Part 17

557 76 4
                                    

"Senja yang indah." Lirih Ji-eun yang masih setia berbaring di kursi panjang melihat matahari terbenam di tepi pantai.

Warna oranye yang menghipnotis, membuat siluet indah dari gumpalan langit. Lautan yang biru memantulkan bayangan dari pemandangan diatas sana menjadin penyempurna pandangan. Warna-warna itulah yang berakhir dengan warna kesukaannya. Ungu. Ji-eun tak habis pikir, mengapa Suga yang dikenal musuhnya memberikan kejutan indah yang membuatnya tidak tidak bisa berkutik. Tidak bisa berpura-pura jika dia tidak menyukai tempat itu. Sungguh, Ji-eun tidak bisa menolak jika di ajak di tempat ini. Tempat terpencil yang dikeilingi lautan. Sebuah pulau pribadi milik Suga. Astaga, dia benar-benar kaya raya. Memiliki pulau sendiri, padahal Ji-eun berharap memiliki pulau sendiri tapi masih memikirkan matang-matang lantaran dia memiliki banyak tempat tinggal dan langka bagi seorang Ji-eun menikmati jalan-jalan di pulau eksotis seperti ini. Ini kali pertama Ji-eun benar-benar merasakan liburan di tempat yang dia inginkan. Tidak memikirkan pekerjaan bahkan mengesampingkan tugas-tugas yang di serahkan Tuan Minhoo.

Angin semakin mendayu-dayu, mengayun-ayunkan ujung roknya sehingga sedikit terangkat. Ji-eun tidak masalah jika terbuka, pulau itu sepi, hanya beberapa staf yang bekerja. Walau dingin menyerang dan angin semakin nakal mengangkat roknya. Pandangannya kukuh pada lautan biru. Dia mengingat perdebatan dengan Suga sebelum berangkat.

"Kau harus membawa pakaian tidur yang seksi, kalau perlu semua baju di kopermu harus seksi."

"Kenapa kau mesum sekali?"

"Aku hanya ingin mengutarakan keinginanku. Lagi pula aku hanya mesum padamu." Suga menciumi leher Ji-eun. Membuat wanita itu bergidik dan memilih menjauh.

"Kau ingin melakukan disini apa di tempat yang kau janjikan nanti?" Ji-eun berusaha menghindari kegiatan itu, walau nanti juga akan melakukannya.

"Di tempat nanti sangat panas, mangkannya aku memyuruh memakai baju yang pantas."

"Bagaimana kalau malamnya dingin?"

"Ada aku yang menghangatkanmu."

Berkali-kali Ji-eun memutar matanya, kesal melihat sikap Suga yang sebenarnya. Seharusnya Ji-eun bersiap jika melawan sifat Suga yang mesum. Sudah terjerat. Terpaksa dia harus menikmati permainnya yang nantinya dia tahu bahwa dia sudah memegang kendali. Memiliki kartu mati Suga.

Perdebatan itu membuat Ji-eun merasa dalam situasi perdebatan suami istri. Bibirnya yang munyil melengkung senyuman.

"Aku tahu kau akan berlama-lama menatap senja." Suga datang membawa sesuatu di pelukannya.

Ji-eun hanya melirik lelaki itu, memilih mengabaikan lelaki yang memiliki senyuman memabukkan untuk melihat pemandangn yang berakhir kelabu.

Suga menyelimuti sebagian tubuh Ji-eun lalu duduk di sebelah Ji-eun tanpa permisi.

"Di sana juga ada kursi. Kenapa kau duduk disini?" Ji-eun sedikit terbangun. Tidak nyaman dengan posisinya yang setengah tertidur. Dia mengingat malam itu, mengingat menantang Suga yang akhirnya dia sendiri telah kalah.

Suga langsung tidur menyamping, menghadap ke Ji-eun. Terdiam seakan mengumpulkan kalimat. Senyuman itu alasan Ji-eun memalingkan pandangannya lantaram tidak ingin semakin terbuai.

Suga seakan memainkan permainan lain di luar bisnis. Meski pasti akan ada keuntungan yang dirasakan. Sepertinya Ji-eun menikmati permainan Suga, sedari awal melihat senyuman itu membuat hasratnya untuk menikmati pemilik senyuman itu. Ji-eun masih menjaga harga diri. Walau dia sangat ingin. Sangat penasaran.

Santai wanita itu kembali ke posisinya. Tidur berbaring di atas kursi panjang. Saat ini mereka beradu pandang.

"Jangan lupa nanti malam kau harus menepati janjimu."

"Apa kau sangat ingin?"

"Wajar saja. Kamu kan istriku, jadi aku berhak meminta hal itu padamu. Hmmm." Tangan nakal Suga masuk kedalam selimut, membelai paha Ji-eun.

Jangan tanya perasaan Ji-eun. Ada sensasi yang luar biasa yang muncul di setiap sentuhan Suga. Sentuhannya tidak seperti sentuhan Jungkook yang kasar karena menggebu. Sedangkan Suga, dia yang tahu bahwa Suga sering bermain ranjang dengan wanita malah bersikap lembut. Apakh ini hanya tipu muslihat Suga? Merayu melalui belaian lembut. Atau memang dia ahli membuat para wanita nyaman. Keduanya tidak bisa di bedakan. Ji-eun tidak bisa berfikir lagi ketika tangan itu semakin naik ke arah sensitifnya. Dengan sigap, dia menahan tangan itu agar tidak menyentuh miliknya. Jujur saja, Ji-eun belum siap. Wajahnya nampak merah malu tapi masih ada ketegasan. Walu hanya sekian persen.

"Apa kau bisa melakukannya? Bukankah ini kali pertama kau akan melakukannya? Apa aku yang harus memulai?" Suara Suga terbawa oleh angin yang menggelitik seakan mensetujui apa yang akan di lakukan antara 2 insan itu.

"Kau selalu menghinaku tentang hal itu. Jika aku melakukannya dengan sempurna sampai-sampai kau ketagihan, apa yang nantinya aku dapatkan?"

"Kau mau apa, sayang?" Suara Suga juga terdengar menggoda, apalagi menyematkan kata sayang di kalimatnya.

"Aku mau semua aset kekayaanmu." Jawab Ji-eun tersenyum menang.

"Boleh saja. Asalkan kau selalu bersamaku. Bagaimana?" Suga menghembuskan nafas panas di telinga Ji-eun, hingga bergidik.

"Kau tidak menolak jika kau jatuh miskin?" Ji-eun sedikit menjauh, menghindari godaan Suga. Dia nampak penasaran dengan jawaban Suga.

"Aku bosan kaya. Dari kecil aku bergelimang harta, semua yang aku inginkan selalu dituruti, aku sudah menikmati berbagai fasilitas dari kekayaanku, berkeliling dunia sampai aku tidak tahu kemana lagi aku liburan. Aku ingin merasakan sepserti orang-orang yang harus mengumpulkan uang untuk liburan." Jelas Suga sangat mengejutkan.

Ji-eun mengira lelaki itu akan berkata lembut dan tak ada unsur kesombongan. perkiraannya salah. Sangat salah. Yang tadinya dia akan terbuai dengan jawaban Suga yang lembut malah sebaliknya. Pandangannya beralih pada Senja. Itu lebih baik.

"Jika seandainya aku jatuh miskin. Satu-satunya harta yang aku pertahankan rumah kecil di Daegu. Disana ada kebun strauberi. Tempatnya berada di bukit sehingga bisa menikmati matahari terbit dan terbenam disana. Yang jadi pertanyaan. Apakah kau bersedia tinggal di tempat seperti itu denganku?"

Ji-eub tertegun. Jawaban Suga sangat menyentuh. Entah mengapa dia merasa ada sisi lembut dan ketulusan yang dimiliki Suga.

Tatapan Suga masih mengarah pada Ji-eun. Menunggu sebuah jawaban. Kernyitan di dahinya benar-benar menunjukkan keseriusannya dalam berbicara. 1 menit berlalu. Masih hening. Hanya desiran ombak dan angin yang masih setia menjadi backsound.

Ji-eun menaikkan kepalanya. Mensaratkan ciuman lembut di bibir Suga. Hanya sekedar kecupan. Dia menahan ciumannya agar tidak panas. Walau dia ingin sekali menikmatinya. Ciuman itu berakhir. Ji-eun bangkit dengan selimut yang membalut tubuhnya. Langit sudah kelabu, waktunya masuk dan makan malam. Membiarkan Suga terdiam dalam posisinya saat ini.

"Aku rasa itu jawaban IYA."


SENGAJA BANGET AKU BIKIN PART INI SWEET.
ROMANTIS.
GK ADA UNSUR 20+.

Iya kita tahu kan sikap Suga yang swag tapi punya kasih sayang yang tersembunyi. So, aku mengambil karakter Suga yang di real. Aku suka liat cowok yang cuek, swag tapi perhatian banget.

Jangan lupa vote
Komen
Share
Thank you

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang