Bintang mengamati Shana yang asyik mengobrol dengan Jef dan Ikram.
"Lo yakin mau deketin Shana?" tanya Aldo yang berdiri di sampingnya.
Ya, Bintang sudah menaruh hati pada Shana dari hari pertama Shana masuk sekolah ini. Namun sampai saat ini Bintang tidak menunjukkan tanda-tanda akan mendekati Shana. Namun kejadian Senin yang lalu membuat Bintang tersenyum.
Shana membongkar tasnya panik, mencari topi sekolahnya untuk upacara yang akan berlangsung 2 menit dari sekarang. Shana sepertinya lupa memasukkan topinya karena tadi Shana pergi sekolah dengan terburu-buru. Ya, meskipun Nada suka terlambat dan sengaja terlambat, tapi ia tidak pernah memilih hari Senin. Konon, hukuman bagi siswa yang terlambat di hari Senin berkali-kali lipat dari hari biasanya. Bintang yang baru saja keluar dari ruangan club basktet tak sengaja melihat Shana.
Ia mendekati Shana yang masih berjongkok di lantai sambil meneliti isi tasnya yang tergeletak tak karuan di atas tanah. Bintang memasangkan topi yang ia pakai ke kepala Shana lalu pergi.
"Beresinnya ntar aja, nanti telat," ucap Bintang kemudian berdiri dan berlalu pergi sambil tersenyum.
Shana yang terkejut tidak sempat mengucapkan terima kasih dan hanya memandang punggung Bintang. Ia tertarik dengan sepatu kanan sang penyelamat, ada hal yang asing disana. Terdapat gambar bintang, seperti di lukis dan bukan bawaan dari sepatu tersebut. Shana dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa sang penyelamat tadi bernama Bintang dan ia bertekad akan berterimakasih padanya sehabis upacara nanti.
"Nih ya gue kasih tau, lo kalo mau deketin Shana harus melewati banyak proteksi dulu. Pertama, tuh duo yang tak terpisahkan, Jef dan Ikram. Lo juga pasti sadar lah, dimana ada Shana disitu ada Jef dan Ikram," ucap Aldo.
"Kedua, Isyraf. Nah tuh orangnya, kayanya lo kenal deh, kalian sekelas kan taun lalu. Jarang banget ni yang bisa lewatin proteksi kedua," tambah Aldo sambil menunjuk Isyraf dengan dagunya.
"Ketiga, Rev. Lo juga pasti taulah, kan lo anak basket. Secara semua orang di sekolah ini juga tau dia. Murid berprestasi, ketua osis, ketua basket, cakep, pinter, cool yah dambaan semua cewek di sekolah ini. Oh dan yang harus lo tau belum ada yang pernah berhasil melewati proteksi ketiga ini karena Rev super posesif sama Shana"
Bintang yang masih memandang Shana kemudian berbalik dan menatap Aldo, kaget dan bingung bagaimana sobatnya ini bisa tau secara detail hal tersebut.
"Tunggu dulu, gue belum kelar. Masih ada proteksi keempat yaitu abi, bokapnya Isyraf-Ikram dan dad, bokapnya Rev-Jef. Nah terakhir kalo lo udah berhasil melalui empat proteksi itu, baru deh lo bisa minta izin ke ayahnya langsung"
"Dan itu baru syarat kalo lo mau jadi cowoknya ya. Gue kasian sama yang ntar jadi suaminya," tutup Aldo sambil menggelengkan kepalanya.
Bintang yang mendengar penjelasan panjang lebar Aldo kemudian tertawa dan mengajaknya kembali ke kelas. Sebelum benar-benar pergi, ia memandang Shana sebentar lalu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA
AcakKisah gadis 20 tahun yang kembali harus merasakan pahitnya kehilangan orang yang ia cintai, satu-satunya anggota keluarga yang ia punya. Sejak kejadian itu Nada pun mulai berubah. Nada turut kehilangan rasa percaya nya terhadap orang lain. Nada menj...