Bocah Cooking Class

916 141 34
                                    


yooamaria




“Kak, adek mau belajar masak.”

Yunseong yang sedang meneguk susu coklat dari gelasnya, jadi menelan apa yang ada di dalam mulutnya dengan susah payah ketika mendengar ucapan kesayangannya. Mahluk manis yang duduk di sampingnya itu, baru saja mengatakan sebuah kalimat sederhana dengan sebuah senyum super manis—yang entah mengapa terdengar begitu tidak masuk akal di telinga Yunseong.

Minhee bilang apa?

Dia mau belajar masak?

YANG BENAR AJA?!

Bertahun-tahun sejak Yunseong pertama kali mengenal Minhee di bangku sekolah menengah, bocah itu tidak pernah tahu dan tidak pernah mau berhubungan dengan sesuatu yang bernama masak memasak dan dapur. Bahkan ketika Yunseong memutuskan untuk menjadikan si manis sebagai pendamping hidupnya, ia sama sekali tak pernah berpikir tentang sarapan, makan siang atau bahkan makan malam istimewa dengan masakan hasil karya bocah manis itu.

Sungguh! Yunseong tidak pernah berpikir sama sekali.

Lalu, kenapa tiba-tiba Minhee jadi ingin belajar masak?

“Kamu serius?” tanya Yunseong—jelas ragu. Ia memang tidak pernah meragukan apapun dari diri Minhee, kecuali tentang masak memasak.

“Ya serius dong, kak,” jawab Minhee dengan wajah merengut. Sepertinya si manis tahu kalau Yunseong meragukan niatnya. Memangnya, apa yang salah dari belajar masak?

“Tiba-tiba?”

Kali ini, entah apa lagi yang ada di pikiran Minhee. Yang jelas, raut wajahnya semakin mengeruh tidak senang. Bibirnya bahkan sudah melengkung ke bawah—membuat Yunseong harus menahan diri untuk tidak melakukan apapun pada Minhee. Walau ini sudah terlalu sering, tapi sungguh! Yunseong tidak pernah kuat melihat kegemasan Minhee.

“Gak tiba-tiba, kok. Adek emang udah pengen belajar masak dari lama,” si manis menjawab kemudian dengan nada lirih—nyaris berbisik, “Dan harusnya kan, adek yang masak buat kakak.”

Yunseong meletakan gelas yang masih ada di tangannya dengan cepat ke atas meja. Lelaki itu lalu mengulum bibirnya sebelum melempar tatapannya pada si manis yang kini sudah memasang wajah sedihnya. Jujur saja, ia tidak percaya dengan alasan yang Minhee berikan. Karena ini sudah cukup lama sejak mereka hidup bersama dan selama ini Minhee tidak pernah membicarakan hal ini. Dirinya sendiri juga tidak pernah mempermasalahkan itu. Selama ini, semuanya baik-baik saja.

“Dek, kakak gak pernah keberatan soal itu,” Yunseong berucap pelan, “Kita juga gak pernah bahas ini sebelumnya, kenapa tiba-tiba?” dan lelaki itu kembali pada pertanyaan awalnya. Ia masih tidak percaya dengan jawaban yang Minhee berikan.

Dan benar kan? Bocah itu semakin mencebik sebelum menatapnya, “Adek iri tahu, lihat kak Onjin yang bisa masak buat kak Kyu. Adek iri lihat kak Kyu selalu muji masakan kak Onjin. Adek juga pengen masakin kak Yunseong, adek juga mau denger kakak muji masakan adek. Terus kemarin Pyo bilang sama adek kalo adek gak bisa masak terus, kakak bakal nyari makan di luar terus yang ujungnya kakak bakal nyari yang lain juga buat gantiin adek.”

Nah, kan!

Sudah Yunseong duga ada hal lain yang tiba-tiba membuat Minheenya ingin belajar masak. Dan, sialan sekali anak bebek itu sudah bicara yang aneh-aneh pada Minheenya.

Yunseong menghela napas lalu mengulurkan tangannya untuk mencubit pelan ujung hidung Minhee, “Kamu percaya sama omongan Pyo?” dijawab anggukan ragu oleh si manis, “Jangan percaya! Kalau kakak kayak gitu, udah lama kamu kakak tinggalin, dek.”

LIKE ALWAYS  || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang