#20 Ayah, Jangan Pergi

90 18 0
                                    

Kebahagiaan keluarga kecil Sam ternyata harus dihadapkan pada satu cobaan berat. Sam sudah 2 bulan belakangan ini bolak-balik Rumah Sakit tanpa sepengetahuan siapapun. Ia didiagnosis mengalami anemia berat. Sudah setahun Sam menderita anemia namun tidak ia tangani secara baik sehingga anemia ringannya tersebut sekarang sudah menjadi berat. Bukan hanya karena Sam jarang minum obat dan suplemen namun juga karena ia terlalu lelah bekerja.

Shana yang sudah kuliah menjadi lebih sibuk daripada sebelumnya, hal ini membuat Sam juga lebih menyibukkan dirinya di pekerjaan saat Shana tidak di rumah. Mereka hanya sempat menghabiskan waktu di weekend saja. Mungkin karena Shana sudah tingkat 3 dan tugas Shana semakin banyak, belum lagi kegiatan selain akademik yang Shana ikuti juga menghabiskan banyak waktunya.

Hari ini Shana sedang free, hal yang jarang terjadi di weekdaynya Shana. Ia memutuskan mengajak Jef dan Ikram untuk makan malam bareng di rumahnya. Shana juga sudah lama tidak hangout bareng mereka karena mereka berdua juga sama sibuknya dengan Shana. Karena Shana terlalu lelah dan juga tidak jago masak, ia memesan makanan cepat saji dari restoran favoritnya. Awalnya Shana hendak mengajak ayahnya main PS di ruang kelurga namun ia urungkan niatnya saat melihat Sam masih fokus dengan pekerjaannya. Akhirnya Shana memutuskan untuk menonton film sendirian ditemani camilan.

Setengah jam berlalu dan terdengar bel rumah Shana berbunyi nyaring pertanda pesanan Shana sudah sampai, karena sungguh keajaiban dunia jika Jef dan Ikram yang memencet bel rumahnya, yang mana biasanya mereka akan langsung nyelonong masuk layaknya rumah sendiri. Shana berlari kecil menuju pintu depan untuk mengambil pesanannya karena perut Shana sudah sangat keroncongan. Shana membawa pesanannya ke dapur dan menaruhnya dipiring sembari memanggil ayahnya.

"Yah ayok udah sampe nih makanannya," teriak Shana dari dapur.

Shana membawa makanan tersebut ke meja makan dan menatanya. Shana memanggil ayahnya sekali lagi seraya mematikan tv yang menayangkan film yang ia tonton tadi dan merapikan sisa camilannya. Tidak ada respon dari ruang kerja ayahnya. Shana berpikir pasti maket ayahnya hanya tinggal beberapa sentuhan lagi mendekati sempurna makanya ayahnya berniat menyelesaikan maket itu terlebih dahulu, sama seperti biasanya. Sam memang terbilang cukup perfeksionis dalam pekerjaannya namun hal itu juga yang membuat klien puas dan Sam mendapat proyek yang lebih banyak dibandingkan rekan-rekan arsiteknya yang lain.

"Yah makan dulu bentar nanti...," ucap Shana sambil membuka pintu.

Belum selesai Shana dengan ajakannya, kalimatnya terhenti saat melihat ayahnya terbaring di lantai. Shana mendekati ayahnya dengan panik.

"Yah, ayah kenapa? Yah bangun yah," ucap Shana sambil menggoyangkan badan ayahnya.

Shana segera memesan taksi online yang datang tak lama kemudian. Dengan dibantu supir taksi tersebut Shana membopong ayahnya masuk ke dalam taksi. Taksi segera melaju ke rumah sakit terdekat. Shana panik dan menyuruh supir tersebut untuk meningkatkan laju taksinya.
Shana yang super panik tidak menyadari taksi yang ia tumpangi berpapasan dengan mobil Jef yang baru saja masuk ke komplek perumahan Shana.

Jef memarkirkan mobilnya kemudian turun. Ikram yang sudah terlebih dahulu turun sedikit heran dengan pintu depan Shana yang terbuka meskipun tidak terlalu lebar. Ia masuk diikuti Jef kemudian memanggil Shana. Suasana rumah hening, tak ada sahutan dari dalam rumah. Jef bergerak ke dapur dan mendapati makanan sudah tersaji di meja makan. Ikram menuju kamar Shana dan ruang kerja Sam yang terbuka, namun tetap tak ada tanda-tanda kehidupan disana. Jef yang juga sudah memeriksa halaman belakang dan ruang keluarga sama-sama tidak melihat siapapun. Ikram akhirnya menelepon Shana.

"Shan, dimana? Kok sepi sih?" tanya Ikram.

"Ayah...Ayah...,"jawab Shana di sela isakannya.

"Ayah kenapa Shan?" tanya Ikram mulai panik.

"Ayah Kram," balas Shana lagi masih sesenggukan.

Ikram berlari keluar diikuti Jef yang ikutan panik. Ikram menyuruh Jef masuk mobil dan pergi dari rumah Shana.

"Shan lo tenang dulu ya, kita jalan kesana. Lo dimana?" tanya Ikram lagi.

"Di jalan ke RS Pelita," jawab Shana.

Ikram segera mengomando Jef untuk melajukan mobilnya ke Rumah Sakit yang Shana maksud. Jef melaju dengan kecepatan tinggi. Setibanya di Rumah Sakit, Jef dan Ikram langsung menuju IGD dan mencari Shana. Terlihat Shana menunggu di depan ruangan sambil menangis. Mereka segera menghampiri Shana dan mencoba menenangkannya. Tak berapa lama dokter keluar. Dokter menjelaskan kondisi Sam pada Shana, dan hal tersebut membuat tangis Shana semakin menjadi.

"Dok ayah saya baik-baik saja kan?" tanya Shana.

"Bapak Samudera mengalami anemia berat yang sekarang mengakibatkan aritmia atau gangguan pada jantungnya. Saya sudah mengingatkan beliau untuk dirawat namun beliau menolak," jelas dokter.

"Mengingatkan?"

"Iya, sudah setahun sejak saya mendiagnosis beliau. Dulu anemia Pak Samudera masih tergolong ringan, tapi sepertinya beliau terlalu lelah bekerja dan tidak minum obat secara rutin"

"Tapi ayah saya bisa sembuh kan dok?"

"Saya akan mengusahakan yang terbaik, untuk saat ini beliau harus melakukan perawatan disini"

Setelah dokter pergi Shana segera masuk ke kamar ayahnya. Ia mendekati ayahnya dan memegang tangannya.

"Yah kenapa ayah ga bilang sih?" ucap Shana sedih.
"Ayah harus sembuh ya," sambungnya.

Malam itu Jef dan Ikram menemani Shana di rumah sakit karena Shana bersikeras untuk menetap dan menolak diantar pulang oleh Jef. Jef dan Ikram juga menelepon orangtua masing-masing untuk mengabarkan kondisi Sam.

SHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang