Kerudung Merah

537 75 12
                                    

asoyley




.





Katanya, ada siluman srigala yang mendiami hutan dekat desa. Jika ada yang kesana di sore atau malam hari, akan hilang dimakan srigala itu.


"Eleh, itu hanya mitos. Lagian hari belum gelap banget kan.."


Minhee memakai mantel hangat merahnya, menutupi kepala dengan tudungnya. Mantel sepanjang lutut pemberian neneknya.


Ngomong-ngomong, neneknya tinggal sendirian di pinggir hutan, beliau tidak mau diajak ayah dan ibunya kesini.

Sudah dua minggu Minhee tidak mengunjungi, maka hari ini akan, membawakan biskuit-roti gandumg-keripik ubi buatannya sendiri.

Jika ayah dan ibunya di rumah, pasti mereka tidak mengijinkannya. Namun Minhee memilih berangkat sore ini, tak peduli kabar yang terdengar dari mulut-mulut tetangga kalau srigala itu sungguhan ada.

Menutup pintu rumah lalu mulai berjalan, keadaan sepi karena semua orang sudah masuk kerumah masing-masing. Itu tak membuatnya takut.

Menyeberangi jembatan kayu disungai dengan hati-hati. Tersenyum manis setelah sampai. Entah perasaannya saja atau sungguhan, hawa disini lebih dingin. Suara burung gagak samar-samar terdengar. Juga riuh rumput yang diterjang angin sore.

Minhee meremat keranjangnya. Memberanikan diri, hanya berjalan tujuh menit lagi akan sampai rumah sederhana neneknya.

Tapi suara seperti rumput dan ranting diinjak mengejutkannya. Menoleh ke belakang tak menemukan apapun. Jantungnya mulai berdegup lebih kencang.

"Tak apa Minhee, abaikan dan lanjut jalan."

Namun suaranya muncul lagi, minhee menoleh ke belakang lalu matanya membelalak takut.

Ada seekor beruang besar menujunya. Kakinya seolah membatu, keringat dingin jatuh dari dahi putihnya.

Geraman beruang itu mengerikan sekali, seakan senang sekali menemukan Minhee untuk dimangsa.

Sebelum beruang itu lebih dekat, suara lolongan srigala muncul.

Minhee semakin gemetar, apa dia akan dikeroyok? Melawan beruang saja sangat mustahil.

Sangat cepat, seperti hanya berkedip sekali saja srigala itu menghempas si beruang. Meninggalkan luka menganga dileher beruang tersebut.

Minhee takjub juga makin takut, serigala itu mulai mendekatinya.

"J-jangan mendekat! Aku mohon jangan bunuh aku!"

Srigala itu menatapnya penuh arti lalu tetap mendekat, Minhee sudah terisak dan pasrah saja.

Namun ternyata srigala itu mengusakkan kepala keperutnya. "E-eh? Kamu nggak nyerang aku?"

Dengkuran pelan srigala itu membuatnya tersenyum, dengan pelan mengusap kepala sang srigala.

"Apa kamu yang sering digunjingkan penduduk?"

"Iya, dan mereka salah paham."

Tiba-tiba srigala itu berdiri dan menjadi manusia. Tersenyum membuat Minhee terpesona, karena tampan sekali!

"Salam kenal, aku Yunseong  Kamu cucunya nenek Kang ya?"

"K-kamu kenal nenekku?"

Yunseong mengangguk, tidak heran jika Minhee sangat terkejut atas hal yang terjadi tadi.

"Kalian sangat mirip, aku sebenarnya sudah lama mengetahui kamu, tapi kamu datangnya pagi. Kaum kami tak boleh berkeliaran jika hari masih terang."

Minhee mengangguk kaku, sebenarnya masih kaget. Namun menurut saat Yunseong menuntunnya dan mengantar ke rumah nenek.

Mereka di jalan mengobrol ringan, dengan Yunseong yang membuka percakapan. Sampai di sana, nenek sudah menunggu dengan khawatir, rok panjangnya melambai tertiup angin dengan tergopoh menghampiri cucu kesayangannya.

"Astaga sayang, nenek khawatir sekali. Beruang hutan seberang akhir-akhir ini sering berkeliaran disini karena hutan mereka ditebang orang jahat. Untung keluarga Yunseong menjaga nenek."

Minhee melepas pelukan neneknya lalu menatap heran, "Nenek tau kalo Minhee mau kesini?"

"Sebelumnya firasat, lalu Yunseong nenek suruh memantau kamu sejak dari sungai."

Minhee mengangguk mengerti lalu menatap Yunseong dengan manis.

"Terimakasih banyak, jika nggak ada kamu, mungkin aku tinggal nama."

"A-ah itu tidak apa apa." Yunseong tergugu karena senyum Minhee sungguh cantik sekali.

Hari sudah gelap, nenek mengajak dua pemuda itu masuk. Minhee membantu nenek menyiapkan makan malam sedangkan Yunseong duduk manis memperhatikan.

"Jadi...manusia srigala sungguhan ada?" Celetuk Minhee

"Dari dulu memang ada, tapi cuma kamu yang baru tahu. Mereka memang tak mau menunjukkan diri." jawab neneknya lembut

"Kamu jangan ember ya Minhee. Rahasiakan ini."

"Tentu saja, nenek."

Lalu mereka makan malam dengan tenang. Sesekali mengobrol dan bercanda.

Yunseong sering datang, namun berbeda kali ini karena ada Minhee. Entah kenapa dia suka sekali dengan kehadiran pemuda cantik itu.

"Kamu suka ya sama cucu nenek?"

Bisikan usil wanita renta itu membuat Yunseong terkejut. Minhee ternyata sedang mencuci piring mereka di wastafel.

"S-sepertinya iya nek."

"Kamu ini selalu jujur ya."

Yunseong menunduk malu. Setelah Minhee kembali, nenek ijin ke kamar. Mereka duduk canggung di sofa ruang depan.

"Yunseong umur berapa?"

"Dua puluh."

"Wah, kita sama. Sejak kapan ke hutan ini?"

"M-mungkin tiga bulan ini."

Minhee mengangguk dengan telunjuk yang berada di dagunya. Menambah kadar gemas.

"Yunseong mau kan jagain nenek selalu? Dia jauh dari kami, tentu saja kan khawatir."

"Tentu saja Minhee, jangan cemas ya."

"Terimakasih hehe. Mungkin aku akan lebih senang kesini."

"Hm?"

"Karena ada Yunseong!"

Bisa meledak Yunseong lama-lama.

















End.



asoyley

LIKE ALWAYS  || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang