part 3

682 100 12
                                    

"Benar kata orang-orang, senyumanmu mengandung gula, memabukkan." Kata Ji-eun sedikit membisik. Suga sedikit terkejut, dia tidak mengira bahwa wanita ini sama brengseknya dengan dirinya.

"Apakah kita bisa bicara di tempat lain?" Lanjutnya melirik Jungkook yang tengah menguping.

"Oh,, tentu." Suga berjalan beriringan dengan Ji-eun.

Sepasang mata tak percaya melihat pemandangan yang ada. Mereka merasa bahwa Suga beruntung bisa didatangi oleh Ji-eun. Wanita itu kuat dalam bisnis, siapa-pun yang didekatnya pasti mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat. Namun wanita itu juga berbahaya, dia bisa saja merampas dan menjatuhkan lawannya dengan cara yang licik. Tak beda jauh dengan sifat Suga dalam berbisnis.

Para lelaki yang memiliki jabatan tinggi, tidak akan mudah mendapatkan hati Ji-eun. Dia wanita yang berprinsip, bahkan orang-orang meyakini, bahwa tidak ada yang bisa menyentuh dia. Kecuali dia sendiri yang menginginkan hal itu.

Apakah Suga bisa menaklukan perusahaannya? Atau bahkan hatinya? Mereka sama-sama memiliki tujuan dalam pertemuan. Saling melempar pujian adalah kelicikan yang memabukkan bagi lelaki buaya.

Suga sangat tahu betul bahwa wanita itu sama liciknya dengan dirinya, banyak bualan yang diucapkan agar lawan bicaranya luluh, tapi tidak dengan dirinya yang kukuh dengan swagnya. Tingkat kecuek-an yang berbeda dari para lelaki.

"Apa yang ingin kita bicarakan?" Tanya Suga ketika berada diruangan yang sepi.

Ji-eun menutup pintu, menyuruh bodyguardnya menunggu diluar. Kedua kakinya melenggang anggun menuju sofa, lalu duduk diujung sofa, bersandar membiarkan kedua pahanya terbuka.

Suga hanya menatapnya santai, dia sering melihat paha yang mulus, bahkan sering menikmatinya. Sepertinya dia juga harus menikmatinya. Nanti saat persetujuan antar bisnis sudah dituntaskan.

Suga duduk di sofa saling behadapan. Matanya fokus pada wajah wanita itu.

"Aku dengar kau memiliki perusahaan terbesar di Korea selatan. Dan kau berhasil mendapatkan investasi yang besar dan sedikit trik licik."

Suga mengangguk.

"Lalu?"

"Sepertinya kita memiliki kesamaan." Blak-blak-an Ji-eun mengungkapkan jati dirinya. Karena ia tahu, Suga pembisnis cerdas dan tahu segalanya tentang lawannya.

"Apa kau mau kita berkerja sama?" Tanya Suga.

"Bolehkah aku meminta investasi lain? Seperti wanita yang sering datang di ruanganmu." Ji-eun menaikkan kedua kaki jenjangnya di atas sofa. Gaunnya sedikit tersingkap.

Suga tidak terkejut mendengarnya. Ji-eun sangat jeli mendapatkan informasi Suga, sekecil apapun.

"Apa kau mengingkannya? Investasi yang sama-sama menguntungkan?" Suga berdiri, berdecak kagum dengan yang dilakukan Ji-eun. Menggodanya melalui tubuhnya.

Suga mendekat seperti yang diisyartkan. Posisinya kini berada diatas Ji-eun.

"Apa kau siap melakukannya?" Suaranya mendekat dileher wanita itu. Membuat tubuh Ji-eun menggeliat.

Tangan kanan Suga meraba paha yang sedari tadi menggoda. Tangan lainnya meraba tengku leher wanitanya, menganggakatnya untuk mendekatkan kebibir merah Ji-eun. Bibir mereka saling menyapa. Hanya beberapa detik lalu dilepaskan oleh Suga.

Dia berdiri melihat wanita yang masih ada di posisinya.

"Sepertinya kita akan berinvestasi dalam jangka waktu yang panjang. Kita akan bertemu besok, kau sudah tahu dimana kantorku bukan? Aku akan memanggil wedding organizer, agar kau bisa memilih pesta pernikahan yang kau inginkan."

Ucapan Suga jelas membuat Ji-eun terkejut. Dia tidak mengira bahwa lelaki itu memintanya untuk menikah. Ji-eun terbangun tak percaya.

"Investasi macam apa itu?" Kejut Ji-eun.

"Jika kita bersama, perusahaan kita semakin besar dan menguntungkan.
Aku yakin kau juga menginginkan hal itu. Jadi kenapa kita harus bertele-tele menandatangi dokumen untuk kerja sama, kita hanya perlu menandatangi buku nikah untuk perusahaan kita." Sekali lagi dengan gawa swagnya ia menjelaskan rencana liciknya.

Ji-eun bangkit, dia beranjak meninggalkan omong kosong Suga.

"Kau tidak menginginkan orang lain tahu tentang kejadian tadi, Nona Ji-eun yang sangat menggoda."

"Kenapa kau tiba-tiba mengancamku, Tuan Suga?"

"Karena aku tertarik berbisnis denganmu."

"Tapi tidak perlu untuk mengadakan pernikahan. Bukankah ini omong kosong?"

"Kau berhasil menggodaku, aku tahu, kau sering melakukan hal ini, tapi tidak sampai diatas ranjang." Senyum licik Suga terpampang.

"Sekalipun kau bukan type-ku, tidak seksi dan montok. Nanti aku bisa membuat bagian tubuhmu membesar. Terutama bagian dadamu dan selanjunya perutmu." Lanjut Suga membuat Ji-eun menyesal berhadapan dengan Suga. Dia merutuki dirinya sendiri.

Suga berjalan melewati Ji-eun, membuka pintu kayu berukir indah.

"Aku sudah mengetahui kelemahanmu, jika kau ingin mengetahui kelemahanku, kau bisa menerima investasi ini. Aku tunggu di kantorku, besok."

Suga keluar dari ruangan penuh bangga.


Gimana menurut kalian dengan cerita dadakan ini...?
Aku merinding nulisnyaaaa. Soalnya setiap hari harus publish.

Jangan lupa berikan Vote, komen dan share ke kawan-kawan.

Jangan lupa berikan Vote, komen dan share ke kawan-kawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang