Part 19

599 76 0
                                    

Pagi datang begitu cepat. Matahari segera menghabisi malam tanpa ampun dalam sekejab. Suara bising pantai sedari tadi di hiraukan. Bahkan alarm ponsel di matikan dan di buang begitu saja oleh sang pemiliknya lalu kembali di bawah selimut. Sayangnya matahari tak pernah berkompromi pada manusia yang masih menikmati mimpinya. Ia sibakan selimutnya. Sinar terang itu menyilaukan. Menerpa kehangatan di wajahnya yang dingin dan terlihat lelah karena kegiatan yang menguras tenaga semalam.

Mengingat kejadian gila semalam, bibir itu menyunggingkan senyuman. Tak percaya jika ia mengimbangi permainan yang sebelumnya belum pernah ia coba. Pemasukkan yang sempurna dan pelepasan yang begitu nikmat. 2 kombinasi yang masih terngiang di atas kepalanya. Sialnya, dia menginginkan kegiatan itu lagi. Tak peduli miliknya perih dan kemungkinan susah berjalan.

Semalam seakan milik berdua. Walau awalnya Ji-eun ragu untuk memulainya. Ketika Suga menciumnya, dalam dan hangat pada saat itulah dia kehilangan dirinya. Menikmati setiap ciuman, kecupan dan belaian. Ji-eun tahu jika Suga mahir dalam melakukan hal ini. Bahkan dia sangat candu aroma hutan pinus disetiap inci kulit Suga. Tercium menyengat dan memabukkan ketika lelaki itu tak henti-hentinya menciuminya. Apalagi saat ia berhasil bermain di pangkal paha Ji-eun. Rasanya perlu untuk melepas semuanya, tak puas jika ada penghalang. Baik Ji-eun dan Suga di dalam kolam renang sudah merasakan pelepasan pertama. Kolam renang itu benar-benar harus di bersihkan oleh cairan lain.

Tak puas hanya bermain di dalam kolam hangat, Suga mengangkat tubuh kecil Ji-eun, sambil berciuman ia berjalan keluar dari air. Masih dengan tubuh basah, Suga menjatuhkan tubuh Ji-eun dengan lembut, mengakhiri ciumannya untuk menatap dalam wajah wanitanya lalu membelai rambut basah yang menghalangi wajah. Wajah basah wanitanya sangat menggoda apalagi dalam keadaan basah. Tangan Suga membelai dari rambut hingga bagian perut ramping itu. Suara desisan itu membuatnya perlu melakukan pergulatan yang lebih dalam walau baru saja pelapisan.

Ji-eun sangat menikmati permainan Suga, bahkan dia membandingkan permainan Suga dengan Jungkook. Tentu saja berbeda. Jungkook lebih kasar dan terlalu menggebu. Permainan Suga sangat lembut, dia meminta ijin dan tanpa basa-basi Ji-eun mengijinkan Suga menikmati dirinya. Karena dia juga menikmatinya. Dia tidak ingin memikirkan permainan dengan Jungkook, sangat memalukkan, tapi entah mengapa saat bermain dengan Suga ada perasaan yang menggebu yang harus di tuntaskan.

Lelaki itu berhasil melepas kain menutupi tubuh wanita itu. Indah.  Disini-lah cairan darah, keringat dan air mata akan bercampur. Suga sudah puas memainkan gundukan itu, lalu memberi isyarat pada Ji-eun agar di ijinkan memasukkan miliknya. Belaian dan kecupan di kening seakan rayuan, dan tentu rayuan itu berhasil. Ji-eun mengangguk pelan, malu-malu. Pada saat itu juga Suga memasukkan miliknya dan teriakan tertahan di bibir Ji-eun, di ujung mata cairan bening menetes. Rasanya akan sakit karena ini pertama kali ia melakukan hal ini, akan ada bercak darah di atas seprei putih bercampur keringat. Suga memberi jeda, dia tidak ingin menyakiti Ji-eun walau di dadanya sudah mengembang seperti terdapat bung bermekaran. Dia ingin segera melakukannya, gerakan yang mendominasi, tapi tertahan situasi. Telapak tangan lelaki itu mengusap air mata Ji-eun dan berbisik, "Ini akan terasa menyakitkan dan aku pastikan kau menikmatinya."

Menciumi pemandangan didepannya sambil menaik turunkan pinggulnya hingga mempercepat temponya. Bukan hanya sekali, berkali-kali mereka melakukan dengan aksen yang berbeda. Sudah di pastikan esok harinya Ji-eun tidak bisa berjalan.

*****

Setelah beberapa saat kegiatan malam itu berputar dikepala Ji-eun. Dia harus bangun, tapi tertahan oleng lengan Suga yang masih melingkar di pinggangnya. Ji-eun membalikkan badannya, wajahnya sangat dekat dengan Suga, sampai-sampai nafas saling bertabrakan. Hangat.

"Kau sudah bangun?" Suara serak Suga masih terpejam.

"Hemmm. Kau juga harus bangun Suga." Ji-eun mencoba membangunkan Suga dengan menangkup wajah lelaki berkulit pucat.

Mata Suga terbuka perlaha. "Kenapa? Apa kau ingin melanjutkan semalam?"

"Apa kau gila? Bukankah kau sudah berjanji agar menggendongku ke kamar mandi. Milikku masih perih karena perbuatanmu."

"Apa itu kode agar kita bisa bermain di kamar mandi?" Suga benar-benar menyebalkan. Suka menggoda Ji-eun.

"Min-Suga!!" Kesal Ji-eun menghadapi lelaki itu.

Ranjang yang sembab membuat keduanya bergidik. Kegiatan semalam memang indah, ingin sekali terulang. Bukan sekarang, Ji-eun masih lemah, pelepasan 5 kali dalam semalam. Gila memang! Permainan Suga membuatnya candu apalagi ia menghirup aroma hutan pinus yang sangat memabukkan

Suga menggendong Ji-eun dan mereka mandi bersama. Suga sangat perhatian saat menggosok punggung wanita itu. Tidak ada unsur kekerasan bahkan Ji-eun terkejut melihat betapa perhatian Suga terhadap dirinya.

Berpindah di kamar yang berbeda. Karena kamar sebelumnya benar-benar kacau. Saat ini, seperti yang keinginan istrinya, Suga menikmati pantai bersama. Berjalan meninggalkan jejak sepasang kaki seakan membuat kenangan walau kenangan itu terhapus oleh ombak.

*****
Minal aidhin wal faidzin mohon maaf lahir batin
🙏
Maaf banget updatenya lama
Soalnya lagi lebaran dan kebetulan gk enak badan.

Besok mulai aktif lagi yah.

Beri aku semangat dengan tinggalkan jejak VOTE KOMEN dan SHARE.

Suga dan Ji-eun meninggalkan jejak di pantai, masak kalian enggak?🤭

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang