Part 24

522 67 0
                                    

Pagi ini Ji-eun berangkat lebih awal, meninggalkan Suga yang masih terlelap. Sebelum berangkat dia sudah menyiapkan sarapan di atas meja untuk suaminya. Dia harus menyelesaikan apa yang sudah di tugaskan.

Walau terasa aneh, dia akan melakukan hal yang sudah di pertanggung jawabkan. Walau pada akhirnya harus melihat orang yang dia cintai jatuh dan tersungkur. Meski begitu harus ada peperangan yang mestinya sudah dirancang, jika tidak, maka menimbulkan peperangan yang lebih besar dari sebelumnya. Perang bisnis yang akan melibatkan nama perusahaan Ji-eun juga. Bukan karena dia tidak ingin kehilangan perusahaan mendiang orang tua-nya lagi, hanya saja dia tidak bisa melawan Tuan Minhoo. Bukan karena Tuan Minhoo sangat berkuasa, Ji-eun manusia yang tahu diri yang memiliki batasan, dia tidak bisa melawan seseorang yang sudah ia anggap sebagai ayahnya.

Sangat sulit di posisi seperti ini, disisi lain ia harus melawan orang yang dia cintai, disisi lain harus melakukan perlawanan untuk seseorang yang dia sayangi. Dua orang itu sangat berharga, mana mungkin dia bisa menyakiti salah satunya. Kepala Ji-eun terasa ingin pecah, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Satu-satunya tujuannya saat ini bertemu dengan Jungkook, sebenarnya dia tidak ingin melibatkan orang lain dalam penyerangan ini. Apalagi melibatkan seseorang yang mungkin saja akan membuat kesalahan demi kesalahan, menjeratnya. Berkat Jungkook, dia mendapatkan informasi lebih detail tentang Suga meski dia menyesal mendapatkan informasi lebih cepat, dia tidak ingin melihat penghancuran Suga, tidak ingin memiliki alasan pergi dari Suga setelah semua urusannya selesai.

Bolehkah jika musuh menjadi pasangan hidup? Musuh itulah yang membuat hidup menjadi bahagia. Bolehkah ada cinta bagi Ji-eun dan Suga walau mereka terpaut balas dendam. Jujur saja Ji-eun benci sikap Suga yang suka bermain dengan banyak wanita seperti yang dilakukan Suga pada Hyekyo. Jika mengingat hal itu, Ji-eun ingin sekali membalas perbuatan Suga, bukan karena sudah menyakiti Hyekyo dan menidurinya, melainkan dia tidak bisa menetralkan rasa cemburu yang terbilang sangat tidak pantas untuk di ucapkan, lagi pula dia tidak pernah memergoki Suga bermain dengan berbagai wanita.

Didalam lubuk hatinya tersimpan kepercayaan, disana-lah ia mempertahankan eksistensinya sebagai Ji-eun yang menginginkan tinggal lebih lama bersama Suga. Menjadi wanita biasa yang nantinya bisa menua bersama pasangannya, tentu saja yang dia inginkan hanya menua bersama Suga.

Terasa canggung duduk dihadapan Jungkook yang menatapnya tajam seakan ia telah berhasil mendapatkan mangsa. Lelaki itu sangat tahu, detik-detik penghancuran bagi Suga. Ji-eun tak habis pikir, bagaimana lelaki itu tega menghancurkan seseorang yang pernah ia bantu sebelumnya. Tidak memiliki balas budi atau rasa kasihan di pancaran matanya. Ji-eun tidak menyukai sifat manusia semacam itu, tapi kembali lagi pada misinya. Karena manusia licik seperti Jungkook bisa saja di manfaatkan untuk balas dendam dan menanam kebencian. Tak heran jika di bumi ini masih ada tindakan kebencian.

"Rencana kita sebentar lagi berhasil. Meski begitu kau tidak tahu siapa aku sebenarnya." Ji-eun ingin membongkar siapa dirinya sebenarnya. Dia ingin Jungkook menjadi benci karena sudah terkhianati.

"Aku tahu. Kau adalah putri angkat dari Tuan Minhoo dan kau melakukan ini karena ingin membalas perbuatan Suga pada Hyekyo." Singkat dan padat Jungkook menjelaskannya membuat Ji-eun hampir saja terkejut secara berlebihan. Dia harus menjaga harga dirinya di depan Jungkook.

"Kau tidak menyesalinya jika aku berkhianat padamu atau kau hanya sedang aku permainkan?"

"Aku suka permainan gila bersamamu, sayang."

Terang saja, Ji-eun tidak suka jika Jungkook mulai memanggil sayang. Pikiran akan malam itu sudah berhasil ia lupakan, kini adegan demi adegan bermunculan di atas kepalanya.

Saat Ji-eun berusaha membuang sebagian kenangan di malam itu, Jungkook sudah berada di sampingnya, sentuhan tangannya di paha Ji-eun menyadarkan.

"Apa kau ingin melakukannya?" Tanya Ji-eun, dia benci jika harus memulai kembali kegilaan itu.

Jungkook menerkam leher Ji-eun dengan ciumannya. Awalnya Ji-eun hanya terdiam. Sesaat ia tersadar dan bangkit dari tempat duduknya. Dia tidak ingin Jungkook meninggalkan bekas merah dilehernya. Tidak mudah menghilangkannya. Suga pernah melakukannya dan terpaksa dia harus bekerja dari rumah selama seminggu, karena belum hilang bekas yang lama masih ditambah tanda yang baru.

"Kenapa sayang?"

"Apa kau ingin melakukannya di kantor?"

"Menurutku itu sangat menarik."

"Bagaimana jika erangan ku terdengar dari luar?" Ji-eun berusaha menghindar walau nyatanya setiap kata-katanya akan menimbulkan masalah lain.

Jungkook menghampiri wanita yang sudah gugup dan berkeringat. Menambah sensasi gila dalam pikiran lelaki itu. Tak segan dia mendekap tubuh Ji-eun, sangat dekat sampai-sampai Ji-eun tidak bisa keluar dari pelukannya.

Disaat seperti inilah, Ji-eun ingin Suga datang menyelamatkannya. Matanya terpejam menahan air matanya yang berusaha mendobrak. Sebelum akhirnya menumpahkan air mata dan berbagai cairan lainnya, sebelum itu terjadi, ia merasa tubuhnya ditarik oleh seseorang.

"Apa kau baik-baik saja?" Suara itu, Ji-eun sangat mengenali suara itu. Perlahan ia membuka matanya, melihat sosok yang sedari tadi ia harapkan kedatangannya.

"Iya." Suara Ji-eun sedikit tertahan. Dia wanita hebat yang bisa menahan dirinya agar tidak terlihat lemah.

"Suga hyung." Jungkook santai walau sudah kepergok mencium istri Suga.

"Aku ingin saja memukul wajahmu, tapi aku tidak mau tanganku kotor karena memukul brengsek sepertimu."

"Kenapa Suga hyung? Bukankah Ji-eun hanya istri sementara untuk meningkatkan bisnismu." Jungkook mengingatkan.

"Ah rupanya kau belum tahu isi kontrak pernikahan kami." Suga masih menggenggam tangan Ji-eun, menatapnya lembut dan senyuman yang khas.

"Isi kontrak hanya bertahan 8 bulan, waktu bisa diperpanjang jika Ji-eun hamil anak aku." Jelas Suga.

Ji-eun menggenggam erat tangan Suga, berharap Suga menghentikan kata-kata yang nantinya memicu api kemarahan pada Jungkook.

Sudah terlihat, wajah Jungkook terlihat merah dan tatapannya menyorotkan kebencian terdalam.

"Aku hanya mengatakan sedikit dari kebenaran tapi hatimu sudah terbakar." Lanjut Suga.

Jungkook mengepalkan tangannya, ingin sekali memukul Suga.

Tak segan Suga menepuk dada Jungkook.

"Selesaikan masalah ini dengan bijak. Tidak perlu ada kekerasan, kau tidak ingin perusahaanmu kembali hancur bukan?" Suga berhasil membuat Jungkook mengurungkan niatnya melakukan kekerasan.

"Kalau begitu, aku bawa istriku pulang." Pamit Suga. Ia keluar dengan santai masih menggenggam Ji-eun yang tak bisa berkutip. Ji-eun merasa sangat berterima kasih telah diselamatkan, meski ia masih bungkam.

Jungkook yang masih didalam ruangan yang tercium menyengat kobaran api didada. Dia mengambil ponsel di atas meja, menekam tombol telpon setelah mendapatkan nomor yang dituju.

"Hallo, Hyekyo! Kita lakukan rencana B."

Astaga!!!
Aku ajah merinding nulisnya.
Maaf yaa updatenya lama. Banyak yang harus di urus di real life.

Ini sudah detik-detik ending yahh🤭
Aku bener2 dek2an. Sumpah.
Kasih saran dong, kalian lebih suka happy ending ato sad ending??

Jangan lupa tinggalkan komentar yah💜💜

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang