Part 8

602 76 0
                                    

Suga sudah menyiapkan rencana yang sangat epik agar Ji-eun menerima tawaran bisnis yang dibumbui pernikahan. Mudah untuk Suga melakukan sesuatu yang sudah ia rencana sebelumnya. Dia benar-benar ingin mendapatkan kekuasaan yang lebih dari saat ini. Tidak menyangkal Suga melakukan itu atas keinginan tahuannya siapa yang membantu Ji-eun sehingga wanita itu memiliki kekuatan. Selain kekuasaan, Suga penasaran maksud dari kedatangan Ji-eun yang berani sekali menghampirinya dan membuat kesepakatan dengan cara menggodanya. Padahal sudah jelas Ji-eun wanita yang tidak ingin melakukan bisnis yang berhubungan dengan tubuhnya.

Sebenarnya, hati kecil Suga juga ingin menyelamatkan Ji-eun, tapi dia belum memastikan siapa yang ada dibalik Ji-eun, siapa yang menyuruhnya melakukan hal demikian? Suga memiliki banyak musuh, hanya ada satu musuh yang sedari dulu ingin menjatuhkan perusahaannya.

"Akankah dia suruhan Tuan Kang?" Suga bergumam sendiri, konsentrasinya terbagi dengan mengemudi.

****

Ji-eun tengah menunggu seseorang, duduk disalah satu meja bundar, hampir 30 menit ia menunggu, lelah dan kesal. Berkali-kali melihat jam tangan, masih tak dijumpai seseorang yang ditunggunya.

"Lama-lama aku bisa gila. Ish." Ji-eun bergumam kalimat yang sama.

Seseorang yang menyembunyikan wajahnya di balik tudung jaketnya tiba-tiba mendaratkan pantatnya di kursi sebrang.

"Maaf aku telat, hari ini sibuk sekali."

"Jika sibuk, kenapa kau menyuruhku untuk datang kesini." Ketus Ji-eun.

Orang itu membuka masker dan kaca mata hitamnya. Wanita yang sama cantiknya dengan Ji-eun, rambutnya berkuncir kuda, terengah-engah karena berlari. Wanita itu mengambil minuman Ji-eun dan menghabiskannya.

Ji-eun hanya menggeleng kepala.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Ji-eun langsung pada inti pertemuannya.

"Aku hanya memastikan kau baik-baik saja." Jawab wanita itu setelah melambai ke pelayan dan memesan 2 minuman.

"Hanya itu saja."

"Bukankah kau tahu, Suga sangat berbahaya."

"Iya, maka dari itu Tuan menyuruhku untuk melawannya."

"Tuan itu ayah kita Ji-eun."

"Aku sangat kesal, kenapa harus melibatkan pernikahan dalam berbisnis."

"AAPPAAA?" Wanita itu melotot.

"Benar Kang Hye kyo, Tuan memberi perintah agar aku menikah dengan Suga." Kali ini Ji-eun santai mengatakannya.

Berbeda dengan sikap Hye kyo, saudari Ji-eun. Wanita yang masih memakai jaket hitam dicuaca yang sangat panas melihatkan wajah kekhawatirannya terhadap Ji-eun.

"Maka dari itu aku tidak memanggilnya Ayah, karena sedang kesal." Lanjut Ji-eun, ada butiran air sudut matanya. Dia ingin menangisi keadaannya. Namun sudah terlambat.

Pandangan Ji-eun melihat keluar jendela, terik matahari kali ini sangatlah tidak wajar. Sangat panas seperti api yang membara didada Ji-eun. Teringat kala itu, ketika ia masih berusia 10 tahun duduk di depan toko menghindari terik matahari yang membakar kulit, dengan baju kumal, tubuh hitam dan kusam. Nampaknya dulu ia tak terlihat seperti anak seusianya yang menggemaskan. Melainkan jijik untuk mendekatinya.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang