Part 7

582 75 2
                                    

Hampir 30 menit Jungkook di dalam mobilnya. Ia masih ragu untuk memenuhi permintaan Ji-eun bertemu di hotel. Pikirannya sudah tidak karuan, banyak hal-hal gila yang melintas seenaknya, tanpa ampun membuat seseorang Jungkook menjadi lemah. Perasaan.

"Kenapa di hotel?" Jungkook tak habis pikir, mengapa Ji-eun memilih tempat pertemuan yang sangat intim. "Apakah dia menginginkan hal itu?" Pertanyaan gila itu muncul diatas kepala Jungkook.

Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha membuyarkan imajinasinya yang liar, anggap saja menghilangkan keinginan untuk melakukan hal itu. Berkali-kali ia memukul kepala di kemudi agar ia sadar bahwa dirinya telah berubah. Tidak menjadi Jungkook yang lemah oleh perasaan, Jungkook yang dulu telah dibuang sebelumnya.

Apakah bisa dengan kata-kata seperti itu? Nyatanya tidak semudah itu. Jungkook tetaplah manusia yang perasa, sangat sensitif, terlebih ketika ia memiliki perasaan untuk seorang wanita.

Suara phonsel berdering berkali-kali. Dari Ji-eun. Dia menolaknya, masih mengumpulkan nyali jika Ji-eun berbuat nekat diatas ranjang. Iya, Jungkook membayangkan berbagai gaya yang nantinya akan ia mulai kenimatannya bersama wanita itu. Sudah 2 tahun Jungkook tidak pernah menyentuh wanita lain. Pertama dan terakhir kalinya dengan calon istrinya yang brengsek. Karena wanita itulah Jungkook sangat menderita, penderitaan diluar bisnis. Tapi biologis. Jungkook sangat menyukai kegiatan diatas ranjang dengan berbagai gaya yang pernah ia tonton saat masih kuliah.

Kali ini suara phonsel itu membuat Jungkook semakin kesal, lantaran selalu membuyarkan imajinasi liarnya.

"Jungkook-ssi, apa kau tidak ingin menemuiku?" Suara Ji-eun lirih dan terdengar rapuh.

Jungkook yang tadinya menolak untuk bertemu walau sudah berada di parkiran hotel. Mendengar suara itu membuat hati Jungkook terenyuh. Dia lemah.

"Sebentar lagi sampai."

"Aku tunggu di kamar momor 272."

"Baik."

Jungkook menutup telepon, keluar dari mobilnya setelah merapikan rambut dan pakainnya yang sebelumnya berantakan karena kegelisahaannya sendiri.

Setiap langkahnya kini tidak lagi memikirkan imajinasi liar, melainkan perasaan Suga. Apakah benar yang dia lakukan saat ini? Menemui musuh, lebih tepatnya membantu musuh melarikan diri. Dia tidak tahu bagaimana reaksi Suga jika tahu orang yang dibantunya kala susah memberikan balasan menyakitkan.

Langkahnya terhenti dipintu kayu berpoles putih bertuliskan 272, Jungkook dengar kamar itu kedap suara.

"Apakah dia benar-benar ingin melakukan hal itu denganku? Jika memang iya, aku benar-benar terjebak oleh rayuannya." Ucap Jungkook memantapkan hatinya menemui Ji-eun yang sudah menunggu didalam.

Ada 2 kemungkinan yang saat ini menjadi momok bagi Jungkook. Yang pertama, mengapa Ji-eun ingin bertemu dengan Jungkook di hotel, bukankah wanita itu tidak pernah melakukannya dengan pria manapun. Yang kedua, jika memang Ji-eun menginginkan kegiatan intim itu, Jungkook tidak akan menolaknya walau dia tahu resikonya. Bukan lagi kehilangan perusahaan, melainkan kehilangan kawan yang setia membantunya, Suga. Tapi jika memang Ji-eun akan menyerang melalui perasaan, hati Jungkook terluka karena mengetahui wanita yang dia suka ternyata wanita licik. Tentu Jungkook harus menerimanya. Walau sakit.

Pintu diketuk pelan. Seorang pria berbadan besar membuka pintu dan segera menyuruh Jungkook masuk. Pada saat itulah Ji-eun menangkap tubuh Jungkook, menangis dipelukannya. Meminta pertolongan agar bisa terbebas dari ancaman Suga.

Pikiran Jungkook ternyata salah, semuanya salah termasuk imajinasi liarnya. Dia tidak mengira bahwa Ji-eun terlihat lemah dan sangat terluka dengan keputusan yang dibuat oleh Suga.

Ji-eun menjelaskan sedetail mungkin tentang mengapa Suga ingin menikah dengannya. Termasuk keuntungan yang dia dapat setelah menikah. Dia tidak menginginkan investasi semacam itu, dia lebih memilih menolaknya walau reputasinya akan hancur.

Jungkook hanya terdiam mendengar kisah pilu Ji-eun yang terlihat kuat di depan banyak orang. Nyatanya, dia wanita yang lemah. Jungkook beranggapan.

Pertemuan itu hanya sebatas perbincangan yang ditemani oleh 2 bodyguard Ji-eun. Tidak ada kegiatan yang menguras keringat. Pertemuan berakhir, Jungkook kembali ke kantor. Disanalah dunianya berada.

"Suga hyung?" Panggilnya melalui phonselnya.

"Iya, apa Jungkook?" Suga membalas.

"Mianhae." Lirih Jungkook mengatakan maaf. Lalu menutupnya tanpa menjelaskan mengapa, tanpa mendengar suara Suga disebrang sana.

"Mianhae Suga hyung, aku telah jatuh cinta."

Tulisan ini sangay mendadak, karena aku belum stok part buat aku up.

Jangan lupa tinggalkan Jejak, jangan biarkan bintang di pojok kiri bawah tak berwarna oranye. Jangan biarkan kotak2 kosong tanpa memberi pesan dan kesan.

Thank you
Sobat Melan

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang