Kamu Berdosa Sekali

617 103 20
                                    


@yooamaria








Pagi-pagi sekali, Minhee sudah berlari ke rumah tetangganya tepat setelah ia bangun dari tidurnya. Hanya menggunakan kaos seadanya dengan celana trening, bocah manis itu hanya sempat mencuci mukanya dan menyikat gigi sebelum keluar. Kedua orang tuanya sampai heran saat melihatnya keluar terburu-buru dari kamar dan langsung meleset ke rumah sebelah sebelum membiarkannya saja—sudah tahu akan ke mana anak mereka itu.

Saat sampai di halaman rumah tetangganya, Minhee hanya menyapa dengan cepat seorang wanita—yang adalah ibu rumah—yang sedang sibuk menyiram tanaman sebelum berlari cepat memasuki rumah. Tidak akan ada yang protes, si manis sudah terlalu biasa seperti itu.

Sampai di dalam rumah, kaki jenjangnya ia bawa untuk menapaki tangga menuju lantai dua sebelum berhenti di depan sebuah pintu coklat. Tangannya sudah terangkat, hendak membuka pintu itu. Tapi, jadi urung saat pintu itu terbuka lebih dulu dan menampilkan sosok lelaki tampan yang berusia dua tahun lebih tua darinya.

Senyumnya merekah begitu saja, kakinya kembali melangkah maju hendak menerjang si tampan dengan pelukan rindu—karena sudah dua hari mereka tidak bertemu. Tapi yang terjadi adalah si tampan malah mundur teratur dengan kedua tangan yang terangkat seakan menghalanginya untuk mendekat. Hal itu tentu membuatnya tak dapat menahan diri untuk mendelik tajam.

“Jangan dekat-dekat!”

“Apaan sih, kak?”

“Jangan dekat-dekat!” tapi yang lebih tua tetap memberikan jawaban yang sama. Lelaki itu bahkan menatapnya dengan tatapan antara takut dan jijik, membuat ia jadi memutar bola matanya malas.

“Kak Yunseong ngapain?”

“Ngelindungin diri.”

Jawaban yang diberikan Yunseong—si tampan—setelah itu sukses membuat Minhee mendengus, “Ngelindungin diri mata lo bengkak, kak?” selanjutnya ia bertanya sarkas.

Yunseong yang mendengarnya mau marah, tapi ia lebih memilih untuk memberikan pembelaan atas apa yang baru saja ia katakan tadi.

“Kita udah gak ketemu dua hari, dek, jadi harus jaga jarak dulu, gak bisa langsung pelukan,” ucap lelaki itu kemudian, “Kamu tahu kan sekarang lagi musin covid. Kata ayah kamu baru sampe semalam, harusnya kamu dikarantina dua minggu dulu baru boleh ketemu sama kakak.”

“Hilih,” si manis mencibir emosi, “Kita cuma gak ketemu dua hari ya, kak. Dan dua hari itu aku nginep di rumah kak Serim yang masih ada di kota ini juga, gak usah berlebihan.”

“Gak, kita harus jaga-jaga. Siapa tahu kamu beneran kena covid.”

“Ya udah, tes aja kalo gitu.”

“No! Protokol kesehatan.”

Yunseong menggeleng cepat dengan tangan yang terangkat bergerak memberi isyarat tidak setuju dengan apa yang Minhee katakan. Sontak saja membuat si manis kembali mendengus dan mencibir.

“Lagian, tesnya mahal, dek.”

“Halah tai,” balas Minhee jadi kesal sendiri dengan ucapan lelaki itu selanjutnya, “Sok protokol kesehatan tapi sendirinya mau peluk cium.”

“Heheh..”

Cengiran bodoh Yunseong membuat Minhee memutar bola matanya malas. Empat detik kemudian, pemilik marga Kang itu maju—hendak melakukan niat awalnya muncul ke rumah itu sepagi ini—tapi Yunseong kembali melangkah mundur. Tatapan tajam kembali ia berikan sebelum mengangguk sok setuju.

“Okesip, gak usah ketemu aku dua minggu ke depan!” ucapnya kemudian, “Jangan cari aku, jangan telpon aku, jangan samperin aku ke rumah!”

Selanjutnya, si manis memutar tubuhnya, berniat kembali ke rumah karena percuma saja ia datang tapi ditolak seperti ini. Alasan Yunseong masuk akal sih, tapi apa harus digunakan sekarang? Ia memang tidak di rumah dua hari ini, tapi bukan berarti selama dua hari ini yang ia lakukan adalah berjalan keliling kota. Lagipula, kalau ia benar-benar keliling kota, ia tentu akan melakukannya sesuai protokol kesehatan seperti yang Yunseong katakan tadi.

LIKE ALWAYS  || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang