Part 10

584 76 0
                                    

Persiapan pernikahan sudah hampir 98%. Suga menyiapkan pernikahan sesuai dengan keinginannya dan perpaduan warna favorit Ji-eun, ungu violet dan  putih. Dekorasinya sangat cantik karena ada unsur hitam didalamnya, Suga sangat menyukai warna hitam. Pesta pernikahan ini terbilang sangat mewah dan mengesankan, akan ada banyak tamu yang datang dari pihak Ji-eun dan Suga. Kolega diantara mereka. Dan mungkin dengan adanya pernikahan ini, bisnis mereka berkembang pesat. Masih mengutamakan bisnis dari pada sebuah hubungan yang sakral.

Setelah melihat dekorasi, Suga dan Ji-eun memastikan gaun pengantin yang dipakai Ji-eun benar-benar terlihat mewah, Suga tidak ingin calon istrinya memakai gaun yang sama, yang abal-abal. Maka dari itu, Suga membuat gaun dari perancang terkenal. Kini gaun berwarna putih bercorak perak terdapat berlian di gaunnya, sehingga terlihat berkilau saat terkena cahaya.

"Bukankah ini berlebihan, hah?" Tanya Ji-eun mengikuti perintah Suga yang menyuruhnya berputar untuk memastikan gaun itu cocok atau tidak.

Bagian belakang gaun itu sangat terbuka, memperlihatkan punggung indah Ji-eun.

"Bisakah kau menaikan sedikit bagian belakangnya? Aku tidak mau terlalu terbuka." Kata Suga tak menjawab pertanyaan Ji-eun. Seorang wanita memperbaiki dengan menjahit manual dengan benang-benang emas putih. Wanita itu membuat senyuman dibibir Suga. Lalu menyuruhnya pergi dari ruangan itu agar bisa mendekat ke calon istrinya.

Tanpa aba-aba, Suga memeluk Ji-eun dari belakang.

"Aku bahkan merasa, ini sangatlah kurang."

"Menjauh dariku Suga! Lagi pula kita hanya menikah atas nama bisnis bukan perasaan suka sama suka"

Suga menguatkan pelukannya, meraba dada Ji-eun yang terbuka.

"Jika kau mau, aku bisa melakukannya dengan perasaan." Suga senang bermain-main dengan Ji-eun yang merasa ngilu dengan sentuhan Suga.

"Astaga! Kenapa aku merasa lemah dengan sentuhan Suga? Aku tidak ingin terlihat lemah." Pikir Ji-eun menarik nafas dalam lalu melepaskan diri dari Suga.

"Apa kau ingin melakukannya sekarang? Hah!" Ji-eun menantang.

"Lebih nikmat jika melakukan setelah menikah sayang." Bisik Suga lalu mendaratkan kecupan di pipi Ji-eun dan berlalu begitu saja.

Wanita itu hanya diam, terjatuh dan mulai meneteskan air matanya. Ia ingin menangis sekeras-kerasnya agar dunia tahu bahwa dirinya juga punya kelemahan. Namun hanya air mata yang jatuh di pipinya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, walaupun hanya berteriak.

Dia meraih benda kecil di tasnya. Menekan beberapa nomor lalu suara nada panggilan terdengar.

"Ayah, kuatkan aku!" Suara rapuh Ji-eun kepada sanga Ayah di sebrang sana.

****

Besok adalah hari pernikahan Ji-eun dan Suga. Hari ini Ji-eun sangat lelah mengikuti kegiatan pra-nikah. Ji-eun ingin segera masuk kedalam apartemennya, berendam air hangat lalu segera tidur. Dia tidak ingin terlihat lelah di pernikahannya walau pernikahan itu hanya kepalsuan.

Baru beberapa langkah berjalan kedalam ruang tengah, melempar tas bermerk yang mahal dibuang begitu saja, melepaskan hak tinggi yang sedari tadi ingin dilepasnya. Suara bel pintu berbunyi. Dengan lelah Ji-eun berjalan kembali ke arah pintu.

"Mau apalagi dia." Sambil menggerutu menebak yang datang adalah Suga.

Ketika pintu terbuka, Jungkook langsung masuk, menutup pintunya dan mencium bibir Ji-eun tanpa permisi. Ji-eun tidak bisa melakukan perlawanan, serangan itu sangat mendadak. Untuk berteriak pun tidak mampu karena Jungkook melumat habis bibir mungilnya.

Ji-eun memukul-mukul dada Jungkook, lelaki itu tak bereaksi, melainkan menguatkan pelukan. Bahkan tanpa mengeluarkan tenaga, Jungkook mengangkat tubuh Ji-eun, menjatuhkannya diatas sofa panjang. Kini posisi Jungkook berada diatas wanita yang dia cintai. Sama seperti malam itu, saat Ji-eun berusaha menggodanya Jungkook.

"Kau tahu, bagaimana rasa sakitnya melihat orang yang dicintai akan menikah dengan sahabat sendiri?" Jungkook melepaskan ciumannya, satu persatu melepaskan kancing kemejanya, membuka dengan kasar kemejanya dan dibuang begitu saja. Tubuh Jungkook yang kekar dan berotot terlihat nyata, Ji-eun tidak bisa berbuat apa-apa.

"Apa yang kau lakukan Jungkook-sii? Aku tidak mengerti maksudmu?" Ji-eun berusaha melawan, tapi sia-sia saja.

Tanpa permisi, Jungkook melepaskan kancing kemeja cream Ji-eun, dua gundukan itu menggodanya sedari awal.

"Jangan Jungkook-sii!!" Ji-eun memperingatkan.

Jungkook sudah tenggelam diantara 2 gundukan itu, menyesapnya tanpa memberi tanda merah. Setiap kali Ji-eun bersuara meningkatkan hasrat untuk terus melakukannya, bahkan bersiap melakukan hal yang lebih.

Jari Jungkook berhasil masuk kedalam milik Ji-eun menggerakkannya perlahan, menciptakan sensasi yang luar biasa, wajah Ji-eun terlihat sangat seksi ketika melakukan perlawanan dan memohon untuk berhenti. Jungkook sangat merindukan hal-hal seperti ini. Ingin melakukan pelepasan.

"Ahh-" suara itu membuat Jungkook gila. Dia melepaskan kain yang menghalangi dan bersiap melakukan aksinya.

"Jangan Jung...-ahh-" Ji-eun hanya menggeliat merasakan sensasi yang luar biasa yang dilakukan Jungkook dibawah sana. Memainkan lidahnya hingga milik Ji-eun mengeluarkan cairan. Lelaki itu melakukannya dengar kasar dan penuh gairah.

"Aku tahu kau tidak pernah melakukan ini. Jadi menikahlah dengan siapapun tapi lakukan pertama kali denganku." Jungkook melepaskan sabuknya, membuka celananya yang menahan sesuatu dibaliknya. Mengeras.

"Aku mohon jangan." Suara Ji-eun benar-benar lemah dan menangis.

Jungkook mengurungkan niatnya   melakukan pergulatan setelah melihat air mata Ji-eun. Lelaki itu bangkit dan mengangkat tubuh Ji-eun untuk dibawa ke kamar. Wanita itu hanya terpejam menangis tak ingin melihat Jungkook dan tak ingin melihat dirinya yang kacau atas perbuatan Jungkook.

Setelah menjatuhkan perlahan tubuh Ji-eun di tempat tidur, dan  menyelimutinya.

"Maafkan aku Nona Ji-eun." Jungkook sangat menyesali perbuatannya. Untung saja dia belum sempat memasukkan miliknya kedalam Ji-eun. Meski begitu, Jungkook merasa bersalah telah menyerang Ji-eun tanpa permisi terlebih dahulu.
Kebencian telah menguasainya, karena tidak menerima pernikahan Suga dengan Ji-eun. Beberapa saat lalu ada iblis yang menguasainya, setelah melihat air mata Ji-eun, Jungkook menjadi dirinya sendiri. Menyadari bahwa apa yang ia lakukan salah dengan menikmati tubuh Ji-eun sebelum Suga.

Langkah Jungkook menjauh membiarkan Ji-eun tenang. Barulah Ji-eun berani membuka matanya. Tak menyangka Jungkook melakukan hal seperti itu. Menyerah.

****

Astaga.
Maaf yaa. Kayaknya aku post ini.

Aku sudah jelasin diawal kalau karyaku ini dituju buat 20+
Jadi, kalian harus bijak memilih bacaan sesuai umur.

Janhan lupa kasih like, komen dan share keteman2 kalian.

Thank you

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang