Shana yang baru keluar bersama abi dari kantor kepala sekolah dikagetkan dengan kemunculan Isyraf.
"Loh abi ngapain disini?" tanya Isyraf kaget.
"Eh mas is, Shana antar abi ke depan dulu ya. Bye," ucap Shana cepat dan menggandeng lengan abi lalu berjalan meninggalkan Isyraf.
Isyraf yang menyadari ada yang tidak beres berniat mengikuti abi dan Shana, namun bel pertanda istirahat telah selesai berbunyi dengan nyaringnya. Isyraf mengurungkan niatnya dan berlalu menuju kelasnya.
Kemarin Shana mendatangi kampus tempat Izzan mengajar dengan membawa selembar surat panggilan. Kebandelan Shana makin menjadi. Ia sering ditegur guru karena suka terlambat, bolos, mengusili teman dan guru serta membuat keributan, namun Shana selalu mengabaikannya. Tak jarang Shana dipanggil kepala sekolah karena guru-guru sudah pusing menghadapi Shana, padahal baru beberapa bulan semenjak Shana masuk kelas 10.
Hingga akhirnya kepala sekolah pun menulis surat panggilan untuk orang tuanya. Shana yang takut memberikan surat itu kepada ayahnya lantas memilih mendatangi abi. Ia yakin aura abi yang menenangkan akan membuat hukumannya diringankan oleh kepala sekolah, bahkan mungkin tidak jadi dihukum.
"Abi," panggil Shana saat membuka ruangan dosen bertuliskan Izzan di pintu.
"Loh udah pulang? Gaada latian Shan?" tanya abi heran.
Shana perlahan mendekati abi dan duduk menghadapnya.
"Bi, Shana boleh minta tolong ga?" tanya Shana ragu.
"Ya bolehlah," jawab abi.
Shana menyerahkan surat yang ia pegang dengan takut-takut. Izzan mengambil dan membaca surat tersebut.
"Abi bisa dateng kan?" pinta Shana.
"Tapi jangan kasih tau ayah ya, ayah serem kalo marah," tambahnya.Izzan menyelesaikan membaca surat tersebut lalu menatap Shana.
"Kamu ngapain lagi nih?"
"Ah itu, bisalah lah bi anak muda"Izzan menggelengkan kepalanya kemudian tertawa. Nada benar-benar menurunkan seluruh sifatnya pada Shana, terutama kebandelannya.
"Kamu tuh ya," ucap Izzan bangkit dari duduknya dan mengacak rambut Shana lembut.
"Jadi abi bisa kan?"
"Iya besok abi ke sekolah kamu"Nada berdiri dan bersorak riang.
"Abi memang terbaik, I love you abi," ucapnya sambil memeluk Izzan.
"Tapi janji jangan bilang ayah ya," tambahnya.
"Janji," ucap Izzan membalas pelukan Shana.
Shana yang sudah dipanggil kepala sekolah pun masih tidak jera. Seperti contohnya pagi ini, Shana terlambat 10 menit di kelas Matematika. Pak Satria hanya menghela napas saat melihat Shana yang berjalan dengan santai menuju kursinya setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam, terlihat sopan. Teman-temannya yang lain tak sabar menanti alasan tidak masuk akal Shana lagi.
"Shana," panggil Pak Satria sebelum Shana duduk di kursinya.
"Pak maaf ya saya tadi bantu nyebrangin bebek," ucap Shana dengan tatapan memelas.
"Itu lho pak di perempatan deket pasar pagi, kasian yang punya bebeknya kewalahan pak. Katanya hari ini bebeknya lagi pada bandel, ada satu yang ngambek eh jadi semua ikutan ngambek, solidaritas pak," lanjutnya.
Terdengar tawa dari seluruh penghuni kelas. Satu dari sekian banyak alasan konyol Shana jika terlambat. Pak Satria kemudian menyuruh Shana duduk dan tak memarahinya seperti sebelumnya. Ia sudah terlalu pusing menghadapi tingkah laku Shana.
Hal yang sama juga terjadi pada kelas Fisika Pak Alam, namun Pak Alam lebih tegas. Ia mengakhiri kelasnya minggu ini dengan kalimat peredam semangat siswa.
"Saya rasa kelas cukup sampai hari ini," ucapnya sambil menutup buku.
"Minggu depan kalau Shana terlambat di kelas saya lagi, kalian semua akan saya beri ulangan dadakan, semua materi," tambahnya sebelum keluar kelas.
Helaan panjang napas para siswa di kelas Shana terdengar. Semua mata selanjutnya tertuju pada Shana. Mereka semua mewanti-wanti Shana agar tidak terlambat minggu depan. Bukan Shana namanya kalau tidak jahil.
Shana yang sudah tiba di sekolah dari tadi hanya tertawa sambil memakan sarapannya di rooftop sekolah. Dari atas Shana dapat melihat kelasnya dengan jelas. Terlihat banyak siswa-siswi yang bolak-balik keluar masuk kelas untuk memastikan Shana tidak terlambat. Puluhan panggilan dan pesan masuk ke ponsel Shana. Ia tertawa semakin keras seraya menatap ponselnya. Shana juga dapat dengan jelas melihat ruang guru dari rooftop tersebut.
Tidak, Shana tidak akan terlambat, ia hanya ingin membuat jantung teman-temannya berdisko ria. Setelah melihat Pak Alam keluar dari ruang guru, Shana segera turun dari rooftop dan berjalan menuju kelasnya. Ia mengikuti Pak Alam dalam diam. Shana kemudian berlari ketika kaki Pak Alam hanya tinggal beberapa langkah dari kelasnya, lalu masuk mendahului Pak Alam.
"Pagi Pak Alam," sapa Shana riang sambil menatap Pak Alam dan teman-temannya dengan cengiran di wajahnya.
Teman-temannya menghela napas lega melihat Shana yang datang di detik-detik kehancuran mereka. Shana berjalan ke kursinya dan duduk.
"Lo tuh ya bikin jantungan"
"Sampe tadi lo telat, ga gue pinjemin lagi catetan gue"
"Kok lo ga angkat telepon gue sih"
Dan masih banyak respon lain teman-temannya sebelum dihentikan oleh Pak Alam yang menyuruh mereka membuka buku pelajaran. Shana tersenyum puas setelah berhasil menjahili teman-temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA
RandomKisah gadis 20 tahun yang kembali harus merasakan pahitnya kehilangan orang yang ia cintai, satu-satunya anggota keluarga yang ia punya. Sejak kejadian itu Nada pun mulai berubah. Nada turut kehilangan rasa percaya nya terhadap orang lain. Nada menj...