Pagi ini terasa berbeda bagi Ji-eun, untuk kali pertamanya ia terbangun dengan menyandang status baru sebagai istri dari seorang pengusaha tersohor di Korea Selatan, seseorang yang suka bermain api dengan wanita-wanita yang ia tiduri di ruang kerjanya, tapi tidak pernah dari mereka dapat membuat seorang Min Suga membicarakan pernikahan. Dia terbangun pukul 8 pagi, masih sangat pagi untuk terbangun.
Hal pertama yang ia lihat adalah dibawah selimutnya, masih memakai piyama yang semalam ia pakai. Dia takut jika Suga menyerangnya ketika dirinya tengah lengah. Ataukah memang itulah sifat Suga yang lain, memiliki sisi baik yang diluar pemikirannya.
"Apakah benar dia orang yang aku kenal? Maksudku musuhku yang mendadak kalem."
Rambutnya yang masih terurai, diacak-acak dengan kasar untuk mengusir sesuatu yang ada didalam otaknya.
Ia menurunkan kedua kakinya, memakai sandal berbulu yang membuat telapak kakinya hangat. Pagi ini terasa dingin, bukan karena semalam dia dan Suga tidak melakukan apa-apa, memang cuaca pagi ini sangat dingin.
Ji-eun melangkah santai keluar kamar menuju dapur, mencari air putih atau sesuatu didalam lemari es untuk dimasak. Setelah ia meneguk segelas air dan meletakkan diatas meja, barulah ia mengecek isi lemari es yang lengkap dengan bahan makanan. Ji-eun suka memasak, bukan karena dia menjadi seorang istri sehingga ia harus masak, tidak. Di panti dulu dia sering masak makanannya sendiri agar bisa dimakan sendiri di kamarnya. Tapi kali ini mungkin masakannya akan bertambah porsi ya, hasil masakannya nanti akan ia tawarkan pada Suga.
"Ah, kenapa aku merasa seperti seorang istri sungguhan?" Ji-eun ngedumel sendiri sambil memulai masak sayur kimchi dan telur mata sapi.
Hampir 30 menit berkutat di dapur, menghasilkan masakan yang tercium harum, tidak lupa ia membuat dua cangkir kopi, berharap aroma kafein membangunkan Suga. Ji-eun tidak tahu cara membangunkan seseorang.
"Apa kau sedang melakukan peranmu sebagai seorang istri?" Tanya Suga yang tiba-tiba datang tanpa memakai baju, hanya boxer yang menutupi bagian bawahnya. Sepertinya dia baru saja olah raga, tubuhnya berkeringat, perut sixpack nya terlihat sangat seksi membuat Ji-eun menelan ludahnya.
"Aku terbiasa masak sendiri, jika kau tidak mau, tidak apa." Sinis Ji-eun menjawabnya.
"Ah, lagi pula aku bosan dengan makanan cepat saji." Suga duduk di samping Ji-eun, meminum kopinya perlahan lalu terdiam.
"Ada apa?" Tanya Ji-eun.
"Kau tidak menyiapkan makanan di depanku, jika kau berperan sebagai istri jangan setengah-setengah."
"Aish dasar lelaki ini." Ji-eun merasa dirinya seperti pelayan yang melayani tuannya.
Suga segera mencicipi masakan Ji-eun.
"Lumayan enak." Kata Suga dengan gaya swag-nya yang tak bisa dihilangkan.
Ji-eun hanya menggerutu didalam hati dan ikut makan karena sedari tadi dia juga ingin melahap masakannya.
"Aku tadi bilang, jika berperan sebagai istri jangan setengah-setengah. Nanti malam bersiap-siaplah." Ucap Suga.
Ji-eun menjatuhkan sumpit setelah mendengar ucapan Suga. Hatinya mengumpat sekeras-kerasnya, Dasar brengsek!
Suga hanya meneruskan makannya dan tersenyum penuh kemenangan.
*****
Hari ini, Ji-eun masih di hotel tempat ia menginap, berberes-beres untuk pindah ke apartemen Suga, dibantu dengan asisten suruhan Suga, semua beres dan Ji-eun segera pulang ke apartemennya terlebih dahulu untuk mengambil beberapa pakaian yang belum sempat ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
Fiksi PenggemarLengkap ***COMPLET*** CERITA LENGKAP ***THE END*** Karena Suga kolab single dengan Ayu, so aku bikin cerita ini sangat mendadak. aku harap kalian bisa enjoy membaca kisah yang terbayang-bayang di otakku. Anggap saja ini kegilaan dari seorang melan y...