Reality

1.7K 239 43
                                    

yooamaria

Kata orang, Minhee itu matre, mata duitan, sok kecakepan, sok jual mahal dan lain sebagainya. Alasannya karena semua orang yang bilang gitu pernah lihat si manis bermarga Kang itu nolak orang yang lagi deketin dia dengan alasan gak kaya.

Mereka bilang, Minhee anti orang miskin. Orang yang mau pacaran sama si Kang itu minimal harus punya mobil sendiri. Ya iya, kalau motor doang mah, Minhee juga punya. Harus bisa traktir makan di tempat makan mahal, minimal seminggu tiga kali. Harus bisa nurutin permintaan si manis tanpa protes apalagi kalau sudah terdesak.

Padahal mah, Minhee orang biasa saja. Ia tidak termasuk dalam golongan orang kaya sehingga harus punya pasangan yang sederajat dengannya. Seharusnya Minhee tahu diri dan tidak pilih-pilih pasangan. Hanya punya visual yang menjanjikan, si Kang itu seharusnya tidak banyak bertingkah.

Terus tanggapan Minhee kalau dengar semua itu?

Bodoh amat.

Minhee tidak peduli. Mau orang-orang itu bicara sampai mulut mereka berbusa juga ia tidak peduli. Malah ia justru mengeluarkan pernyataan yang membuat orang-orang mengecapnya sebagai orang matre dan sombong.

Pernah, si anak bebek tukang bacot yang hobinya koar sana koar sini bilang padanya tentang semua tingkahnya begini, “gak usah sok jual mahal deh! Emang lo punya apa sampe harus nyari pacar yang kaya raya?! Lo mah menang cakep doang, sama-sama miskin jangan sok anjir! Masih bagus banyak yang mau sama lo! Lo tinggal pilih noh yang cakep, yang cinta sama lo, yang hatinya baik banget dan nerima lo apa adanya, malah nyari yang berduit. Biar apa woe?!”

Terus dijawab gini sama Minhee.

“Lah bodoh amat! Hidup tuh butuh duit. Lo gak akan kenyang kalo cuma dikasih makan cinta. Jangankan kenyang, yang ada lo mampos duluan.”

“Matre lo, sialan!”

“Bukan matre. Itu namanya realistis. Sampe saat ini belum ada orang yang bisa hidup cuma pake cinta.”

Iya, itu yang orang tahu tentang Kang Minhee.


~

Minhee mendengus, menatap sebuah map yang baru saja disodorkan Eunsang padanya dengan alasan ‘Min, tolongin aku.’

“Dikasih ke siapa?”

“Kak Yunseong,” si manis Lee menjawab cepat, “semester delapan, mantan ketua BEM fakultas, Min.”

Minhee menggeleng kecil lalu menatap map itu dan Eunsang lagi, “gue gak kenal.”

“Ya ampun, Min. Mantan ketua BEM kamu gak tahu?”

“Gak.”

Ya, mana Minhee tahu. Setiap hari yang diurusnya hanya urusan kampus dan menyeleksi orang-orang yang mendekatinya. Sosok semacam ketua BEM tentu tidak diliriknya. Kecuali jika ketua BEM kaya, pasti Minhee kenal. Kalau Minhee bilang tidak kenal, ketua BEM pasti tidak kaya.

“Ih, tapi kamu tologin aku dulu. Ini dikasih ke kak Yunseongnya, bilangin dari pak Taeyong. Aku harus balik ke pak Taeyong kalo gak mau nilaiku dipotong. Ya Min ya? Tolongin.”

Melihat wajah memelas Eunsang, Minhee dengan senyuman masam akhirnya mengangguk. Membiarkan temannya itu mengucapkan terima kasih sebelum ia bertanya di mana sosok mantan ketua BEM itu berada. Lalu, setelah diberi tahu Eunsang jika bisa saja orang itu ada di Sekret BEM dan temannya itu pergi, ia baru pergi ke tempat yang dimaksud.

“Eh, ada si manis. Nyari siapa, dek?”

Minhee mendelik kecil ketika ia sampai di depan Sekret dan langsung diberi pertanyaan itu oleh Junghwan—salah satu kakak tingkatnya—yang sedang bersantai sambil lesehan di teras Sekret bersama Minkyu.

LIKE ALWAYS  || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang