Kesal, kepalan tangan itu memukul meja kerja, berkali-kali. Tak peduli beberapa bagian tangannya membiru dan terdapat bercak darah karena terlalu keras melampiaskan amarahnya ke meja yang tak bersalah.
Sekalipun dia memiliki cadangan rencana untuk merebut Ji-eun, akan tetapi kejadian beberapa saat tadi membuat hatinya benar-benar terbakar, dia tidak bisa menahan api didalam dirinya yang menjadikannya sebagai iblis.
Entah mengapa dia memiliki perasaan yang begitu besar terhadap Ji-eun. Pada awalnya Jungkook hanya kasihan karena tidak mau melihat Ji-eun dipermainkan Suga. Perasaan itu semkin besar, rasa ingin memiliki yang berlebihan membuatnya hilang kendali. Terlebih ketika dia berhasil memasukkan dirinya dalam Ji-eun, mengeluarkan hasrat selama 2 tahun tidak terpenuhi. Suga melarang dirinya bermain dengan wanita manapun, Suga memberi alasan bahwa kelemahan Jungkook ada pada wanita, sekalipun dia tidur dengan wanita jalang, pastinya Jungkook akan lemah dan bisa saja memberikan perusahaan miliknya kepada jalang. Sepertinya Jungkook tidak menerima alasan seperti itu.
Karena Ji-eun, hasratnya terpenuhi dan karena dia pula Jungkook jatuh cinta. Jungkook harus merebut apa yang sudah menjadi pilihan hati.
Akhirnya Jungkook bangkit, menemui Hyekyo untuk melakukan penyerangan. Menurutnya, Tuan Minhoo sangatlah lamban untuk penyerangan, dia sudah memiliki banyak dokumen untuk menghancurkan Suga tapi sampai detik ini tidak terjadi apa-apa. Jungkook memutuskan terjun langsung dalam penyerangan. Didalam mobilnya terdapat kotak kecil tersembunyi, ada pistol yang sudah ia simpan sedari dulu. Dia bisa menggunakan pistol itu untuk menyerang Suga. Dia sangat ingin membunuh, seakan ada arwah psikopat merasuki jiwa Jungkook. Terlihat dari matanya yang sudah tidak waras.
"Ini sudah 7 bulan, tapi ayahmu tidak melakukan penyerangan apa-apa. Aku tidak bisa tahan lagi. Ingin rasanya aku menembak kepala Suga."
Hyekyo menarik kasar tangan Jungkook. Dia tidak ingin Suga terluka, yang dia inginkan Suga jatuh dan akhirnya melakukan perjanjian dengan Tuan Minhoo untuk menikahinya, satu-satunya cara agar bisa menyelamatkan perusahaan Suga.
"Jangan sekali-kali kau berani melukai Suga."
Jungkook tertawa.
"Kau sangat menyedihkan Hyekyo. Kau tidak tahu bahwa Suga sudah jatuh cinta pada saudari angkatmu itu."
"Bukankah kau sama menyedihkannya denganku, buktinya kita bertemu di tempat asing, tempat untuk orang-orang yang gagal." Hyekyo menertawakan kegagalannya sendiri.
"Ayahmu yang terlalu lambat bertindak."
"Jangan menyalahkan ayahku."
"Lalu siapa yang pantas di salahkan? Bukankah aku sudah memberikan informasi penting tentang Suga, mengapa tidak bertindak. Bukankah ayahmu memiliki perusahaan yang lebih besar dari Suga. Seharusnya dia bisa menjatuhkan Suga dalam sekali telak, bukan mengulur-ulur waktu seperti ini!" Nada Jungkook semakin meninggi, ia sangat frustasi.
"Jika sampai Ji-eun berbalik untuk menyerang kita, aku akan mengakhiri hidupnya." Dengus kesal Hyekyo.
"Dia tidak akan melawan kita, dia masih di pihak kita." Jungkook memijit kepalanya, terasa pening.
"Antar aku bertemu dengan Tuan Minhoo." Lanjut lelaki itu.
"Mau apa kau ingin bertemu dengan ayah?"
"Ada yang ingin aku bicarakan." Suara lelaki itu lirih. Menatap Hyekyo yang menatapnya curiga.
"Kau meragukan aku?"
"Tidak. Tidak begitu. Hanya saja-aku takut kau bertindak gegabah."
"Tenang saja. Semua harus berakhir, Ji-eun kembali ketempat asalnya, dia harus bersamaku. Dan Suga bersamamu."
Suara Jungkook membuat Hyekyo setuju untuk menemui Tuan Minhoo yang ada di Seoul. Beberapa bulan Tuan Minhoo sudah ada di Seoul, tapi pria itu selalu beralasan bahwadia ada di Amerika.
*****
"Apa kau setuju?" Tanya Hoseok setelah menjelaskan rencana yang sangat epik, rencana yang sesuai dengan passionnya dan yang terpenting adalah, menyerang tanpa ada yang tersakiti.
Ji-eun melamun. Sangat sulit meresap rencana yang dia dengar, bukan karena rencana yang dirancang itu buruk, tidak. Hanya saja, dia tidak yakin bisa melakukannya. Jika dia melakukan rencana itu, sama halnya dia menyerang balik Tuan Minhoo.
Genggaman Suga menyadarkannya.
"Ini akan segera berakhir. Percayalah!" Senyuman yang memabukkan itu benar-benar meyakinkannya.
Ji-eun masih memikirkan dampak dari penyerangan, tentu dampak buruknya akan lebih banyak diterima Suga yang merugi.
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin hidup denganmu seperti yang kita bicarakan di hawaii."
Wanita itu tersenyum, sangat menenangkan mendengar suara lembut Suga. Apalagi ketika Suga mulai menceritakan impiannya tinggal di rumah sederhana di desa, memiliki kebun strauberi. Sangat romantis bagi Ji-eun. Sebenarnya tidak cocok jika Suga mengatakan hal itu, Ji-eun tidak menyangka Suga memiliki impian yang dia rasa konyol tapi membuatnya luluh dan dia menyukai sosok sederhana yang dimiliki Suga.
"Lakukan! Aku percaya padamu." Jawab Ji-eun membalas genggaman tangan Suga.
"Kakak ipar hanya percaya dengan Suga hyung. Kakak ipar tidak percaya denganku? Padahal aku yang sudah membuat rencana ini." Hoseok menganggu keromantisan Suga dengan Ji-eun.
"Tentu aku juga percaya padamu." Ji-eun melihat Hoseok, tersenyum melihat tingkah kekanak-kanakan Hoseok yang selalu menggoda Suga.
Suga menangkup wajah Ji-eun untuk menatap matanya.
"Jangan melihat Hoseok!"
"Kenapa?" Tanya Ji-eun tak tahu mengapa demikian, dengan polos ia melihat Hoseok lagi.
"Aku cemburu jika kau menatap lelaki lain."
"Aisshhh. Tenang saja kakak ipar Ji-eun bukan tipeku."
"Lalu tipemu seperti apa?"
"Aku suka tipe wanita yang garang saat diranjang." Jelas Hoseok.
Dengan seketika Suga menutup telinga Ji-eun. Dia merasa Ji-eun belum cukup untuk mendengar hal itu.
Hoseok tertawa melihat tingkah Suga yang berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionLengkap ***COMPLET*** CERITA LENGKAP ***THE END*** Karena Suga kolab single dengan Ayu, so aku bikin cerita ini sangat mendadak. aku harap kalian bisa enjoy membaca kisah yang terbayang-bayang di otakku. Anggap saja ini kegilaan dari seorang melan y...