Part 18

625 75 0
                                    

Malam ini terasa sangat dingin tapi tidak menyulutkan semangat Suga untuk berendam di kolam renang hangat yang menghadap pantai. Setelah bebas berenang selama 15 menit pada akhirnya istirahat memandang bulan bersinar pucat, ada begitu banyak bintang yang sangat indah. Sayang jika di lewatkan.

Dengan meneguk wine, bersandar di tepian kolam. Dia lebih memilih berendam dari pada naik. Sebenarnya  banyak yang dia pikirkan. Tentang Ji-eun. Setelah ia mengetahui banyak hal tentang Ji-eun, separuh hatinya memberi simpati pada istrinya itu. Simpati yang beralasan. Dia harus menerima bahwa Ji-eun dijadikan senjata oleh Tuan Minhoo, untuk menghancurkannya. Itu hanya perkiraannya semata. Hoseok belum memberikan informasi lagi, seperti perintah Suga bahwa dia tidak  ada yang menganggu acara bulan madu dengan Ji-eun.

Pandangannya berpendar pada lautan gelap. Aroma garam tercium dan sangat menenangkan. Baru kali ini, Suga benar-benar damai walau merasa terbelenggu.

*****

Seoul

Di kantor Jungkook, dia terlihat sangat gelisah, wajahnya memerah, otot-otot di kepalanya terlihat jelas seakan bersiap meledakkan isi otaknya yang tak karuan.

Perasaan berkecamuk, mencabik-cabik hatinya, menusuk dengan mata pisau yang tajam dan menarik pisau itu lalu menancap tepat di jantung, berulang-ulang. Itulah perasaan Jungkook saat ini, tidak waras karena memikirkan Ji-eun yang melakukan perjalanan bulan madu dengan Suga. Dia tidak habis berfikir jika Hyung-nya akan melakukan sejauh ini, senekat ini, padahal dengan jelas ia mengatakan bahwa dia menyukai Ji-eun.

Dari acara pernikahan yang membuat Jungkook naik pitam, kini mendengar perjalanan bulan madu membuat Jungkook ingin menyusul ketempat itu dan membawa Ji-eun jauh dari Suga. Pikirannya tak bisa di kendalikan, Jungkook memang gila. Menggilai wanita yang belum tahu asal usulnya, tidak mengetahui betul sedalam Suga mengenal Ji-eun. Berkali-kali Jungkook mengacak-acak rambutnya, berteriak kepada karyawannya yang datang untuk memberi dokumen yang di tanda tangani. Hingga akhirnya selama 1 jam berlalu. Tidak ada yang berani mendekati kantor Jungkook. Beberapa karyawan lebih memilih diam dari pada presdir lebih mengamuk hingga melayangkan surat phk. Mereka memilih aman dari pada terancam.

    Pandangan orang-orang mengarah pada seorang wanita dengan setelan jas abu-abu, ketat dan terlihat seksi. Apalagi langkahnya sangat menggoda, melenggak-lenggok-kan pinggul ramping melintasi pria-pria yang duduk di kursinya. Mereka terlihat menegang melihat wanita itu. Rambut panjangnya terjuntai indah menebarkan aroma bunga. Bukan hanya para pria yang melongo melihat kedatangan wanita itu, para wanita juga terlihat iri melihat wanita yang nyaris sempurna. Cantik, bertubuh seksi, berpendidikan dan berkelas. Cocok jika di pasangkan dengan presdir yang kaya raya sepertu Jungkook.

Langkah wanita itu menuju ke kantor Jungkook. Sepasang mata keheranan melihat kedatangan wanita itu. Tanpa perlu izin masuk kedalam kantor Jungkook. Mereka ingin mengatakan bahwa pimpinannya sedang tidak baik, takut jika wanita itu di marah-marahi habis-habisan. Namun, wanita itu sudah masuk kedalam ruangan itu. Ruangan yang pengap dengan emosi. Seperti tercium bara api, lava atau semacamnya. Panas.

"Tuan Jungkook." Panggil wanita itu yang mengunci pintu.

Jungkook membalikkan kursi, melihat seorang wanita asing yang datang tanpa permisi masuk begitu saj.

"Siapa yang mengijinkan kau masuk!" Jungkook menahan amarahnya, lantaran yang di hadapi orang asing. Bukan karyawannya. Jungkook sangat teliti dan mengenal setiap wajah dari karyawannya. Jadi dia mengenal betul wanita itu bukan dari perusahaannya.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang