membuat ngeri, seluruh pasukan hantu tak berbadan itu kocar kacir terkena sabetan pedang. Tandu  Kanjeng Ratu Gondo Mayit pun hancur porak poranda menyisakan sebuah lubang kawah yang besar. Apakah sang ratu telah lumat dalam sekali serangan Jagadnata?

Murni sendiri entah bagaimana sudah berada jauh dibelakang medan pertempuran. Perempuan itu jatuh terduduk di kaki Ni Ayu, badannya masih bergetar hebat akibat ketakutan.

Pedang Suci Sinar Matahari sendiri merupakan pedang mustika terbesar  dengan berat seratus delapan puluh kati, ditambah dengan kekuatan sejati ilmu Angin dan Hujan membuat daya hancurnya berkali lipat. Tidak ada yang bisa bertahan dengan gempuran sekuat itu baik manusia maupun siluman. Terlebih pedang itu ditempa dengan rajah berisi elemen cahaya, musuh alami dari kaum iblis yang berasal dari kegelapan. 

Seluruh pasukan dan warga desa bersorak sorai kegirangan, kali ini Kerajaan Kalingga ada di atas angin, jumlah hantu kuyang yang tersisa cuma belasan saja ditambah dua jenderal siluman. Sementara kekuatan bangsa manusia berkali lipat lebih banyak daripada bangsa iblis. Dengan percaya diri prajurit Kalingga serempak membuka semua baju penyamaran, terlihat pelindung dada  terbuat dari logam gemerlap  tertimpa cahaya bulan. Mereka membentuk formasi burung Seriti,  siap memberikan serangan penuh.

Dua sosok tubuh loncat menerjang kepungan debu yang berterbangan. Tangan mereka mengibas serpihan tanah yang menempel di baju.

"Bangsat, rupanya banyak kecoak penyusup dari luar, apa saja kerja patih Garangan?" damprat Gagak Rimang mengedarkan pandangan ke segala penjuru,  Menatap tajam mata para pasukan Kalingga. Terbersit pemikiran bahwa Jenderal Garangan sudah mampus dibasmi para pasukan ini,  karena jejaknya seperti hilang ditelan bumi.

Ia lalu berteriak mengancam dengan suara penuh tenaga dalam. "Wahai penduduk Desa Bakor, kalian malam ini berani memberontak kepada Kanjeng Ratu, tidak hanya menggagalkan ritual tumbal, juga bersekongkol dengan orang luar hutan Tumpasan untuk melawan para Jenderal Siluman. Hukuman bagi kalian hanya satu; Mati, bahkan tujuh kali dibacok pun tak sebanding dengan dosa kalian!"

Suara Gagak Rimang begitu berat dan penuh dendam,  membuat warga desa Bakor yang berlindung di belakang prajurit bergidik ketakutan. Kali ini dosa mereka memang teramat besar terhadap Ratu Demit Penguasa hutan Tumpasan, mereka memberontak, mencoba menggulingkan kekuasaan Kanjeng Ratu, demi keselamatan anak cucu. Misi kali ini harus berhasil atau mati pupus bebarengan sanak keturunan.

Sosok lain muncul dari balik debu ternyata Nagindi, wanita itu dengan gemulai mengibaskan selendang hijau di pinggang,  serangkum angin dahsyat berhembus menyingkirkan sisa asap dan debu yang berterbangan.

"Rupanya banyak calon mayat malam ini, bagus kebetulan aku sedang lapar sekali" sahut Nagindi sambil tersenyum centil, ia tak takut sama sekali oleh unjuk kekuatan Jagadnata. Wanita Siluman itu sangat percaya diri dengan ilmu Ular Iblis Tujuh Bintang yang dimiliki.

Nagindi melirik ke belakang tampak kedua bocah Murni dan Ni Ayu Sukma Abang juga telah selamat dari serangan kilat tadi. Ketika dayang utama sudah mengambil posisi aman di belakang, ia bisa bergerak leluasa menghajar pasukan Kalingga sampai jadi debu.

LARANTUKA  PENDEKAR CACAT PEMBASMI IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang