Bukan Halu

852 146 14
                                    

yooamaria



Siapapun tahu jika bukan Minhee jika tidak halu. Semua teman-temannya selalu menyebutnya demikian. Tapi, si manis pemilik marga Kang itu tidak peduli. Katanya, orang-orang tidak tahu yang sebenarnya. Biar saja mereka berpikir dia halu. Yang penting tidak ada satupun dari mereka yang menganggu kesenangannya.

Siang ini, si manis sedang berkumpul bersama teman-temannya di sebuah caffe. Menikmati makanan kecil sambil berbagi cerita mengenai kehidupan mereka setelah berpisah selama beberapa waktu setelah wisuda. Beberapa dari mereka sudah menikah dan yang lainnya sudah memasuki jenjang yang cukup serius dalam sebuah hubungan.  Ada juga yang masih santai menikmati kebebasan—seperti Minhee misalnya.

Tapi, ada satu obrolan wajib yang selalu mereka bahas ketika mereka berkumpul—ini sudah terjadi sejak mereka masih mengenyam pendidikan dulu. Apa? Tentu saja Kang Minhee dan halunya.

“Heh, kenapa lo senyum kayak orang sinting?” Minhee yang tengah tersenyum sambil membaca sebuah pesan di ponselnya seketika melirik Dongpyo yang baru saja mengajukan pertanyaan itu. Detik berikutnya, matanya bergerak dan menemukan bukan hanya Dongpyo—karena semua yang ada di meja itu juga tengah menatapnya.

“Kenapa?”

“Elo yang kenapa, Kang Minhee?” ucap Wonjin gemas dari sisi yang lain, membuat pemilik marga Kang itu seketika menoleh pada si pipi gembul itu.

“Gak usah ditanya sih, udah ketebak juga,” Hyungjun tak ketinggalan. Pemilik marga Song itu berceletuk santai sebelum memakan kuenya yang masih tersisa, “Paling juga lagi lihat fotonya si Yunseong.”

“Masih aja?” pertanyaan itu datang dari Eunsang yang duduk di sebelah Dongpyo.

“Ya emang masih, kan,” balas Dongpyo begitu saja, “Dari jaman kapan itu jadi bucinnya Yunseong sampe sekarang juga belum berhenti.”

“Gak akan berhenti kali,” Wonjin berceletuk kemudian sambil meraih ponselnya, “Bentar, gue mau lihat dia habis bikin status WA apa.”

Ucapan Wonjin seketika membuat Dongpyo juga turut meraih ponselnya. Keduanya lalu sibuk dengan ponsel masing-masing, sementara Eunsang mengintip pada ponsel Dongpyo. Hyungjun lebih memilih untuk menikmati kuenya, sementara Minhee terlihat acuh dan kembali fokus pada ponselnya saat benda itu kembali bergetar.

“Dih, apa-apaan ini kelon?!”

Tak sampai semenit kemudian, Dongpyo dan Wonjin langsung bertanya kesal sambil menatap Minhee emosi. Eunsang sendiri sudah berdecak malas dan menatap temannya itu dengan tatapan yang sama seperti milik Dongpyo dan Wonjin. Hanya Hyungjun yang masih acuh, ia sudah menduga apa yang membuat ketiga temannya yang lain itu emosi pada Minhee.

“Kenapa, sih?” Minhee balik bertanya malas, mengunci layar ponselnya lalu meletakan benda itu begitu saja di atas meja sebelum meraih gelas minumannya.

“Kenapa lo tanya?!” Eunsang balik bertanya dengan emosi, “Heh, sadar diri, Kang Minhee. Lo udah tua, gak pantes halu begini lagi!”

“Ingat status aja sih, Min,” sambung Hyungjun tiba-tiba, “Dia udah ada yang punya. Lo jomblo mah bebas, tapi dia udah ada yang punya. Gak mikir apa kalau-kalau tunangannya itu jadi stalker terus tahu lo suka haluin dia? Bisa dibabat kali lo sama dia.”

Wonjin mengangguk setuju, “Lagian, lo halunya ketinggian. Coba kalau yang lo haluin ini kayak kak Woobin atau kak Serim yang jelas ada di depan mata. Lah ini Yunseong anjir, atlet panah nasional yang tahu lo napas aja kagak. Ketinggian woy! Gak usah mimpi! Mending lo cari pacar biar gak kebanyakan halu kayak gini.”

LIKE ALWAYS  || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang