@yooamaria
Minhee mengerjap sekali dengan mulut yang masih mengunci rapat. Tiga detik kemudian, ia menelengkan kepalanya melirik sang ayah yang duduk di samping pria tua Hwang. Tidak ada ekspresi apapun dari wajah pria itu—pemandangan serupa saat manik indahnya melirik pria tua Hwang di samping sang ayah.
Masih menatap kedua pria itu, si manis kini menggerakan maniknya perlahan untuk menangkap gerakan apa yang dilakukan mahluk lain yang duduk di sampingnya. Tidak jauh berbeda dari mereka—si tunggal Hwang itu juga hanya diam tanpa menampilkan ekspresi apapun.
Mendengus dalam diam, pemilik marga Kang itu lalu menunduk kecil menjatuhkan tatapannya pada jari-jarinya yang sejak tadi sudah berkeringat. Rambut hitam pekatnya yang sedikit memanjang jatuh menjuntai begitu saja—sedikit menghalangi pandangannya pada jarinya, tapi ia membiarkannya begitu saja.
Terlarut dalam kebisuan seperti ini sangat membosankan, tapi Minhee tahu bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan selain diam. Keberadaannya di tempat itu bersama lelaki Hwang yang duduk di sampingnya adalah hasil dari kebodohan mereka sendiri dan ia tidak punya pilihan selain diam dan menunggu apa yang akan terjadi.
“Sudahlah! Ini tidak akan berhasil.”
Si tua Hwang di depan sana bersuara lebih dulu, membuat atensi semua orang yang berada dalam ruangan itu tertuju padanya. Tidak ada yang mengeluarkan suara untuk menjawab ucapan itu, tapi si tua Kang—ayah Minhee—hanya mengangguk sebagai bentuk reaksi atas ucapan si tua Hwang.
“Aku juga tidak berniat melakukannya,” balas si tua Kang kemudian. Pria itu lalu menoleh, melemparkan tatapannya pada Minhee dan si Hwang yang lebih muda, “Kalian tahu kan maksud dari tidak berhasil?”
“....”
“....”
Tidak ada yang menjawab, baik Minhee ataupun lelaki Hwang di sampingnya. Keduanya sama-sama bungkam tanpa ada keinginan untuk menjawab pertanyaan yang baru saja diajukan.
Percuma saja.
Mau dijawab juga tidak ada gunanya.
Sesuatu yang tidak berhasil akan menimbulkan kesakitan.
Minhee tahu. Lelaki Hwang itu juga tahu.
Tapi, apa yang bisa mereka lakukan? Posisi mereka sama sekali tidak menguntungkan. Dan pertanyaan yang seharusnya diajukan adalah: Kenapa mereka harus bertemu jika akhirnya akan seperti ini? Bukankah sebaiknya mereka tidak bertemu sama sekali?
Tapi, semua sudah terjadi. Mau bagaimana lagi?
“Berpisahlah dengan baik-baik dan tanpa ada penyesalan. Kami berikan hari ini untuk kalian. Tapi setelah hari ini, jangan berharap sedikit saja untuk sebuah pertemuan.”
Dua pria tua itu lalu beranjak dari posisi mereka dan keluar meninggalkan ruangan besar itu, meninggalkan Minhee dan si lelaki Hwang yang masih diam.
Keheningan lalu kembali menyelimuti ruangan itu selama beberapa saat sebelum keduanya kompak saling menoleh dan melempar tatapan satu sama lain. Sebuah senyum kecil lelaki Hwang itu berikan, membuat Minhee mau tidak mau ikut menggerakan sudut bibirnya untuk membalas senyuman itu—walau jelas rasanya sangat berat.
“Kakak, aku....” tidak langsung menyelesaikan ucapannya, si manis merunduk sebentar sebelum mendongak dan menatap yang lebih tua dengan tatapan terluka, “...tidak bisa.”
“Lalu, apa kau berpikir jika aku bisa?” Minhee langsung menggeleng saat pertanyaan itu diberikan untuknya, “Aku juga tidak bisa. Aku tidak bisa berpisah denganmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE ALWAYS || HWANGMINI
Fanfiction"You're the prettiest when you smile. I'll always stand with you." A Collaboration Project By Hwangmini's Authors Oneshoot or twoshoots story. Enjoy! ❣️ ⚠️ bxb Dom! Yunseong Sub! Minhee