Part 29

459 67 2
                                    

Ji-eun yakin, Jungkook bisa melakukan apa saja. Dia tidak mau jika Suga terluka apalagi tewas begitu saja. Karena Suga akan menjadi seorang Ayah. Dan Ji-eun belum mengatakan hal ini, dia tidak berniat menyembunyikan hal ini, akan ada saatnya dia mengatakan kehamilannya. Ji-eun hanya ingin tahu apakah Suga benar-benar mencintainya walau 8 bulan berlalu seperti surat perjanjian sebelumnya. Walau Suga tidak tahu bahwa Ji-eun tengah hamil, apakah Suga akan meninggalkannya atau malah sebaliknya, seperti yang sering di ucapkannya bahwa dia akan mengawini Ji-eun hingga hamil dan akhirnya hidup bersama tanpa ada tenggat waktu.

Menurut Ji-eun ini waktu yang tepat untuk menguji cinta Suga. Walau taruhannya lebih dari yang dia kira, mungkin saja kehilangan Suga.

    Beberapa saat pikiran Ji-eun benar-benar tak karuan, Hoseok yang sedari tadi mengotak atik laptopnya, berusaha mencari keberadaan Suga, belum terlihat ada tanda-tanda bertemunya Suga.

Terlihat Ji-eun semakin panik dan perutnya terasa seperti berputar dan ingin memuntahkan isi diperutnya. Kehamilan pertamanya memang berat, dia berusaha bersikap normal, tidak menunjukkan bahwa dia sedang hamil walau rasa pening dan mual selalu mengusik, terlebih lagi ketika berada di dekat Suga. Beruntung Suga mudah dikelabui, Ji-eun hanya mengatakan bahwa dia sedang tidak enak badan.

Karena tidak ada Suga, dan Hoseok sudah tahu bahwa dirinya hamil. Ji-eun leluasa mual-mual dan bolak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan cairan putih.

"Lebih baik kakak ipar Ji-eun istirahat saja, biar aku dan orang-orang-ku yang mencari Suga." Hoseok khawatir dengan keadaan Ji-eun yang terlihat pucat.

"Aku ingin melihat Suga. Memastikan bahwa dia baik-baik saja."

Sayangnya, Ji-eun keras kepala, dia tidak tenang jika tidak bertemu dengan Suga, mungkin ini termasuk efek dari si jabang bayi yang dia kandung, ingin memastikan Suga baik-baik saja, ingin ditemani Suga lebih lama.

Wajar saja, ini masih trimester pertama, Ji-eun harus melewatinya sendiri agar ia tahu kebenaran yang tentunya sudah hampir 70% mengarah pada jawaban yang dia harapkan. Dia ingin mendapatkan kepuasan atas jawaban yang didapat dari Suga.

*****

Di tempat pertama kali Ji-eun menemui Jungkook. Tempat pertama  kali juga,  Suga menemukan Jungkook dalam keadaan yang menyedihkan. Sebuah tempat dimana banyak pecundang yang tinggal di tempat terpencil ini. Namun ditempat inilah semua akan berakhir, entah seperti yang direncanakan Jungkook atau berakhir mengenaskan.

Jungkook sudah menatap sinis Suga yang baru datang dengan mobil mewahnya berwarna hitam mengkilap. Tak segan ia turun dan menghampiri Jungkook yang sedang santai menunggu Suga. Senyuman Jungkook penuh arti tersembunyi, Suga hanya bisa waspada, karena dia tidak memberitahukan keberadaannya kepada siapapun, termasuk pada Hoseok maupun Ji-eun.

"Untuk apa kau menyuruhku datang kesini?" Tanya Suga, memasukkan tangannya di saku celana. Gayanya masih tetap sama, swag, sombong dan berkharisma, walau dia tidak menyadari akan ada malaikat maut yang menjemputnya seketika.

Tidak terlihat rasa takut bagi Suga. Dia tahu akan terjadi seperti apa hari ini, akan berakhir seperti apa nantinya, Suga tidak peduli, dia sudah menyiapkan rencana epik walau dengan atau tanpanya nanti, rencana itu sudah di siapkan untuk melawan Tuan Minhoo, termasuk membuat terkejut lawannya.

"Aku hanya ingin melihat senyumanmu untuk terakhir kalinya." Jawab Jungkook.

"Ah adek kecilku ini sudah dewasa." Suga masih menganggap bahwa Jungkook adalah adek kecilnya. Adek laknat yang ingin membalas kebaikan Suga dengan sebuah ancaman.

Jungkook memutar bola matanya malas, dia ingin sekali menghampiri Suga, menarik kera bajunya dan memberi pukulan diwajahnya yang tak kenal takut.
Sayangnya dia menahan kepalan tangannya agar tidak melakukan sesuatu yang mengerikan, suatu tindakan yang ingin ia lakukan sedari tadi.

"Aku bukan adek kecilmu lagi."

"Iya aku tahu. Kau bahkan terlihat seperti monster kecil yang baru saja di hisap darahnya oleh vampir dan menjadikanmu monster kecil yang haus akan darah." Jelas Suga, menyandarkan bokongnya di depan mobilnya.

"Kau masih saja bertingkah santai, walau kau tahu ajalmu sudah dekat."

"Oh, ternyata kau bisa senekat itu mengakhiri hidupku." Suga menegakkan tubuhnya.

"Lagi pula, jika kau membunuhku, membuang mayatku di sungai hingga tak tersisa lagi, apa kau yakin Ji-eun akan hidup bahagia bersamamu?" Suga berhasil memancing emosi dengan membawa nama Ji-eun. Suga sangat cerdas menjadikan Ji-eun sebagai senjata.

"Apa kau yakin, jika Ji-eun menerimamu sebagai penggantiku? Tidak semudah itu membuat Ji-eun jatuh cinta, adek kecil."

Jungkook benar-benar geram mendengar sebutan Adek kecil yang diberikan Suga. Walau dulu dia sangat menyukai sebutan itu karena dirinya ingin memiliki seorang kakak seperti Suga, tapi itu dulu.

"Jangan panggil aku adek kecil. Aku bukanlah adekmu. Kita sudah menjadi musuh."

"Sejak kapan?" Masih santai Suga bersuara.

"Sejak kau tahu aku menyukai Ji-eun tapi kau masih saja menikahinya!!" Teriak Jungkook tak tertahankan.

Suga tersenyum miring.

"Sudah ku duga." Lirihnya.

Jungkook berdiri tepat dihadapan Suga, terlalu dekat sehingga ia mundur beberapa langkah lalu menyodorkan pistol tepat di kepala Suga.

Tak terlihat takut atau khawatir, Suga masih dalam situasi tenang meski lubang pistol menghadap pada dirinya.

"Sebentar lagi, hidupmu akan tanat." Ucap Jungkook murka.

"Lakukan saja! Aku tidak akan mengelak."

"Cih,, apa kau sangat putus asa?"

"Bukan, bukan seperti itu... " Suga menegakkan tubuhnya, berjalan mendekat dengan ajalnya.

".... Hanya saja, aku siap menjadikan kematianku sebagai penyelesanmu. Nanti kau yang paling terluka setelah melihatku tiada. Terlebih ketika Ji-eun tau, bahwa kau yang menghabisiku tanpa ampun. Kau akan merasakan penderitaan yang sempurna, yang akan diberikan Ji-eun padamu.

"Apa yang kau lakukan Jungkook-ssi?" Teriak Ji-eun tiba-tiba datang.

Dia datang dengan Hoseok yang sudah turun sebelumnya. Ji-eun masih berharap bahwa dia tetap berada di pihak musuh.

Ji-eun berjalan anggun mendekat kearah 2 pria yang masih menatap tajam.

"Bagaimana kau bisa ada disini Nona Ji-eun?" Tanya Jungkook.

"Aku hanya ingin memastikan kau tidak bertindak gegabah." Jawab Ji-eun. "Bukankah aku sudah bilang berulang kali bahwa aku tidak mau mengakhiru hubungan dengan Suga dengan cara yang kotor apalagi sampai ada tumpah darah. Apa kau lupa tentang itu, Jungkook-ssi?"

"Aku tidak lupa. Maka dari itu aku rela mengotori tanganku demi kau Nona Ji-eun. Jadi sebaiknya kau menjauhlah, biar aku yang membereskan dia."

"Kau masih ingin menghabisi dia? Hah! Sekalipun kaubpunya jawabn tetap masyarakat akan menyalahkanku dalam hal ini. Sepertinya kau tidak mengerti tentang itu."

"Aku mengerti Nona,,,"

"Turunkan senjatamu, atau aku yang menembakmu!" Geram Ji-eun. Pada akhirnya ia menunjukkan sisi dirinya yang seperti iblis.

*****

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang