Jalan-jalan ke Bali, selain ke Kuta, rasanya pasti belum lengkap kalau belum mencoba salak Bali. Apalagi kalau ke Karangasem. Mau sebanyak apapun tempat wisata yang sudah dikunjungi di kabupaten itu, rasanya pasti ada yang kurang jika belum mencoba salak Bali dan salak gula pasir.
Beberapa kalimat yang diucapkan oleh Junho—saat ia meminta pendapat lelaki itu tentang liburannya ke Bali—itu benar-benar Yunseong ingat hingga dirinya tiba di pulau indah itu, sehingga ia berjanji akan membeli dan mencoba salak gula pasir.
Hanya menghabiskan dua malam dan satu siang di Denpasar, lelaki itu langsung tancap gas ke Karangasem di hari kedua liburannya. Sebelum berangkat, ia memang sudah membuat daftar tempat menarik apa saja yang harus ia kunjungi selama di Bali. Dan dari daftar itu, hampir semua tempat terletak di kabupaten Karangasem.
Memilih menginap di Tulamben, lelaki itu berencana untuk mengunjungi Air Terjun Yeh Mampeh di hari pertama. Lalu ke ke Taman Edelweis dan Pura Besakih di hari kedua. Hari ke tiga ia akan ke desa Penglipuran. Kemudian ke Bukit Asah dan Taman Ujung di hari ke empat. Ke Tirga Gangga dan Rumah Pohon Temega di hari berikutnya. Lalu di hari terakhir ia akan ke Pura Lempuyang di pagi hari dan ke Pantai Amed di sore hari. Dan nanti sebelum pulang ke Denpasar, ia berencana untuk mampir sebentar di Rumah Pohon Karangasem.
Iya, Yunseong sudah membuat jadwal selama seminggu ia di Karangasem. Seniat itu memang dia liburan ke Karangasem.
“Gue sendiri elah.”
Yunseong yang akan berjalan menuju kamar penginapannya jadi menghentikan langkahnya begitu mendengar sebuah suara yang tidak asing. Lalu, saat ia menoleh ke arah tangga yang menuju ke taman sebelum berakhir di pantai, lelaki itu menemukan sesosok mahluk manis. Matanya lalu memincing, menatap sosok itu yang sepertinya tidak asing.
“Ya ngapain bohong? Gue serius.”
Orang itu diam lagi dan terlihat serius mendengar dari telpon. Ya benar, mahluk manis itu tengah terlibat sebuah pembicaraan lewat telpon.
“Di Tulamben.”
Yunseong tidak tahu pasti apa yang terjadi padanya, tapi ia begitu penasaran sehingga ia tidak jadi melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kamar penginapannya dan memilih mendengar apa yang sosok manis itu katakan.
“Ya suka-suka gue dong, kok lo yang repot!”
Yunseong menelengkan kepalanya, menatap lebih seksama sosok yang tengah mencebik kesal itu.
“Ngapain lo susulin? Gak usah, anjir! Mending lo urusin hidup lo sendiri! Gak usah ngurusin gue!”
Entah apa yang orang di ujung telpon sana katakan, tapi itu sukses membuat sosok manis itu berucap penuh emosi sebelum menjauhkan ponsel dari telinganya dan memutus sambungan secara sepihak.
Yunseong sendiri masih menatap sosok itu. Ia juga memperhatikan dengan baik-baik bagaimana wajah manis dan menggemaskan itu merengut kesal dengan bibir yang mencebik lucu. Ia gemas? Tentu. Hanya saja otaknya masih sibuk memikirkan di mana ia pernah melihat sosok itu sebelumnya. Karena demi apapun, Yunseong sungguh tidak asing dengan wajah manis itu.
“Kak Yunseong?”
“Eh?”
Yunseong tersentak kecil ketika manik bulat nan indah itu tiba-tiba mengarah padanya dan bibir mungil yang tadi mengerucut lucu itu memanggil namanya dengan pelan. Sementara dirinya diam lagi sesaat untuk menatap wajah itu lamat guna mengingat siapa pemiliknya. Lalu, ketika sebuah nama terlintas di kepalanya, lelaki itu tiba-tiba melotot sebelum mengalihkan tatapannya dan melangkah pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE ALWAYS || HWANGMINI
Fanfiction"You're the prettiest when you smile. I'll always stand with you." A Collaboration Project By Hwangmini's Authors Oneshoot or twoshoots story. Enjoy! ❣️ ⚠️ bxb Dom! Yunseong Sub! Minhee