Dia duduk di kursi panjang seperti kursi pantai, punggungnya bersandar di sandaran kursi sedang kedua kakinya menjulur ke depan, dia menikmati suasana pagi ditemani hembusan angin membawa aroma daun basah karena embun. Wanita itu sangat menyukai aroma daun basah terlebih lagi bau hutan pinus yang menyeruak indra penciumannya. Iya, dia duduk di antara pohon pinus yang menjulang tinggi, angin seakan menyuguhkan aroma sejuk. Sekalipun rasa dingin menyerang, dia enggan beranjak, lebih menikmati suasana alam yang menari-nari didepannya.
Meski menatap pemandangan hijau, dia juga fokus pada laptop yang ada di pangkuannya, melakukan tugas yang bisa dipantau dari benda pipih itu. Tak jarang ponselnya berdering, menerima telfon dari seseorang yang ditugaskan jauh disana. Wanita itu sibuk sehingga mengabaikan rasa dingin yang sudah menusuk kulitnya.
Seseorang datang memakaikan selimut tebal berwarna coklat diatas wanita itu.
"Kau masih sibuk dengan pekerjaanmu? Sampai tidak memikirkan keadaan anak kita!? Aku juga bekerja tapi tidak sekeras dirimu, maksudku, jika kau tidak kedinginan, itu tidak mengapa. Bagaimana jika anak kita yang kedinginan!?" Lelaki itu mengoceh membuat kebisingan ditengah kedamaian alam.
Wanita itu menutup laptopnya, meletakkannya diatas meja di sisi kanannya, dia lebih ingin fokus pada lelaki yang nampak khawatir.
"Tenang saja Suga, anak kita hangat di dalam perutku." Ji-eun mengelus perutnya yang sudah membuncit. Usia kehamilannya sudah menginjak 8 bulan. Sebentar lagi seorang anak melengkapi keluarga kecil Suga dan Ji-eun.
"Tetap saja, kau kelewatan." Suga melihat kearah perut Ji-eun.
"Lihatlah, Ji-ah Ibumu sangat keterlaluan membiarkan kau kedinginan,,, hah, apa? Ji-ah ingin dipeluk ayah. Baiklah." Suga berbicara dengan anak yang masih dikandungan, bahkan dia sudah memberi nama tepat setelah ia tahu bahwa jenis kelamin anaknya adalah perempuan, dia sangat antusias bahkan bisa dibilang, Suga adalah suami siaga yang sudah menyiapkan segalanya.
Suga langsung naik keatas kursi, tidur menyamping sambil memeluk Ji-eun dengan satu tangan menyangga kepala agar bisa melihat wajah Ji-eun yang sedikit mengambang pipinya karena efek kehamilan.
Mereka saling menatap penuh arti dengan nafas lega bisa melewati masa sulit bersama, berhasil menyelesaikan semua tanpa ada dendam diantara mereka dan kedua belah pihak keluarga.
FLASHBACK
Ketika Ji-eun menangus tersedu di pelukan Suga. Tidak peduli betapa nenyedihkannya dia menginginkan Suga tanpa tahu seberapa besar cinta Suga kepadanya.
"Aku tahu kau mencintaiku, meski begitu aku tidak membiarkanmu dalam masalah sampai kau harus terluka, ketahuilah apapun hasilnya nanti, aku tetap mencintaimu." Kata Suga mengelus punggung Ji-eun.
Ji-eun melepaskan pelukannya, melihat Suga dengan tatapan penuh arti.
"Sekalipun aku belum hamil, apakah kau akan mencintaiku?"
Suga tersenyum kecil dan kembali memeluk istrinya.
"Sekalipun kau belum hamil, sekalipun kau tidak bisa hamil juga, tenang saja aku akan tetap mencintaimu. Lagian kita bisa mengadopsi anak dari panti asuhan. Jangan pikirkan apapun apalagi kontrak yang pernah kita sepekati dari awal. Aku sudah membakar kontrak itu jadi kita harus membuat kesepakatan baru, bahwa kita harus saling mencintai, menjadi sepasang suami istri seperti lainnya, menghabiskan waktu bersama hingga tua dan rambutmu menjadi putih."
"Aku sangat terharu, tapi kenapa hanya rambutku saja yang putih?"
Perdebatan dimulai.
"Kalau rambutku putih, aku akan mewarnai rambutmu biar tidak keliatan tua." Suga tersenyum lebar melihat Ji-eun yang tidak lagi menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionLengkap ***COMPLET*** CERITA LENGKAP ***THE END*** Karena Suga kolab single dengan Ayu, so aku bikin cerita ini sangat mendadak. aku harap kalian bisa enjoy membaca kisah yang terbayang-bayang di otakku. Anggap saja ini kegilaan dari seorang melan y...