Sangat merepotkan menghadapi Suga yang selalu minta ditemani setiap malam. Lelaki itu menunjukkan sisi dirinya yang sebenarnya, hangat dan perhatian tidak disaat sebelumnya dingin seperti es. Apalagi saat sedang bersantai dengan Ji-eun, sifatnya berubah sangat drastis seakan akan kemudi yang memutar dirinya menjadi sisi yang berbeda didepan wanitanya. Lelaki itu tidak perlu upaya untuk memberi perhatian lebih, karena dia memang mahir memberi kejutan.
Sering kali pulang terlambat untuk memberikan beberapa hadiah, seperti memberi bunga lavender, cincin berlian dengan harga yang fantastis, Ji-eun berhak mendapatkannya. Bukan karena dia mahir dalam permainan ranjang, ada alasan lain yang membuat wanita itu pantas untuk tersenyum. Dan itulah tujuan hidup Suga saat ini, membuat wanita itu tersenyum bebas tanpa belenggu.
Malam ini, Suga pulang lebih awal agar bisa makan malam buatan Ji-eun, rutinitas yang tidak bisa terhindari lantaran masakan Ji-eun sangat lezat bahkan restaurant langganannya kalah dengan masakan sang istri. Saat masuk kedalam, sudah tercium bau wangi masakan yang sudah siap diatas meja tapi dang chef tak ditemukan keberadaannya.
"Mungkin saja di kamar mandi." Santai Suga berjalan menuju kamarnya. Iya, malam itu Ji-eun memutuskan untuk tidur bersama, melakukan kegiatan yang semestinya di lakukan oleh suami istri walau hanya berbincang.
Pandangannya berpendar kepenjuru kamar, pintu kamar mandi sedikit terbuka, suara merdu nyanyian Ji-eun terdengar membuat lengkungan senyum di bibir Suga.
"Apa kau sengaja tidak mengunci pintu saat mandi? Hmm!"
"Oh, kau sudah pulang. Aku kira kau terlambat pulang seperti biasanya." Ji-eun berendam di bak mandi dengan banyak busa yang menutupi tububnya.
"Kenapa diam saja? Mau mandi denganku?" Tanya Ji-eun sangat berani.
Suga membuka semua bajunya dan diletakkan di keranjang disebelahnya. Tak segan ia masuk kedalam bak mandi dengan Ji-eun. Wanita itu mulai memijit bahu suaminya yang baru pulang kerja.
"Tidak perlu. Aku saja yang memijit, kamu pasti capek setelah seharian kerja dan mengurus rumah." Suga memposisikan Ji-eun berada didepannya, memberikan pijitan lembut di leher dan bahu. Wanita itu tampak menikmatinya, benar kata Suga, dia sangat lelah sampai-sampai tak menyadari bahwa dia butuh istirahat.
Ji-eun tidak pernah libur, setiap akhir pekan dia harus ke Eropa menggunakan pesawat pribadi mili Suga untuk mengontrol bisnisnya. Mungkin akhir pekan ini Ji-eun memilih untuk dirumah bersama Suga. Bersantai. Jika bukan karena Hyekyo, Ji-eun tidak mungkin bolak balik untuk mengurus perusahaannya dan perusahaan Hyekyo yang terbengkalai karena mengurusi balas dendam. Karena Hyekyo juga, Ji-eun menemukan lelaki yang tadinya menjdi musuh kini menjadi pasangan hidupnya. Baik Tuan Minhoo, Hyekyo dan Jungkook tidak tahu perihal perasaannya terhadap Suga, dia ingin terlihat semua berjalan seperti semestinya walau dia sudah melibatkan perasaan yang mempersulit tujuannya.
Bagaimana Ji-eun tidak setres, disisi lain dia harus menuruti permintaan terkahir Tuan Minhoo agar mendapatkan kebebasan seperti yang dia inginkan, disisi lainnya tidak tega melihat bisnis Suga jatuh tanpa ampun, ia tahu betul bagaimana perjuangan Suga membangun bisnisnya hingga sebesar ini, sudah dirintisnya dari awal tanpa bantuan sang Ayah, itu yang menjadi poin terbaik untuk menilai Suga, kerja keras dan tekadnya dalam mendominasi dunia melalui dunia bisnis.
2 komponen yang tidak bisa menyatu, menjadi poin poin penting bagi Ji-eun. Harus ada yang dikorbankan jika harus mengikuti kata batinnya, baik pilihan A maupun B sama-sama penting baginya, tapi Ji-eun tidak bisa memilih di antara keduanya. Kepalanya terasa pening memikirkan hal-hal yang memberatkannya. Jika dalam 8 bulan ini sudah berlalu dan ia berhasil menghancurkan bisnis Suga, pada saat itu Ji-eun memilih menghilang. Itu sudah keputusannya menjadi seorang pecundang.
Dahinya mengernyit bukan karena sakit di pijit Suga, karena pikiran sialan itu muncul dan membuat kepalanya terasa pening.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Suga.
Tak ada ada jawaban. Ji-eun bersandar di bahu Suga. Dia sangat suka bersandar di bahu berkulit pucat itu. Belaian tangan Suga menenangkan.
"Kau bilang pernikahan ini hanya 8 bulan. Setelah 8 bulan apa aku boleh menghilang walau aku belum hamil anakmu?"
"Hmmm..." Suga merunduk untuk menatap wajah mungil wanita itu.
"Kau pernah bilang bahwa pernikahan ini bisa saja tak memiliki tenggat waktu jika aku hamil. Tapi jika tidak?"
"Aku akan menghamilimu, berkali-kali hingga kau hamil."
"Kau percaya padaku?" Suara Ji-eun tertahan, meski sangat pelan Suga bisa mendengarnya.
"Percaya dalam arti apa?" Suga balik bertanya
"Aku tahu Tuan Hoseok sudah berhasil mencari informasi tentang aku, bukankah kau harus melakukan sesuatu untuk melawan atau meninggalkan?"
"Oh, kau sudah tahu." Suga membelai rambut basah Ji-eun.
"Lalu kau mau aku apa?" Lanjut Suga tidak tahu apa yang di lakukan untuk melawan Tuan Minhoo. Dia tidak memiliki kuasa untuk melawannya, sebab Tuan Minhoo memiliki Ji-eun sebagai kelemahannya.
Ji-eun tidak bisa menjawabnya, jika dia tidak melanjutkan misi balas dendam, mungkin saja Ji-eun sendiri yang akan menjadi musuh dari ayah angkatnya sendiri, Ji-eun tidak inginkan hal itu. Melawan seseorang yang sudah berbaik hati menolongnya.
"Bisakah kita tidak membicarakan hal ini dulu. Aku ingin menikmati hari-hari ini bersamamu." Suga mengeratkan pelukannya. Ji-eun terpejam dipelukan lelaki itu.
*****
Kira-kira ini butuh beberapa part lagi ending???
Pliss kasih vote, komen dan share.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionLengkap ***COMPLET*** CERITA LENGKAP ***THE END*** Karena Suga kolab single dengan Ayu, so aku bikin cerita ini sangat mendadak. aku harap kalian bisa enjoy membaca kisah yang terbayang-bayang di otakku. Anggap saja ini kegilaan dari seorang melan y...