#9 Jadi Kapan Sam?

131 25 0
                                        

Sudah hampir setahun berjalan dan kehidupan di dunia kerja merupakan tantangan baru bagi Nada. Nada bekerja di salah satu perusahaan Public Relation di Jakarta. Nada yang mudah bergaul dengan orang baru sangat menyenangi pekerjaannya. Setiap hari Nada bertemu dengan klien yang berbeda-beda dan Nada sangat senang mendapat banyak teman baru. Nada yang ramah dan apa adanya membuat banyak teman laki-laki dikantornya tertarik.

"Jadi kapan lo mau lamar Nada?" tanya Gege.

Gege, Sam dan Nada sedang makan siang di dekat kantor Nada. Nada yang mengusulkan karena tempat itu baru buka dan kebetulan lagi promo beli 2 gratis 1, ya Nada tidak suka mengabaikan yang namanya promo. Nada yang bertugas memesan ke kasir sehingga meninggalkan Sam dan Gege berdua. Sepanjang Nada berjalan menuju kasir tak sedikit yang menyapa Nada terutama laki-laki.

Sam yang sedang minum pun terbatuk-batuk saat mendengar pertanyaan Gege.

"Lo liat tuh banyak yang naksir sama Nada, lo meleng dikit Nada diambil orang," sambung Gege lagi sambil menunjuk Nada yang berjalan menuju kasir dengan dagunya.

Sam mengikuti arah pandang Gege dan mengamati Nada yang asyik mengobrol dengan salah satu laki-laki yang menghampirinya di kasir. Terlihat Nada yang tersenyum dan sesekali tertawa di tengah percakapan mereka. Sam yang melihat pemandangan tersebut merasakan hal aneh.

Ia tidak suka Nada tertawa dengan laki-laki lain, ya Sam sepertinya cemburu. Sam sayang sama Nada, tapi lambat laun rasa sayang Sam menjadi lebih dalam bahkan Sam tidak ingat kapan tepatnya perasaan itu muncul. Sam selama ini selalu meyakinkan dirinya bahwa ia sayang Nada sebagai sahabat, tidak lebih. Namun kejadian barusan menepis keyakinan Sam. Sejujurnya Sam takut mengatakan hal ini pada Nada karena biasanya persahabatan tak sama lagi ketika salah satu pihak menyatakan cintanya. Sam tidak mau Nada nantinya menjauh.

"Lo kayaknya kebanyakan nonton sinetron deh. Ada 2 sahabat, pas si cowok nembak si cewek eh si cewek malah ngejauh", lanjut Gege seperti bisa membaca pikiran Sam.

Belum sempat Sam membantah perkataan Gege, Nada sudah duduk di sampingnya dan mulai menceritakan kejadian lucu yang tadi pagi ia alami di kantor. Cerita Nada masih berlanjut hingga akhirnya makanan mereka datang. Gege sesekali menimpali cerita Nada sedangkan Sam hanya menjadi pendengar yang baik seperti biasa. Namun perkataan Gege masih terngiang di benak Sam hingga ia sudah kembali ke kantornya.

Tiga hari kemudian tim anak-anak akhirnya berhasil mewujudkan wacana liburan setelah sekian lama tertunda karena sulitnya menyocokkan jadwal dengan Reza, Giga, Gaga dan Iffat yang sudah bekerja lebih lama. Belum lagi Nada, Sam dan Gege yang baru mulai terjun di dunia kerja dan sulit mendapat cuti serta Izzan yang berkutat dengan banyaknya tugas dan kerjaannya sebagai asdos.

Mereka menghabiskan 4 hari 3 malam di Lombok dan menetap di salah satu penginapan milik temannya papi. Walaupun singkat tapi mereka sangat menikmati liburannya, melepas penat dari hiruk pikuk ibukota dan menikmati indahnya alam. Pantai dan sunset adalah kombinasi apik yang selalu Nada damba-dambakan. Seperti hari ini, Nada sudah siap berpose bak selebgram dengan latar belakang sunset dan sang fotografer handal, Iffat pun juga sudah siap membidik Nada dengan kameranya.

Trio G, Giga, Gaga dan Gege kebagian tugas menyiapkan api unggun untuk malam nanti. Reza dan Izzan baru keluar dari penginapan sambil membawa beberapa makanan dan minuman. Sam yang telah selesai menyiapkan tempat untuk mereka berapi unggun ria sekarang duduk di salah satu bebatuan pinggir pantai menikmati sunset dan kadang-kadang melihat Nada.

Sebelum mereka berangkat, Izzan juga sempat bertanya hal yang sama dengan pertanyaan Gege saat itu.

Lo nunggu apalagi sih sebenernya?
Hati-hati nyesel kalo Nada dilamar orang lain duluan.

"Nada cantik ya?" tanya mas Reza yang sudah duduk di samping Sam.

Sam yang tidak menduga pertanyaan secara tiba-tiba itu menatap Reza dengan muka kagetnya.

"Jadi kapan adik perempuan mas paling cantik itu mau kamu lamar?" tanya Reza.

"Mas ntah orang keberapa yang nanyain pertanyaan itu," jawab Sam.

"Kamu takut ditolak ya?" goda Reza.

"Mas," ucap Sam memandang Reza dengan raut wajah yang sulit ditebak.

Reza tertawa pelan lalu melanjutkan percakapannya.

"Coba dulu kali Sam, belum perang masa udah nyera," ucap Reza menepuk bahu Sam dan kembali ke penginapan untuk mengambil makanan lagi.

Setelah matahari benar-benar terbenam, Nada dan Iffat segera bergabung dengan yang lain. Api unggun sudah dinyalakan dan makanan sudah siap tersaji di meja. Malam itu mereka habiskan dengan bernyanyi, bercerita, tak lupa main games hingga tengah malam.

Tak terasa liburan singkat mereka berakhir. Sesampainya di Jakarta mereka memilih beristirahat dulu di rumah Gege sebelum sorenya pulang ke rumah masing-masing. Giga menawarkan diri mengantar Sam dan Nada ke rumah Sam. Sam memaksa Nada menginap di rumahnya karena Nada masih kelelahan dan Sam tidak mau membiarkan Nada di rumahnya sendirian.

Giga yang awalnya cuma mau mengantar mereka diajak mama untuk makan malam sekalian. Sehabis makan malam, Nada langsung berlalu ke kamarnya karena mengantuk berat. Sam memindahkan barang-barangnya dan Nada dari mobil dibantu Giga.

"Sam," panggil Giga.

"Mas mau nanya kapan aku ngelamar Nada juga?" tanya Sam.

"Engga ko, mas cuma mau bilang mas percaya kamu bisa jagain Nada," jawab Giga sambil menutup bagasi.
"Mas pulang ya," sambung Giga kemudian naik ke mobil dan melajukannya keluar rumah.

Malam itu di tengah kebingungan Sam dengan pertanyaan-pertanyaan sahabat dan keluarganya Sam jatuh tertidur karena kelelahan. Sebelum benar-benar tertidur Sam membatin bahwa ia akan memikirkan hal tersebut esok hari.

SHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang