Part 6

584 85 0
                                    

Jungkook sangat gelisah, dia ingin menghentikan rencana Suga, tapi Suga mengatakan pernikahan itu demi kebaikan dirinya. Bagaimana jika itu hanyalah kelicikan Suga seperti yang sudah-sudah? Dia tidak ingin membiarkan hal buruk terjadi pada Ji-eun.

"Astaga! Apa yang aku pikirkan ini membuatku gila!" Jungkook mengacak-acak rambutnya. Menyingkirkan kegelisahaan yang tengah merajainya.

Sebenarnya, hati kecil Jungkook percaya dengan apa yang dilakukan Suga hanya demi kebaikan. Mengingat kembali bagaimana Suga berbaik hati mau membantunya malam itu, ketika pikiran dan bisnisnya menjadi kacau lantaran gagalnya pernikahan yang sempat terjadi antara dirinya dengan anak pembisnis. Perencanaan pernikahan yang membuat Jungkook jatuh cinta dengan putri seorang Presdir (Presiden Direktur) yang bersikap baik dan menggoda. Tak heran jika Jungkook pada akhirnya menerima pernikahan itu, mengingat tidak hanya sekali atau dua kali ia bermain dengan calon istrinya.

Sialnya, pernikahan itu hanya akal busuk dari Presdir gila yang menjadikan putrinya sebagai umpan agar sang korban jatuh dalam rencana liciknya. Bukankah dia termasuk orang brengsek? Mungkinkah sang putri juga menikmati kegiatan yang ditugaskan oleh sang ayah?

Mereka berhasil mengambil keuntungan 50% perusahaan warisan kakeknya, bagaimana mendiang kakek melihat bahwa perusahaan yang sejak lama ia kerjakan jatuh dimasa kepemimpinan cucunya. Jungkook yakin kakeknya sedih melihatnya terpuruk dibalik meja bar, menghabiskan beberapa botol minuman beralkohol, membuatnya hilang kesadaran. Jungkook tidak menyangka, semudah itu dia dihancurkan, penghancuran yang berpusat dari dadanya. Terasa sakit, seperti ada pisau yang menusuk dadanya hingga menembus kulit punggungnya.

Pada malam itu, tidak sengaja Suga yang tengah menemui kawannya di bar, melihat keadaan memperihatinkan. Wajah kacau Jungkook yang sudah pucat, bibirnya mulai mengomel dan mengatakan banyak penyesalan dan kesialan yang ia alami. Mendengar dengan jelas, menggerakkan hati Suga untuk menolong lelaki malang yang tengah melawan kehancuran.

Suga menghampiri Jungkook, membawa minumannya agar bisa dinikmati bersama.

"Kau terlalu banyak minum," Kata Suga cuek, sepasang matanya tak melihat lelaki disampingnya.

"Kau merutuki kehidupanmu. Lagi pula ini belum berakhir." Suga meneguk habis gelas berisikan wine. Lalu meminta pria dibalik meja untuk membawakan minuman yang baru.

Jungkook mengangkat kepalanya, matanya berusaha melihat sang pemilik suara. Sedikit mendongak karena tubuhnya menunduk lemah, kekalahan telah menguasai dirinya.

"Siapa kau?" Suara Jungkook lirih.

"Sekalipun aku mengatakan siapa aku, kau tidak akan tahu karena kau sedang mabuk."

Benar kata Suga, mata Jungkook berkunang-kunang, melihat seseorang disampingnya seperti melihat 3 sampai 5 orang. Efek memabukkan dari hasil minum beberapa botol dengan merek yang berbeda.

Suga menelfon seseorang, tak lama 2 orang pria suruhannya datang untuk mengangkat tubuh Jungkook yang tidak sadarkan diri. Terpaksa ia membawa orang yang baru dia kenal dirumahnya yang berada di perumahaan mewah dan elit buat orang kaya. Penjagaannya ketat dan keamanannya terjamin.

2 orang suruhannya membawa Jungkook dikamar tamu, membiarkan lelaki itu tertidur menenangkan pikiran.

****

Pagi itu, mendadak Jungkook bangkit dari tempat tidurnya, terbangun di ruangan asing membuatnya terjingkat. Tak lama ia menekan kepalanya yang pening. Berjalan menuju pintu, sempoyongan. Pandangannya masih buram. Ketika ia membuka pintu disambut yang empunya rumah.

"Akhirnya bangun juga." Suga duduk disofa, kedua kakinya terjulur diatas meja sambil minum teh hangat.

"Bagaimana aku bisa ada disini?" Tanya Jungkook berjalan kearah Suga, lalu duduk di sofa sebrang meja.

"Aku menemukanmu di bar semalam." Jawab Suga tanpa melihat lawan bicaranya.

"Apa kau menemukanku dalam keadaan bunuh diri?"

"Apa kau berniat bunuh diri?"

Jungkook mengangguk mengakui pikiran bodohnya yang melarikan diri masalahmu.

"Dasar bodoh." Suga menurunkan kedua kakinya.

"Kau masih muda, di dalam dunia bisnis memang ada kegagalan..."

Jungkook menajamkan pandangannya untuk melihat Suga yang memulai petuahnya dalam berbisnis. Sama seperti saat Suga memberikan motivasi pada pemula, pada forum-forum yang mendatangkan orang-orang yang berpengaruh di dunia.

"Dalam berbisnis, jangan memakai perasaan, jika masih saja berperasaan, kemungkinan perusahaanmu akan bangkrut dan kau terlilit hutang. Untung hanya 50% yang diambil oleh lawanmu." Jelas Suga.

Jungkook membulatkan matanya, kini pandangannya benar-benar jernih.

"Bagaimana....."

"Kau sendiri yang mengatakan semalam saat mabuk. Perusahaanmu jatuh karena kelicikan. Kau bisa membalasnya dengan kelicikan juga." Potong Suga memberi saran.

"Aku tidak tahu caranya."

"Memang tidak ada materi dan teori tentang kelicikan di sekolah dan kuliah. Itu terjadi karena manusia pernah gagal dan dijatuhkan oleh lawan tanpa ampun. Tenang saja, aku akan mengajarimu. Tapi kau tahu ini tidak gratis." Suga masih sempat mengambil keuntungan.

Mata Jungkook berbinar mendengar kebaikan Suga.

"Aku akan memberikan apapun asalkan perusahaanku bisa diselamatkan."

Memang benar.
Suga benar-benar membantu Jungkook untuk mengembangkan bisnisnya, bahkan semakin meningkat. Tentu membalas dendam pada orang-orang yang pernah melawannya. Balas dendam memang menyengkan, hasrat kebencian bisa tersalurkan.

Tentang permintaan Suga meminta balasan yang harus dibayar oleh Jungkook untuk kebaikan Suga adalah dengan berinvestasi dalam jangka panjang. Jungkook berpikir Suga akan mengambil alih perusahaannya setelah meningkat. Ternyata Suga yang licik masih memiliki hati malaikat.

Dalam sesaat, ia meyakini bahwa apa yang dilakukan Suga memang benar untuknya. Selama dua tahun berbisnis dengannya, belum ia dapati pertarungan bisnis yang menyertakan perasaan. Seperti saat ini. Jungkook tengah melawan perasaannya. Tidak ingin melibatkan perasaan yang seperti dulu.

"Aku percaya pada Suga hyung." Yakin Jungkook.

Phonsel di atas meja berdering. Dilayar menunjukkan nomor tanpa nama. Jungkook segera mengangkatnya.

"Hallo!" Jungkook menyapa.

"Jungkook-ssii. Ini aku. Ji-eun." Suara dari sebrang sana.

Jungkook terdiam, terkejut mendapatkan telfon dari wanita yang ia kagumi. Ralat-wanita yang seharusnya dia kagumi.

"Ada apa?" Singkat Jungkook membalas.

"Aku membutuhkanmu. Bisakah kita bertemu di hotel dekat kantor Suga?" Suara wanita itu bergetar membuat hati Jungkook luluh.

"Apa yang sudah dilakukan Suga hyung pada wanita ini?" Sesaat lalu Jungkook meyakini Suga dan kini bimbang setelah mendapatkan telfon dari Ji-eun.

"Baiklah! Tunggu aku." Jungkook beranjak pergi menemui Ji-eun ditempat yang dimaksud.

*****

Part ini memang panjang.
I hope you enjoy dengan cerita ini.

Jangan lupa beri Vote, komen dan share.
Thank you

Thank you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang