Dua bulan berlalu dan Shana menyadari kondisi ayahnya yang tak kunjung membaik, padahal Shana selalu memantau ayahnya minum obat. Shana yang agak curiga ayahnya mungkin berkerja akhirnya pura-pura pergi ke kampus. Setelah pamit Shana berjalan ke depan dan membuka pintu lalu menutupnya kembali. Shana tidak keluar rumah melainkan kembali ke kamar ayahnya.
Mendengar langkah kaki yang mendekat, Shana segera bersembunyi di balik sofa. Ia mengintip ayahnya yang berjalan dengan susah payah menuju ruang kerjanya. Ternyata dugaan Shana benar. Shana mengamati dari luar ayahnya yang sedang fokus dengan maketnya. Sepuluh menit berlalu akhirnya Shana masuk ke ruang kerja ayahnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Yah," panggil Shana.
"Ayah udah janji," lanjutnya sedih.Sam sedikit terkejut melihat Shana yang ia kira sudah berangkat ke kampusnya. Sam meletakkan maketnya dan mencoba berdiri. Melihat ayahnya kesusahan akhirnya Shana membantunya dan membawa Sam kembali ke kamarnya.
"Ayah gapapa kok," ucap Sam setiba di kamarnya.
"Yah, dengerin Shana sekali ini aja. Kalo ayah masih diem-diem kerja, Shana gaakan masuk kuliah lagi biar bisa mantau ayah setiap detik," ancam Shana.
"Habis ayah bosen sih," ujar Sam.
"Yah, please," pinta Shana lagi.
Sam akhirnya menuruti kemauan Shana, tak tega melihat kesedihan putri semata wayangnya itu meskipun selalu ia sembunyikan.
Satu minggu Sam benar-benar hanya istirahat namun tetap saja kondisinya tidak membaik.
Hari ini Shana terpaksa pulang malam karena ada tugas kelompok yang harus dikerjakan dengan tatap muka. Sebelum pulang Shana mampir ke toko kue langganannya. Ia memesan satu box cheesecake kesukaan ia dan Sam. Setibanya di rumah Shana membuka box cake tersebut, seketika aroma manis keju menguar ke sekelilingnya. Shana dengan senyum manisnya segera memotong cheesecake itu dan memindahkannya ke piring, ia sudah tidak sabar menikmati cake favorit mereka berdua.
Shana hendak memanggil ayahnya dan berjalan menuju kamar ayahnya. Namun tak sengaja Shana melihat ke arah ayunan di halaman belakang yang bersebrangan dengan dapur. Shana melihat ayahnya sedang duduk disana. Ia pun berbelok dan menuju halaman belakang. Sebelum menyantap kuenya, Shana sempat memarahi Sam karena berdiam diluar rumah.
"Yah, kok diluar sih kan dingin, kita masuk aja yuk. Shana bawain cheesecake nih kita makan di dalem aja," ajak Shana memamerkan sepiring piring di tangan kanannya.
Sam meraih tangan kiri Shana, mengajaknya duduk. Shana menaruh piring tersebut di meja sebelahnya dan duduk di samping ayahnya. Sam merangkul Shana dengan tangan kanannya. Shana kemudian menyenderkan kepalanya di dada Sam. Mereka berdua diam menatap bintang-bintang yang terlihat lebih bercahaya dibandingkan hari sebelumnya.
"Maaf ya kalo ayah gabisa jagain kamu terus," ucap Sam membuka percakapan.
"Ayah ngomong apa sih, Shana ga mau denger," ucap Shana dengan nada sedikit kesal.
Sam mengeratkan rangkulannya pada Shana. Padahal ia sudah janji pada Nada akan terus jagain Shana, memastikan Shana tidak akan pernah merasakan yang namanya kehilangan, memastikan Shana selalu bahagia seperti permintaan Nada. Namun sepertinya Sam merasa waktunya sudah tidak lama lagi. Sam merasakan sakit di dadanya yang makin lama makin hebat. Sam memegang dadanya dengan tangan kirinya yang bebas, tanpa sepengetahuan Shana.
"Ayah sayang banget sama kamu Shan. I love you," ucap Sam mengecup puncak kepala Shana.
Rangkulan Sam pada Shana melonggar, tangan kiri yang memegang dadanya jatuh lemas. Shana yang menyadari hal tersebut panik tak karuan. Berulang kali Shana memanggil ayahnya, menggoyangkan badannya namun tak ada respon. Shana mengambil ponsel di sakunya dan menelepon abi. Panggilan langsung diangkat Izzan.
"Shan," panggil Izzan diseberang sana.
"Ayah bi...ayah," ucap Shana panik sambil menangis.
Izzan langsung bangkit dari duduknya dan berlari mengambil kunci mobilnya. Umi, Ikram dan Isyraf yang sedang makan ikut berdiri dan menanyakan apa yang terjadi.
"Ayah ga bangun-bangun bi," lanjut Shana masih menangis.
"Sayang kamu tenang ya abi kesana sekarang," ucap Izzan.
Setelah telepon dimatikan, Izzan mengajak Ikram ke rumah Shana dengan mobilnya dan menyuruh Chayra serta Isyraf menyusul ke rumah sakit dan menghubungi Gege serta orang tua Sam. Izzan melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah Shana. Tak sampai 10 menit mereka sudah tiba. Izzan dan Ikram berlari masuk ke rumah dan mencari Shana. Terdengar isakan dari arah halaman belakang. Mereka segera menuju taman belakang dan membawa Sam menuju mobilnya.
Setibanya di Rumah Sakit, Sam langsung dibawa ke IGD. Tak lama oma dan opa, orang tua Sam serta Gege dan keluarganya datang. Beberapa menit kemudian dokter keluar. Shana langsung bertanya mengenai kondisi ayahnya.
"Ayah gapapa kan dok?" tanya Shana panik.
"Maaf...," ucap Ivan.
Ucapan Ivan terpotong dengan Shana yang masuk ke dalam ruangan. Izzan dan Gege terdiam sejenak melihat Shana yang memaksa masuk. Hal ini pernah terjadi, seperti deja vu. Dulu saat Nanda meninggal dan ketika dokter mengatakan maaf Nada langsung berlari masuk ke dalam. Tanpa sadar air mata mereka berdua menetes mengingat kejadian dulu terulang kembali.
Shana yang masuk ke ruang tersebut berjalan pelan menuju ayahnya yang terbaring lemah, pucat pasi. Shana memegang tangan ayahnya dan membelai wajah ayahnya dengan gemetar.
"Yah," ucapnya parau.
Shana mundur dan berlari keluar ruangan, terus berlari keluar Rumah Sakit, tak tentu arah. Shana menangis hebat. Tak ada yang berusaha menahan Shana. Shana butuh waktu sendiri, sama seperti saat Nada kehilangan Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHANA
De TodoKisah gadis 20 tahun yang kembali harus merasakan pahitnya kehilangan orang yang ia cintai, satu-satunya anggota keluarga yang ia punya. Sejak kejadian itu Nada pun mulai berubah. Nada turut kehilangan rasa percaya nya terhadap orang lain. Nada menj...