Shana kembali ke rumah saat ia sudah sedikit tenang. Shana langsung masuk ke kamarnya dan mengunci dirinya. Shana merebahkan tubuhnya yang lelah dan tak lama Shana terlelap. Esok paginya pemakaman Sam dilangsungkan. Reza berjalan menuju kamar Shana, ketukannya tertahan. Ia juga merasakan hal yang sama dengan Izzan dan Gege saat di rumah sakit semalam, de javu. Kamar yang Shana tempati ialah kamar Nada dulu. Reza akhirnya mengetuk kamar tersebut dan mengajak Shana turun.
Shana mengikuti pemakaman hingga selesai, meskipun sesekali Shana menangis dan ditenangkan oleh Dira, anaknya Reza. Selesai pemakanan Shana berlalu pergi, tapi tidak menuju rumahnya. Ia berjalan tak tentu arah, mencoba membuat dirinya lelah agar bisa melupakan kesedihannya.
Malamnya Shana baru kembali ke rumah dan langsung menuju kamarnya. Shana mencoba tidur namun tidak bisa. Shana terjaga hingga pukul 1 pagi. Shana keluar dari kamar dan menuju ayunan di taman belakang. Shana kembali mengingat saat terakhir ayahnya, air mata mulai menetes tapi Shana menghapusnya dengan cepat. Izzan yang tiba-tiba terbangun memutuskan menuju dapur, hendak mengambil minum. Namun ia tak sengaja melihat Shana. Ia mengurungkan niatnya mengambil minum dan mendekati Shana.
"Kamu ga bisa tidur?" tanya Izzan seraya duduk di samping Shana.
Shana hanya menggeleng lemah. Izzan dapat melihat mata Shana merah dan bengkak. Ia lalu memeluk Shana.
"Shana ga yakin sekuat bunda. Shana ga sanggup," ucap Shana mulai meneteskan air matanya.
Mendengar kalimat Shana, Izzan ikut hancur bersamanya, ia ikut menangis dalam diam. Shana terus menangis hingga lelah dan terlelap. Izzan menggendong Shana dan membawanya ke kamar kemudian mengambil kunci mobilnya dan keluar dari rumah Shana. Ikram yang tidur di ruang keluarga perlahan terbangun mendengar suara mobil menyala. Ia berjalan mendekati pintu depan dan melihat mobil abinya keluar pekarangan.
Izzan mengemudikan mobilnya menuju rumah orang tuanya. Setibanya di rumah ia segera turun dan mengetuk pintu seraya memanggil abinya. Umi yang baru bangun kemudian menuju pintu depan. Pintu dibuka dan Izzan langsung masuk mencari abinya. Abi sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca Al-quran.
"Abi yang ngajarin Izzan untuk selalu percaya bahwa Allah itu Maha Baik. Abi yang ngajarin Izzan bahwa Allah ngasih cobaan ke umatnya yang kuat. Izzan selalu percaya itu dan Izzan juga selalu percaya bahwa Allah gaakan memberi cobaan diluar kemampuan umatnya," ucapnya.
"Tapi kenapa bi, dulu Nada sekarang Shana. Kenapa cobaan ga pernah berhenti bagi mereka. Kenapa bi? Kenapa?," lanjut Izzan sambil terduduk di hadapan abinya.
Izzan menangis, menumpahkan segala emosi yang ia simpan selama ini. Ia marah, ia kecewa, ia sedih. Ia tak sanggup melihat Shana harus kehilangan Sam. Ia tak sanggup melihat Shana menangis.
Umi yang selalu bisa menenangkan anak-anaknya kemudian membawakan Izzan sejadah dan sarung.
"Kita tahajud dulu yuk," ajak umi.
Tak lama Izzan berdiri dan mengambil wudhu. Selesai solat Izzan sudah sedikit tenang. Ia lalu berdoa dan memohon agar cobaan di hidup Shana dimudahkan, memohon agar Shana diberi kekuatan dan kebahagiaan setelah ini. Abi dan umi pun melakukan hal yang sama. Umi kemudian menyuruh Izzan bermalam di rumah sebelum kembali lagi ke rumah Shana. Izzan yang matanya mulai sembab akibat tadi menangis menyetujui perkataan uminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA
AléatoireKisah gadis 20 tahun yang kembali harus merasakan pahitnya kehilangan orang yang ia cintai, satu-satunya anggota keluarga yang ia punya. Sejak kejadian itu Nada pun mulai berubah. Nada turut kehilangan rasa percaya nya terhadap orang lain. Nada menj...