#10 Lamaran Sam

127 24 0
                                    

Sam keluar kamar dan menuju meja makan untuk sarapan, disana sudah ada mama yang sedang menata piring dan papa dengan korannya. Sam yang tidak melihat Nada langsung bertanya kepada mama.

"Nada belum bangun?" tanya Sam.

"Tadi abis subuh dia tidur lagi, udah gapapa biarin aja pasti Nada capek banget," jawab mama.

Sam kemudian duduk di samping papanya dan memakan sarapan yang telah tersaji di depannya.

"Sam, kapan kamu mau lamar Nada?" tanya mama sambil menaruh segelas jus di samping Sam dan kopi di samping papa.

"Oh iya papa juga mau nanya itu tapi lupa terus," tambah papa.

"Kata Gege, Nada banyak yang suka ya di kantornya? Mama juga pernah liat tuh Nada dianter pulang sama cowok," ucap mama.

"Jangan mau keduluan sama yang lain, nanti kamu nyesel," sambung papa.

"Ma..pa," jawab Sam sambil bergantian memandang keduanya dengan malas.

"Good morninggggg," sapa Nada yang tiba-tiba muncul.

Sam mengisyaratkan mama dan papa untuk tidak membahas hal itu lagi dengan matanya. Mama hanya senyum-senyum dan menyuruh Nada sarapan setelahnya.

Beberapa hari berikutnya Sam masih dilanda kebingungan. Hingga akhirnya ia memantapkan hati akan melamar Nada dan bergegas menuju toko perhiasan untuk membeli cincin. Setelah memilih cincin yang dirasa cocok untuk Nada, tentunya dengan bantuan pegawai toko tersebut Sam menuju mobilnya dan mengeluarkan ponselnya. Ia hendak menelepon Nada untuk bertemu nanti malam. Namun nyatanya, layar ponsel Sam masih menampilkan nomor handphone Nada selama beberapa waktu.

Sam mengurungkan niatnya dan malah mematikan ponselnya. Sudah hampir seminggu Sam hanya menyimpan cincin itu dan membawanya setiap hari, berharap tiba-tiba muncul keberanian untuk melamar Nada. Tapi sepertinya niat itu muncul juga hari ini sebab rasa cemburu Sam menghampiri lagi saat ia melihat Nada pergi ke kantor dijemput seorang laki-laki.

Siang harinya Nada tiba-tiba menelepon Sam yang sedang mengumpulkan keberaniannya di tempat rahasia. Rencananya nanti Sam akan menjemput Nada dan mengajaknya makan malam. Mulanya Sam terkejut melihat nama yang tertera di layar ponselnya, namun tak lama ia mengangkat telepon itu.

"Sam, kamu dimana?" tanya Nada.
"Biasa," jawab Sam.
"Aku kesana ya, jangan pergi dulu"
"Kamu ga kerja?"
"Si bos kayaknya lagi happy trus kita semua dibolehin pulang cepet hari ini"
"Aku jemput ya"
"Eh gausah, ini aku udah di taksi kok"
"Yaudah hati-hati ya"
"Bye, see you"

Beberapa menit kemudian Nada sudah sampai di tujuannya. Perjalanan lebih cepat dari biasanya karena siang hari jarang sekali ada kemacetan. Nada berlari kecil menuju rumah pohon mereka. Dari kejauhan terlihat Sam sedang berdiri di tepi danau.

"Kamu tumben kesini, jam segini lagi," ucap Nada berdiri di samping Sam.

"Lagi gaada proyek trus gatau kepikiran aja kesini," jawab Sam.

Mereka berdua memandang danau dalam diam. Nada menutup mata, merentangkan kedua tangannya dan menghela napas dalam. Nada sangat suka menikmati suasana di tempat rahasianya, apalagi siang hari disini tidak terasa panas namun tetap sejuk karena dikelilingi banyak pepohonan.

Sam menatap Nada yang tersenyum lalu ikut tersenyum pula. Tangan Sam berulang kali keluar masuk saku celananya, ragu. Setelah Nada membuka matanya beberapa saat kemudian, Sam akhirnya memberanikan diri. Ia mengeluarkan cincin tersebut dari sakunya.

"Nad," panggil Sam gugup.

"Ya?" jawab Nada sambil menghadap Sam.

"Will you marry me?" tanya Sam akhirnya sambil membuka kotak berisi cincin di hadapan Nada.

SHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang